Bab 1, Mahkota Tanpa Senyum

Senja merayap pelan di balik menara tinggi istana Kerajaan Victoria. Cahaya keemasan menembus jendela-jendela kaca, memantulkan bayangan megah yang membentang di ruang tahta. Namun, di balik kemegahan itu, sebuah wajah muda duduk sendu, tanpa seulas senyum di bibirnya.

Raja Aryan, pemuda berusia dua puluh lima tahun, baru saja mengemban takhta setelah kematian ayahnya yang mendadak. Mahkota emas yang berat itu terasa seperti beban yang tak pernah bisa ia lepas. Suara langkah kaki penasihat dan pegawai istana datang bergiliran membawakan laporan dan permintaan, tapi Aryan hanya mengangguk tanpa benar-benar mendengarkan.

“Yang Mulia, pernikahan dengan Putri Kalensa dari Kerajaan Valer telah dijadwalkan bulan depan. Ini akan memperkuat aliansi kedua kerajaan,” kata Sang Wazir dengan suara berat, berharap Raja menunjukkan tanda setuju.

Aryan menatap jendela yang menghadap ke hamparan hutan dan desa kecil di kejauhan. Hatinya terasa hampa. “Aku tahu, tapi... apakah ini benar yang rakyat butuhkan?” gumamnya pelan.

Raja muda itu menghela napas panjang, mencoba meredam gelombang kecemasan yang terus menggerogoti jiwanya. Ia bukan hanya raja yang harus memimpin dengan kekuatan, tapi juga hati yang ingin memahami penderitaan rakyatnya. Namun suara-suara istana hanya bicara tentang kekuasaan dan politik.

Ketika malam mulai menyelimuti kerajaan, Aryan berdiri di balkon, menatap langit bertabur bintang. Ia bertanya dalam hati, apakah suatu saat ia bisa menemukan kebahagiaan dan cinta yang sejati, ataukah takdirnya hanyalah mahkota tanpa senyum yang terus membebaninya.

To Be Continued...