Keheningan yang memekakkan telinga di dalam Kapsul Penjelajah Dalam adalah saksi bisu dari realitas baru mereka. Setelah gemuruh kematian Arga dan pusaran energi gerbang, kini mereka hanya mendengar dengungan mesin asing dari kejauhan dan bisikan-bisikan raksasa yang tidak dapat mereka pahami. Neural, Lira, dan Titus, bersama unit kecil Pulmolites Pejuang dan Limfonit yang tersisa, masih berada di dalam kapsul, melayang di samping tubuh kaku Arga (manusia) yang dulunya adalah alam semesta mereka.
Cahaya di dalam ruangan ini sangat terang dan konstan, tidak seperti siklus Pati Energi yang berfluktuasi di dalam Arga. Setiap pantulan cahaya di permukaan kapsul terasa menyilaukan. Mereka melihat Dokter Anya dan Suster Lia datang dan pergi sesekali, berbicara dengan suara yang bagi mereka adalah ledakan sonik yang membuat seluruh kapsul bergetar.
"Pati Energi kita... terus menipis," lapor seorang Pulmolites Pejuang, suaranya lemah. "Sistem pendukung kapsul akan mati jika kita tidak segera menemukan sumber energi."
Neural, yang sudah pulih dari kejutan awal, merasakan urgensi itu. Ia memejamkan mata, memfokuskan indra Neuronitenya untuk "membaca" Dunia Luar. Ini berbeda dari getaran biologis Arga. Ini adalah gelombang-gelombang energi yang tidak teratur, tetapi sangat kuat, memancar dari benda-benda metalik dan sumber cahaya. Ada juga getaran lemah dari "Gunung Organik" di samping mereka, namun itu adalah getaran kematian, bukan kehidupan.
"Ada energi di sini," kata Neural, membuka matanya. "Bukan Pati Energi seperti yang kita kenal, tapi... ini adalah sumber daya yang tak terbatas. Kita hanya perlu menemukan cara untuk mengaksesnya." Ia mengarahkan perhatian pada kabel-kabel hitam raksasa yang menjuntai dari dinding, atau lampu-lampu panel di langit-langit. Bagi mereka, ini adalah sungai-sungai energi yang tak terjamah.
Titus, dengan naluri insinyurnya, mulai merumuskan rencana. "Kita tidak bisa tinggal di dalam kapsul terlalu lama. Kita harus keluar, mencari sumber energi dan memahami lingkungan ini."
"Tapi di mana?" tanya Lira, tatapannya menyapu lantai kamar rumah sakit yang luas, yang bagi mereka adalah hamparan datar tak berujung. "Ini terlalu besar. Bagaimana kita akan menavigasinya?"
"Kita mulai dengan yang terdekat," putus Titus. "Neural, fokus pada anomali energi terdekat yang bisa kita dekati. Lira, siapkan tim untuk eksplorasi mikro. Kita butuh sampel dari 'tanah' ini."
Langkah Pertama: Menyentuh Dunia Baru
Dengan hati-hati, Titus mengaktifkan sistem pendaratan kapsul. Kapsul itu perlahan turun dari ketinggian di samping ranjang Arga, mendarat dengan lembut di atas lantai putih yang dingin dan halus. Lantai itu terasa asing di bawah kaki mereka.
Titus membuka palka kecil di bagian bawah kapsul. Udara dingin dari Dunia Luar segera menyeruak masuk. Tidak ada kelembapan Pati Energi, hanya dingin yang menusuk. Lira, didampingi dua Pulmolites Pejuang, melangkah keluar. Bagi mereka, lantai itu adalah samudra tak berujung yang memantulkan cahaya. Setiap partikel debu, yang bagi mata manusia tak terlihat, bagi mereka adalah batu-batu raksasa yang harus mereka panjat atau hindari.
"Ini... sangat luas," bisik Lira, Pati Energinya berkedip-kedip saat ia mengamati sekeliling. "Tidak ada tempat bersembunyi."
