BAB : 20 ( dua puluh )

Setelah makan malam dan mengobrol sebentar dengan nenek Alvian, barulah Karina dan Alvian kembali ke mansion nya.

Dalam perjalanan itu Karina lalu bertanya.

" Aku lihat kamu tinggal sendiri saja di mansion itu. Lalu kedua orang tuamu tinggal di mana ?" ucap Karina sambil melirik ke arah Alvian yang duduk dengan kaku di kursi penumpang di sampingnya.

" Aku dan orang tuaku tidak begitu akrab, jadi aku memilih untuk tinggal terpisah dari mereka." ucap Alvian dengan wajah datar.

" Oh begitu, kalau begitu kita sama. Aku juga tidak dekat dengan keluargaku jadi aku tinggal sendiri juga di apartemenku." balas Karina sambil tersenyum tipis karena persamaan mereka. Yang artinya mereka sama-sama di abaikan oleh keluarga mereka.

Ketika mobil yang membawa Karina dan Alvian melewati jalanan yang sepi, tiba-tiba saja mobil itu berhenti mendadak.

Karina langsung merasa ada yang tidak beres, lalu ia pun bertanya kepada sopir yang menyetir mobil Alvian.

" Ada apa pak Jhon ? Kenapa kita berhenti di tempat yang sepi ini ?" tanya Karina dengan curiga.

" I..itu nyonya, ban mobilnya kempes. Sepertinya tertusuk paku. Saya akan turun dulu untuk memeriksanya nyonya." jawab sopir yang bernama Jhon itu dengan gugup.

" Baik, periksalah cepat. Kita harus segera pergi dari tempat ini karena berbahaya sekali jika tinggal lebih lama di tempat sepi ini." ucap Karina yang mulai bersikap waspada. Karena ia merasa akan terjadi sesuatu di tempat itu.

Dan benar saja dugaan Karina itu, karena tidak lama kemudian ia melihat lima orang pria berpakaian serba hitam dan bertopeng keluar dari semak-semak di pinggir jalan itu sedang menuju ke arah mobil mereka.

Karina lalu menoleh ke arah Alvian dan berkata.

" Kamu duduk saja dengan tenang di dalam mobil, biar aku yang akan menghadapi orang-orang yang tidak di kenal itu." ucap Karina dengan tegas.

Kemudian tanpa menunggu balasan dari Alvian, ia segera turun dari mobil. Sedang Alvian yang di abaikan oleh Karina tidak bisa berkata-kata dan terpaksa duduk saja di dalam mobil. Tetapi ia sudah mengirimkan pesan kepada bawahannya yang bersembunyi untuk melindungi istrinya itu.

Setelah turun, Karina segera berjalan agak menjauh dari mobil lalu berkata.

" Siapa kalian dan mau apa kalian ?" ucap Karina dengan tegas tanpa rasa takut. Sedangkan sopir Alvian yang merasa takut, segera menjauh dari Karina dan para pria bertopeng berpakaian serba hitam itu.

" Siapa kami, kamu tidak perlu tahu. Yang perlu Kamu tahu adalah kami akan membuat kalian berdua di kuburkan di tempat ini malam ini. Ha,ha." ucap pemimpin orang-orang berpakaian serba hitam itu sambil tertawa mengejek.

" Kalau begitu coba saja jika kalian bisa mengubur kami di sini." ucap Karina yang terdengar seperti menantang mereka.

" Baiklah, kalau begitu jangan salahkan kami karena kalian yang meminta." ucap pimpinan orang-orang yang menghadang itu dengan sombong.

Kemudian orang itu segera memberi kode dengan tangannya kepada anak buahnya untuk segera menyerang Karina.

Lalu kelima orang berpakaian serba hitam itu segera memasang kuda-kuda untuk menyerang Karina. Namun belum sempat menerjang Karina, kelima orang itu sudah mengerang kesakitan dan jatuh satu persatu ke tanah karena serangan jarum perak dari Karina.

Kelima orang itu kini sedang merintih kesakitan sambil berguling-guling di atas tanah.

Kemudian Karina segera mendekati pimpinan orang-orang berpakaian serba hitam itu dan berkata.

" Siapa yang menyuruh kalian untuk mencelakai kami ? Cepat katakan sebelum aku kehilangan kesabaranku." ucap Karina sambil mengambil pisau belati yang di pegang oleh pimpinan orang bertopeng dan berpakaian hitam itu lalu menghunuskan belati itu di leher pimpinan itu.

" S...saya tidak tahu siapa orang itu nona karena orang itu hanya menghubungi kami lewat telepon. Kami belum pernah bertemu dengan orang itu. Tetapi dari suaranya sepertinya orang itu adalah wanita." ucap pimpinan orang bertopeng itu sambil gemetar ketakutan.

Bersambung...