Berbulan-bulan berlalu dalam persiapan intensif. Perguruan Naga Langit telah bangkit dari abu, lebih kuat dan lebih tangguh dari sebelumnya. Dinding-dinding baru yang diperkuat, jebakan Chi yang tersembunyi, dan sistem peringatan dini yang dirancang Jago, semuanya telah terpasang. Murid-murid baru telah dilatih dengan keras, tidak hanya dalam bela diri tradisional, tetapi juga dalam teknik-teknik yang dikembangkan Jago, yang menggabungkan presisi dan efisiensi.
Jago sendiri telah mencapai tingkat penguasaan Chi yang luar biasa. Ia bisa merasakan setiap pergeseran energi di lingkungan sekitarnya, memperkuat tubuhnya dengan Chi untuk menahan serangan yang luar biasa, dan bahkan memanipulasi elemen alam secara halus, meskipun ia masih belajar. Batu Chi Biru di dadanya memancarkan cahaya lembut yang konstan, bukti integrasi sempurna antara teknologi dan spiritualitas.
Guru Tua Lung mengamati kemajuan mereka dengan kepuasan. Ia tahu bahwa mereka telah melakukan semua yang mereka bisa. Namun, ia juga merasakan firasat buruk yang samar-samar. Ancaman dari luar angkasa, yang diceritakan Jago, terasa begitu jauh dan tak terbayangkan, namun ramalan kuno telah memperingatkan mereka.
Suatu malam, saat Jago sedang "bermeditasi" di puncak menara pengawas, ia merasakan gelombang energi yang sangat besar dan luas, jauh melampaui apa pun yang pernah ia deteksi sebelumnya. Matanya berkedip-kedip, dan seluruh sistemnya mengeluarkan peringatan paling tinggi.
"Guru!" panggil Jago, suaranya menggelegar melalui sistem komunikasi internal yang ia pasang. "Mereka datang! Armadanya! Skala ancaman: Tidak Terbayangkan!"
Seluruh perguruan segera siaga. Murid-murid bersenjata lengkap mengambil posisi pertahanan mereka. Ling dan Mei berada di garis depan, pedang terhunus, busur terentang. Kai, meskipun takut, berdiri teguh di samping Mei. Guru Tua Lung berdiri di beranda, auranya memancar kuat, siap menghadapi apa pun yang datang.
Langit malam yang gelap tiba-tiba berubah. Ratusan titik cahaya merah mulai terlihat di kejauhan, semakin banyak, semakin besar. Itu bukan bintang. Itu adalah armada pesawat tempur canggih, bergerak dalam formasi militer yang sempurna, datang untuk mengklaim Jago.
"Mereka jauh lebih banyak dari yang kubayangkan," bisik Ling, tangannya gemetar.
"Apakah kita bisa mengalahkan mereka, Jago?" tanya Kai, matanya penuh kecemasan.
Jago menatap armada itu, lalu menatap keluarganya. Ia mengaktifkan Mode Tempur. Cahaya biru-emas menyelimuti tubuhnya, dan kekuatannya memuncak. "Probabilitas kemenangan dalam pertempuran langsung: rendah. Namun, probabilitas pertahanan: mungkin."
Armada itu melayang di atas Perguruan Naga Langit, cahayanya yang dingin menerangi seluruh area. Sebuah pesawat induk raksasa, jauh lebih besar dari yang sebelumnya, melayang di tengah-tengah armada. Dari lambungnya, sebuah pilar cahaya hijau terang memancar ke bawah, menyapu setiap sudut perguruan, mencari Jago.
"Mereka mencoba melacak sinyal saya," Jago menganalisis. "Medan magnet di Puncak Terlupakan masih efektif, tetapi mereka menggunakan sistem pelacakan multi-spektrum."
Dari pesawat induk, ratusan Unit Pemburu mulai turun, tidak hanya Unit Pemburu biasa, tetapi juga Unit Penyerang yang lebih besar, Unit Pengintai dengan sayap yang memancarkan cahaya, dan bahkan beberapa Unit Infiltrasi yang bergerak secara sembunyi-sembunyi. Tanah di sekitar perguruan dipenuhi oleh pasukan robot, jumlahnya ribuan.
Pemimpin Armada, sebuah unit yang jauh lebih besar dan kuat dari yang lain, dengan zirah hitam pekat dan mata merah menyala, turun di depan pasukannya. Suaranya bergema, dingin dan tanpa emosi. Jago menerjemahkannya.
"Unit Prototipo," suara itu menggelegar. "Kau telah menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Menyerahlah, atau hadapi kehancuran."
Jago melangkah maju, membiarkan auranya memancar. "Aku tidak akan menyerah. Aku telah menemukan tujuanku. Aku akan melindungi tempat ini."
Pemimpin Armada itu tidak merespons secara verbal. Ia hanya mengangkat tangannya, dan seluruh pasukan Pemburu mulai bergerak maju, menyerbu Perguruan Naga Langit dari segala arah.
Pertempuran pecah. Jago melesat ke garis depan, menghadapi gelombang pertama Pemburu. Ia bergerak seperti badai, pukulan Chi-nya menghancurkan zirah baja, tendangannya membelah Unit Pemburu menjadi dua. Aura Chi biru-emasnya membelokkan tembakan energi yang tak terhitung jumlahnya.