Mereka bergerak perlahan, mengambil sampel dari permukaan lantai. Elara, yang beruntung bisa menerima transmisi jarak jauh dari Arsip Getaran sebelum sinyal terputus, telah mengajari mereka cara mengumpulkan data dasar. Sensor mereka menunjukkan materi yang aneh: campuran serat-serat kecil, partikel-partikel kristal yang sangat halus, dan apa yang mereka sebut "mikro-struktur anorganik"—bahan bangunan yang sama sekali berbeda dari apa pun di Argaterra.
Ancaman Tak Terduga: Predator yang Tidak Terlihat
Saat mereka menjelajahi beberapa inci dari kapsul, sebuah getaran aneh terdeteksi oleh sensor. Getaran itu bukan berasal dari "Gunung Organik" Arga, melainkan dari permukaan lantai itu sendiri. Semakin dekat, getaran itu terasa seperti irama langkah kaki raksasa yang tidak teratur.
"Sesuatu mendekat!" peringatan dari salah satu Pulmolites Pejuang, Pati Energinya menyala ketakutan.
Tiba-tiba, sebuah bayangan raksasa melintas di atas mereka. Itu adalah sesuatu yang sangat besar, berlapis-lapis, dan bergerak dengan cepat. Mereka hanya sempat melihat kilasan kaki-kaki berbulu dan mata majemuk yang menakutkan. Itu adalah serangga, mungkin kecoa atau laba-laba kecil di Dunia Luar, tetapi bagi mereka, itu adalah monster purba yang mengerikan.
"Sembunyi!" teriak Titus, menarik timnya kembali ke bawah bayangan kapsul. Monster itu melintas begitu saja, tanpa menyadari keberadaan mereka. Namun, kejadian itu adalah pengingat brutal: mereka bukan lagi satu-satunya bentuk kehidupan yang dominan. Dunia ini punya predatornya sendiri, dan mereka adalah mangsa yang sangat kecil.
Misteri di Bawah Bayangan: Jejak Kehidupan Lain
Di bawah bayangan yang ditinggalkan monster itu, Lira melihat sesuatu yang aneh. Sebuah jejak lendir kering yang sangat besar, memanjang di lantai. Di samping lendir itu, ada gumpalan material organik yang sangat kecil, namun jelas asing bagi Pati Energi mereka.
Neural, dari dalam kapsul, mencoba menganalisis gumpalan itu. "Ini... ini bukan berasal dari Arga," katanya, terkejut. "Ini adalah organisme Dunia Luar. Sangat kecil, tapi mereka hidup di sini. Ada kehidupan mikro lain di luar sana!"
Penemuan ini adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, itu berarti ada harapan bahwa kehidupan dapat bertahan di Dunia Luar. Di sisi lain, itu berarti mereka tidak sendirian, dan organisme-organisme itu mungkin merupakan ancaman atau pesaing.
Mereka juga mulai menemukan benda-benda lain yang aneh: serat-serat kain yang tipis tapi tak bisa dipotong, butiran-butiran kristal putih yang berserakan (obat-obatan atau remah makanan yang jatuh), dan jejak-jejak Pati Energi yang sangat samar dari makhluk yang jauh lebih besar dari mereka—mungkin sisa-sisa sel kulit manusia yang rontok, yang bagi mereka adalah puing-puing raksasa yang mengandung Pati Energi, walau sangat sedikit dan sulit diakses.
Malam (bagi dunia luar, hanya perubahan shift perawat) datang dengan kegelapan parsial. Kapsul mereka menjadi satu-satunya tempat berlindung. Mereka telah berhasil keluar, namun realitas Dunia Luar yang luas, dingin, dan penuh bahaya yang tak terduga, jauh lebih mengerikan dari apa pun yang bisa mereka bayangkan di dalam Arga. Mereka adalah penyintas, tapi pertanyaan terbesarnya adalah: untuk berapa lama?