Kabut pagi menyelimuti hamparan ladang dan rumah-rumah sederhana yang berjajar di tepian desa kecil di pinggir kerajaan. Jalan setapak berlumpur berkelok di antara pohon-pohon rindang, tempat burung-burung mulai berkicau membangunkan kehidupan yang tersembunyi dari gemerlap istana.
Raja Aryan mengayunkan langkahnya dengan tenang, mengenakan pakaian sederhana yang menyamar dari identitasnya sebagai penguasa. Tanpa mahkota, tanpa jubah mewah, ia hanyalah seorang musafir yang menyusuri desa yang selama ini hanya pernah ia dengar lewat laporan para penasihat.
Udara segar menusuk hidungnya, membangkitkan rasa ingin tahu yang dalam. Ia memperhatikan rumah-rumah kecil yang terbuat dari kayu dan anyaman bambu, beratapkan jerami yang mulai rapuh dimakan usia. Suara anak-anak yang bermain, tawa dan canda, menyatu dengan gemericik sungai kecil yang mengalir tak jauh dari desa.
Namun di balik keramaian sederhana itu, Aryan menangkap rona kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Wajah-wajah tua dengan garis-garis kehidupan yang tegas, tangan yang kasar oleh kerja keras, dan mata yang menyimpan cerita kepedihan.
Di pasar kecil desa, Aryan mengamati para pedagang yang berjuang menjajakan hasil bumi. Harga yang mereka tawarkan tak sebanding dengan jerih payah yang mereka curahkan. Seorang ibu muda memegang erat tangan anaknya yang kurus, matanya penuh harap yang tak kunjung terjawab.
Aryan mencoba berbincang dengan beberapa warga. Mereka menyuarakan keluhan tentang pajak yang semakin mencekik, hasil panen yang menurun, dan ketidakadilan yang menggerogoti kehidupan mereka. Suara mereka bagaikan gema yang tenggelam di balik tembok istana.
Saat hari beranjak siang, Aryan menyusuri ladang dan sawah yang mulai menguning, merasakan getaran kehidupan yang selama ini terlewatkan dari pandangannya sebagai raja. Ia menatap langit biru dengan tekad yang menguat di dalam dada — bahwa suatu saat ia harus menjadi raja yang tidak hanya duduk di singgasana, tapi juga berdiri bersama rakyatnya.
Ketika malam mulai menyelimuti desa, dengan lampu-lampu kecil berkelap-kelip dari rumah-rumah, Aryan beristirahat di sebuah gubuk tua. Dalam kesunyian, ia menulis catatan kecil tentang hari itu, berjanji untuk kembali dan memulai perubahan yang nyata.
To Be Continued...