BAB : 21 ( dua puluh satu )

Setelah melumpuhkan orang-orang yang menghadangnya dan menginterogasi mereka, Karina lalu memanggil polisi untuk menangkap kelima orang penjahat bertopeng itu.

Kemudian polisi segera membawa para penjahat itu ke kantor polisi dan di masukkan ke dalam penjara. Saat tiba di kantor polisi, Karina dan Alvian segera di mintai keterangan oleh polisi yang menangani kasusnya.

Sesudah memberikan keterangan kepada polisi, Karina dan Alvian baru di perbolehkan pulang.

Saat dalam perjalanan pulang dari kantor polisi, Alvian yang biasanya diam saja kini berkata.

" Apakah tadi kamu tidak merasa takut sama sekali saat menghadapi para penjahat itu ?" tanya Alvian dengan wajah datar.

" Memangnya kenapa ? Apakah kamu sedang mengkhawatirkan aku ? Sebenarnya sih aku merasa takut juga, tetapi karena ada kamu yang harus aku lindungi jadi aku harus berani. Akhirnya aku tidak merasa takut lagi. Bukankah tadi aku berhasil merobohkan mereka semua dengan jarum perakku ?" ucap Karina dengan bangga sambil tersenyum.

Seketika wajah Alvian mendadak menjadi masam, di dalam hati ia berkata. " Siapa yang telah kamu remehkan." batin Alvian dalam hati. Namun ia hanya menyimpannya dalam hati.

Beberapa menit kemudian akhirnya Karina dan Alvian akhirnya tiba di rumah.

Karena hari sudah larut malam jadi sopir segera turun lalu membantu Alvian turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya.

Sedangkan Karina sudah membuka pintu mobil sendiri lalu turun dari mobil. Kemudian Karina berkata kepada sopir, " Biar saya saja yang mendorong tuan Alvian ke kamarnya, sebaiknya pak sopir segera pulang untuk beristirahat karena hari sudah larut malam. Lagi pula anda pasti sudah lelah juga bukan dan besok pagi anda perlu mengantar tuan Alvian bekerja lagi jadi anda harus cepat beristirahat agar tidak mengantuk besok pagi." ucap Karina kepada sopir Alvian.

" Baiklah nyonya muda." ucap sopir Alvian dengan penuh hormat.

Sesudah sopir Alvian pergi, Karina lalu menghadap kepada Alvian.

Kemudian ia segera berjalan ke belakang kursi roda Alvian lalu mendorongnya ke dalam rumah.

Setelah tiba di dalam kamar Alvian, baru kemudian Karina berhenti mendorong kursi roda.

Sesudah itu Karina berdiri di depan Alvian lalu berkata.

" Kita sekarang sudah pulang ke rumah, apakah suamiku ingin mandi sebelum tidur ? Apakah aku perlu membantu memandikanmu suamiku ?" ucap Karina menggoda Alvian sambil tersenyum genit.

Melihat tingkah istrinya yang genit itu, Alvian sekarang merasa sangat gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi agar ia tidak ketahuan pura-pura lumpuh, Alvian pun segera menolaknya.

" Kamu tidak perlu membantu memandikanku, biar asistenku saja yang membantuku mandi. Bukankah kamu sudah lelah dan perlu mandi juga istriku ?" ucap Alvian dengan gugup. Bahkan wajah dan telinganya juga memerah karena malu.

Ketika Karina melihat suaminya merasa malu, akhirnya ia pun mengalah dan berhenti menggoda Alvian. Kemudian Karina berkata.

" Baiklah kalau begitu suamiku. Sekarang aku akan kembali ke kamarku, kalau suamiku butuh bantuan panggil saja aku ya. Selamat malam suamiku." ucap Karina sebelum melangkah keluar dari kamar Alvian.

Sesudah Karina pergi, Alvian segera merogoh ponselnya dalam kantong baju jasnya lalu menelpon asistennya.

Setelah panggilannya tersambung, Alvian lalu berkata.

" Cepat kamu selidiki siapa dalang dari kejadian malam ini. Aku ingin laporannya secepatnya. Berani sekali mereka menghadang aku dan istriku di tengah jalan." ucap Alvian kepada asistennya.

Bersambung...