Di detik-detik terakhir kehidupan Arga, ketika kematian Sang Pencipta menjadi kenyataan yang tak terbantahkan, keputusasaan melahirkan jalan-jalan pelarian yang paling tak terduga dan mematikan. Jauh dari gerbang Jantung Primordial, beberapa kelompok mikro-humanoid yang terisolasi dan putus asa mencoba rute yang paling tidak mungkin: saluran telinga dan rongga mulut Arga.
Kelompok Telinga: Akustikonit dan Jeritan Kesunyian
Sekelompok kecil Akustikonit, ras yang secara genetik sensitif terhadap getaran suara dan mendiami saluran telinga, kini menghadapi neraka sonik. Pemimpin mereka, Reso, merasakan setiap suara dari Dunia Luar sebagai gelombang kejut mematikan. Dentingan peralatan medis yang bergerak di kamar rumah sakit, bisikan perawat yang sedih, bahkan suara napas dokter yang berat—bagi mereka, itu adalah ledakan sonik yang bisa menghancurkan.
Mereka harus bergerak di antara gelombang suara, memanfaatkan momen-momen hening yang sangat singkat. Saluran telinga itu sendiri adalah labirin sempit yang licin dan berliku, penuh dengan lilin telinga yang lengket yang menjebak mereka seperti perangkap mematikan. Beberapa Akustikonit yang lebih kecil terhisap dan tenggelam dalam kotoran lengket itu, Pati Energi mereka terkuras sia-sia hingga padam. Mereka merayap di antara rambut-rambut halus Arga yang berfungsi sebagai hutan lebat, setiap helaiannya adalah pohon raksasa yang bisa menahan mereka.
Mereka mencapai gendang telinga, sebuah membran raksasa yang kaku dan bergetar hebat. Mendorong melaluinya adalah mustahil. Mereka harus menunggu sebuah celah, sebuah keretakan. Saat Arga di luar mengalami kejang terakhir, sebuah tekanan tiba-tiba merobek sebagian kecil gendang telinga. Beberapa Akustikonit yang beruntung, termasuk Reso, terlempar keluar ke kegelapan di telinga luar Arga, sendirian di antara debu dan getaran tak kasat mata. Mereka mendarat di permukaan kulit telinga yang dingin, Pati Energi mereka berkedip-kedip lemah, tidak tahu apakah ada yang lain yang berhasil selamat di kegelapan itu. Nasib mereka, terbuang ke kegelapan di balik lubang telinga, masih belum jelas.
Kelompok Mulut: Stomatit dan Kekacauan Terakhir
Sementara itu, sekelompok campuran dari berbagai ras yang terisolasi, yang paling putus asa, mencoba melarikan diri melalui rongga mulut Arga. Mereka adalah para Stomatit yang mendiami gusi dan lidah, bersama dengan sisa-sisa Pulmolites dan Hepatari yang tersesat dan tak punya tujuan lain.
Rongga mulut Arga yang sekarat adalah tempat kekacauan. Air liur yang mengering menjadi lengket dan sulit dilewati. Sisa-sisa makanan cair dari selang nutrisi yang diberikan kepada Arga—bagi mereka adalah gumpalan raksasa yang menjijikkan—bisa dengan mudah menelan mereka. Lidah Arga yang kadang bergerak lemah, bisa menjadi guncangan tak terduga yang menjebak mereka di antara giginya yang besar dan mati.
"Ke luar! Ada celah di bibir!" teriak seorang Stomatit, melihat secercah cahaya dari luar. Mereka merangkak maju, merasakan setiap sentuhan pada rongga mulut sebagai getaran besar. Pintu masuk ini adalah yang paling tidak stabil, bisa terbuka atau tertutup kapan saja. Beberapa terjepit dan hancur saat mulut Arga tertutup sesaat, meremukkan mereka tanpa ampun.
Pada saat Arga menghembuskan napas terakhir, sebuah kejang mulut kecil terjadi. Sebagian kecil dari mereka terlempar keluar, mendarat di masker oksigen yang menutupi wajah Arga. Mereka bersembunyi di antara serat-serat kain masker, merasakan dinginnya plastik dan bau disinfektan yang menyengat. Beberapa dari mereka, dalam keberuntungan yang mengerikan, jatuh dari masker ke tangan perawat yang sedang melepasnya, dan tanpa disadari, terbuang ke tempat sampah medis, sebuah akhir yang kejam dan tak terketahui.
Masing-masing kelompok ini, para penyintas yang terpisah dan putus asa, kini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar di Dunia Luar. Mereka telah lolos dari kematian inang mereka, hanya untuk terdampar di alam semesta yang asing dan acuh tak acuh, sendirian, tanpa tahu apakah ada yang lain yang selamat, atau apa yang menanti mereka di balik perbatasan terakhir. Ini adalah kisah-kisah kecil dari kepunahan sebuah dunia, dan awal yang menyedihkan dari perjuangan untuk bertahan hidup di alam semesta yang luas.