Quest Raelion

Brugo si Masalah Tambahan

Langkah kaki Rexa dan Kael menuruni bukit bebatuan yang mengelilingi Menara Raelion. Mereka baru keluar dari pertemuan paling absurd dan menyeramkan yang pernah Rexa alami—dan itu termasuk saat dia hampir dibakar hidup-hidup oleh roh kutukan level tujuh.

Dada Rexa masih terasa hangat. Di balik kulitnya, segel dari Raelion—berbentuk spiral terbalik—berdenyut samar seperti simbol hidup yang ditanam paksa.

“Jadi sekarang apa?” gumam Rexa. “Setelah ditempeli barcode neraka, kita ngapain?”

Kael melangkah mantap. “Raelion bilang... salah satu titik informasi tentang anomali terletak di reruntuhan Tanah Oretin.”

“Ah, ya. Reruntuhan. Karena kita belum cukup berurusan dengan tempat gelap, berkabut, dan penuh kejutan berbahaya,” desis Rexa sambil menghela napas.

---

Mereka berjalan melintasi dataran retak Lerien. Udara terasa sunyi, terlalu sunyi.

Lalu...

“—AKU DATANG, WAHAI JIWA-JIWA TAK BERUNTUNG! BERLUTUTLAH DI HADAPANKU ATAU—uh, tunggu... kaki gue kepleset.”

Rexa dan Kael langsung menoleh.

Dari balik batu besar, muncul sosok aneh.

Jubahnya compang-camping penuh tambalan warna mencolok, rambut awut-awutan, satu kacamata bundarnya retak sebelah. Di pinggangnya tergantung... sendok raksasa?

“Apa… itu?” bisik Rexa, ngeri dan geli sekaligus.

Sosok itu berdiri dengan gaya heroik amatiran.

“Aku adalah Brugo Dallheim, sang Pewaris Jurus Rahasia dari 37 Sekte Tak Terdaftar! Master Teknik Sendok Angin! Penjelajah Tanah-Tanah Terlupakan! Dan—eh—tolong, bisa bantu aku berdiri?”

Dia jatuh telentang setelah tersandung jubahnya sendiri.

Kael menghela napas. “Dan kutukan baru telah datang…”

---

Brugo, ternyata, bukan sekadar orang gila nyasar. Ia mengaku berasal dari desa yang hilang dalam kabut dua tahun lalu. Sejak itu, dia menjelajahi dunia dan mengumpulkan ‘ilmu’ dari berbagai sumber—entah itu biksu, pencuri, atau pengemis mabuk.

“Kau tahu soal anomali?” tanya Rexa sambil makan ransum kering.

Brugo mengangkat sendoknya tinggi-tinggi. “Tentu! Maksudku... tergantung anomali jenis apa. Tapi biasanya yang berspiral itu berbahaya... dan keren.”

“Dia tahu,” gumam Kael dengan nada curiga.

Rexa mengamati Brugo. Tampang tolol, tingkah konyol, tapi... dari caranya bicara, ada semacam petunjuk bahwa dia pernah lihat sesuatu. Sesuatu yang tidak seharusnya.

---

Saat malam turun, mereka mendirikan kemah kecil. Brugo nyelonong membantu menyalakan api dengan trik absurd yang melibatkan kentut, daun basah, dan mantra bisik-bisik.

“Jangan tanya aku gimana caranya. Ini hasil riset bertahun-tahun dan sedikit kebodohan alami,” ucapnya bangga.

Kael duduk di samping Rexa, memperhatikan simbol di dada Rexa yang terkadang menyala lemah.

“Dunia akan mulai bergerak. Tak lama lagi… pihak lain akan mengejarmu.”

“Pihak lain? Siapa? Pajak kerajaan?”

Kael hanya diam.

Rexa menatap api unggun, lalu Brugo, lalu langit.

“Aku benci dunia ini.”

“Tapi kau nggak bisa lari darinya,” jawab Brugo dengan nada... mengejutkan serius.

---

> “Kadang dunia nyuruhmu nyerah. Tapi lebih sering... dia cuma ngetes seberapa niat kau buat ngelawan.”

— Rexa, setelah ketemu makhluk paling absurd sejagat