Mimpi yang membekas

Aku sudah terbiasa bermimpi.

Bukan mimpi indah. Bukan juga mimpi buruk.

Tapi mimpi yang... aneh. Mimpi yang terlalu nyata untuk dilupakan, tapi terlalu tidak masuk akal untuk dipercayai.

Kadang aku bangun dengan dada berat, seperti habis menangis atau kehilangan sesuatu. Kadang dengan rasa bingung, karena aku tahu aku sadar sedang bermimpi, tapi tidak bisa keluar.

Yang mengguncang ku, ada dimana aku bermimpi tentang langit, bukan langit biasa, bukan juga seperti langit malam berbintang yang muncul di malam hari

Langit yang tidak seperti biasa, bahkan belum pernah ku lihat dalam gambaran ataupun lukisan sekalipun. Bintang yang berhamburan dengan jelas, bahkan bulan pun terasa sangat dekat dan bukan hanya satu. Langit yang berbeda bukan berwarna biru ataupun langit malam yang gelap gulita, tapi campuran hijau kabut dan ungu gelap. Awan-awan terlihat jelas menggulung pelan seperti naga yang tidur. Cahaya datang dari sudut yang tidak ada matahari. Angin bergerak tapi tidak terasa.

Dan entah kenapa, saat melihatnya... aku merasa kecil, takut, dan kagum sekaligus.

Lalu entah kenapa, untuk kedua kalinya aku melihat lagi langit tersebut. Kali ini aku tidak hanya melihatnya—aku sadar. Aku ingat bahwa aku pernah bermimpi langit itu sebelumnya.

Aku mencoba menceritakan kepada seseorang tentang apa yang terjadi dalam mimpi ku. Aku bilang,

“Aku pernah melihat langit aneh ini sebelumnya.”

Kata ku, pada seorang wanita yang ada di samping ku, entah siapa dia kakak perempuan ku? Siapapun dia, perasaan familiar yang hangat namun jauh

Dan saat aku bilang itu, aku sadar bahwa aku masih dalam mimpi.

Itu membuatku bingung dan khawatir.

Kenapa aku bisa sadar di dalam mimpi? Kenapa di dalam mimpi aku malah menceritakan mimpi yang pernah ku lihat? Kenapa langit itu muncul lagi? Kenapa aku merasa... ini bukan sekadar mimpi?

Aku tidak tahu.

Yang kutahu: mimpi-mimpiku mulai saling terhubung. Langit yang sama, rasa yang sama, kesadaran yang aneh, perasaan yang bergejolak. Seperti ada hal yang ingin di sampaikan padaku, namun seakan tertahan oleh sesuatu.