Pelarian dalam Sunyi

Lorong bawah tanah itu dingin, gelap, dan panjang seperti kematian itu sendiri. Zenon berlari tanpa menoleh, suara langkah kecilnya menggema di dinding batu yang basah. Tangannya menggenggam erat gulungan peta dan buku kecil yang ibunya selipkan ke dalam ikat pinggangnya sebelum memaksanya pergi.

Di belakang, benteng Alzareth telah runtuh. Tidak ada yang mengikutinya. Tidak ada suara ibu. Tidak ada suara prajurit. Hanya dirinya, sepi, dan gema.

Tangis yang sempat muncul di matanya kini telah kering, tertinggal sebagai bekas asin di pipinya. Tapi wajah Zenon tetap tenang. Tangannya tak bergetar. Ia berhenti di percabangan lorong, membuka gulungan peta, lalu memilih arah kiri tanpa ragu.

Ia tahu jalan ini. Pernah diam-diam mempelajarinya sejak umur tujuh tahun. Lorong pelarian keluarga kerajaan ini dibangun untuk keadaan darurat, tapi tak satu pun bangsawan yang pernah menggunakannya. Karena bagi kebanyakan dari mereka, kehormatan lebih penting daripada bertahan hidup.

Zenon memilih hidup.

Di ujung lorong, ia tiba di sebuah celah batu besar. Di sisi lain, cahaya tipis menerobos dari retakan sempit yang mengarah ke luar. Dengan napas terengah, Zenon menyusup melalui celah itu, keluar ke lereng gunung yang menghadap ke lembah tempat Alzareth pernah berdiri.

Dan di sana, ia berhenti.

Kerajaan itu tak lagi ada. Rumah-rumah sudah menjadi bara. Istana tinggal rangka. Menara-menara telah patah dan terbakar. Asap membumbung tinggi, menutupi langit dengan warna hitam kemerahan.

Zenon berdiri di atas batu, angin dingin meniup rambut pirangnya. Tak ada air mata. Hanya diam.

“Aku hidup,” katanya pelan. “Dan kalian semua mati.”

Ia menunduk, mencabut arang dari dalam gulungan bajunya, dan menulis satu kalimat di halaman belakang bukunya:

‘Hari ini, Alzareth jatuh. Tapi sejarah dimulai dari mereka yang bertahan.’

Langkah kecilnya mulai menuruni bukit. Di belakangnya, cahaya pagi akhirnya muncul, menembus kabut. Tapi di mata Zenon, sinar itu bukan harapan.

Itu adalah panggung.

Dan ia... adalah penulis cerita yang akan membentuk dunia berikutnya.