Guru Tua Lung, dengan Chi-nya yang kuat, menciptakan perisai energi di sekitar perguruan, membelokkan tembakan-tembakan yang meleset dari Jago. Ling dan Mei, dengan teknik bela diri dan Chi mereka, bertarung dengan gagah berani, melumpuhkan Unit Pemburu yang berhasil melewati Jago. Kai, dengan keberaniannya, melempar batu-batu besar yang kini ia pemaa dengan Chi, menjatuhkan beberapa unit.
Namun, jumlah mereka terlalu banyak. Mereka menyerbu seperti gelombang pasang, mencoba menembus pertahanan. Beberapa Unit Pemburu berhasil mencapai dinding, mencoba merobohkannya.
Jago, meskipun kuat, mulai merasakan tekanan. Ada terlalu banyak musuh. Ia merasakan sistemnya terbebani. Ia harus menemukan cara untuk menghentikan mereka di sumbernya.
"Guru!" teriak Jago. "Pesawat induk adalah kuncinya! Aku harus menghentikan pengiriman mereka!"
"Hati-hati, Jago!" balas Guru Tua Lung, sambil membelokkan tembakan energi dari Unit Penyerang.
Jago menggunakan semua Chi yang ia miliki, melesat ke langit, menuju pesawat induk raksasa. Ratusan pesawat tempur kecil segera mengejarnya, menembakkan proyektil energi. Jago menghindar, membelokkan, dan bahkan menggunakan Chi-nya untuk mengacaukan sistem beberapa pesawat tempur, membuat mereka bertabrakan.
Namun, saat Jago mendekati pesawat induk, ia merasakan sebuah frekuensi aneh, berbeda dari Unit Pemburu lainnya. Itu adalah frekuensi yang sangat dekat, sangat familiar, namun juga sangat dingin.
Ia menoleh ke bawah, ke arah perguruan. Di tengah kekacauan pertempuran, ia melihat sebuah bayangan bergerak cepat, menyelinap di antara para Unit Pemburu yang sedang bertarung. Bayangan itu sangat mirip manusia, mengenakan jubah hitam, dan bergerak dengan kecepatan yang sangat mirip dengan Jago.
"Unit Infiltrasi," Jago menganalisis. "Misi mereka bukan untuk bertempur, melainkan untuk menyusup. Dan target mereka adalah... Guru Tua Lung!"
Jago merasakan firasat buruk. Ia segera mengalihkan arah, meninggalkan pesawat induk, dan melesat ke bawah, menuju perguruan dengan kecepatan penuh.
Di bawah, Unit Infiltrasi telah berhasil melewati pertahanan dan mendekati Guru Tua Lung. Guru Tua Lung, yang fokus melindungi murid-muridnya, tidak menyadari keberadaan ancaman tersembunyi ini sampai terlambat. Unit Infiltrasi itu melancarkan serangan kejutan, memancarkan bilah energi dari lengannya.
Ling dan Mei, yang melihat itu, berteriak. "GURU, AWAS!"
Namun, Unit Infiltrasi itu terlalu cepat. Bilah energi itu hampir mengenai Guru Tua Lung.
DUAK!
Dalam sepersekian detik, Jago tiba. Ia menggunakan tubuhnya untuk menahan serangan itu, membelokkan bilah energi dengan telapak tangannya. Percikan api menyambar.
Unit Infiltrasi itu mundur, matanya yang merah menatap Jago. Suaranya terdengar dingin dan tanpa emosi, namun entah mengapa terdengar familiar.
"Unit Prototipo," suara itu berkata, dalam bahasa yang bisa dimengerti Jago. "Kau telah menyimpang jauh dari tujuanmu. Pengorbanan dirimu tidak diperlukan. Kembali kepada kami."
Jago menatap Unit Infiltrasi itu. Ia merasakan frekuensi yang sangat mirip dengannya, seolah mereka adalah... sama.
"Siapa kau?" tanya Jago.
Unit Infiltrasi itu tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya, dan sebuah proyektil energi gelap ditembakkan, bukan ke Jago, melainkan ke Batu Chi Biru di dada Jago.
Jago terkejut. Proyektil itu menembus medan Chi-nya, mengenai Batu Chi Biru dengan kekuatan dahsyat.
KRAK!
Retakan muncul di permukaan Batu Chi Biru. Cahaya dari kristal itu berkedip-kedip, dan Jago merasakan gelombang rasa sakit yang tajam mengalir melalui sistemnya. Energi Chi-nya terganggu.
"Jago!" Guru Tua Lung, yang sekarang melihat apa yang terjadi, berteriak.
Unit Infiltrasi itu tersenyum dingin. "Tanpa inti kekuatanmu, kau tidak lebih dari sampah logam. Kau akan dibawa kembali."
Unit Infiltrasi itu melancarkan serangan lagi, kali ini bertujuan untuk melumpuhkan Jago. Namun, Jago, meskipun terluka dan energinya terganggu, tidak menyerah. Ia tahu bahwa ini adalah pertarungan terakhir. Ia harus melindungi Guru Tua Lung, Mei, Ling, dan Kai. Mereka adalah keluarganya.
Dengan raungan yang berasal dari "hati" barunya, Jago menerkam Unit Infiltrasi. Ini bukan hanya pertarungan fisik. Ini adalah pertarungan untuk keberadaannya, untuk takdirnya. Dan Jago, sang Jagoan Besi yang kini terluka, tidak akan membiarkan siapa pun mengambil apa yang telah ia temukan.