Bayangan Dari Aurielle

💠 Bagian 4: Kebenaran yang Terkubur

Malam masih menyelimuti kota Aurielle, namun bagiku… langit sudah retak.

Rekaman dari kristal ungu itu masih terngiang di kepalaku. Bukan hanya karena kata-katanya tetapi karena mereka percaya aku bagian dari eksperimen.

Padahal aku tahu… aku mati di dunia lamaku. Aku dilahirkan kembali di sini.

> Tapi kenapa kekuatanku begitu mirip dengan yang mereka sebut sebagai "prototipe TAT-00-3"?

Kara duduk memeluk lututnya di pojok kamar. Leo berdiri mematung di dekat jendela, menatap kuil pusat yang menjulang seperti tombak kebenaran yang bengkok.

"Aurielle bukan kota suci," gumam Leo. "Kuil ini pernah digunakan untuk eksperimen bawah tanah. Dan mereka tak pernah benar-benar menutupnya."

Kata-katanya mengendap pelan dalam hatiku.

---

Kami menyelinap keluar sebelum fajar, lewat jalur bawah tanah yang disegel di belakang perpustakaan kota.

Menurut Leo, lorong ini pernah dipakai oleh para penyelidik independen yang hilang satu dekade lalu.

Udara di dalamnya dingin dan lembab.

Cahaya dari sihir kami bergetar di dinding bebatuan. Dan seiring kami turun lebih dalam suara itu mulai terdengar.

Bisikan.

Tidak seperti suara manusia. Tapi… seperti gema kesakitan yang terus terulang.

Kara mencabut senjatanya. "Kita tidak sendiri."

---

Sampai di ruang bawah ketiga, kami menemukannya.

Sebuah altar tua, dikelilingi kristal hitam yang retak. Di atasnya, sesosok entitas berdiri tinggi, kurus, dan nyaris tak bermata. Aura kegelapan menyebar dari tubuhnya, memutar sihir hingga udara terasa sesak.

> Entitas Kegelapan Tertanam.

Sisa dari ritual yang gagal.

"Penyembuh…" gumamnya. "Darahmu… menyimpan kunci pembuka… aku bisa merasakannya…"

Aku berdiri di depan Kara dan Leo. Tanganku terangkat, cahaya hijau berpendar kuat dari telapak tanganku.

"Kalau memang aku adalah kunci maka aku juga akan jadi penutupnya."

---

Pertarungan pun pecah.

Leo melempar sihir perangkap tanah, menahan pergerakan entitas itu, sementara Kara melompat dari sisi kanan, pedangnya memantulkan cahaya lentur sihir penyegel.

Aku… bukan hanya menyembuhkan.

Aku mulai memanipulasi sihir penyembuh ke bentuk baru.

Bukan hanya untuk luka tetapi untuk menyegel retakan sihir di sekitar entitas itu.

Cahaya hijauku berubah. Menjadi cahaya putih keemasan.

Aura penyembuh yang bukan hanya murni… tapi menolak kegelapan sepenuhnya.

Entitas itu menjerit.

"Ini… bukan kekuatan dunia ini…!!"

Aku melangkah maju.

> "Tentu saja tidak."

"Aku bukan dari dunia ini."

---

Dengan bantuan Kara dan Leo, aku menancapkan segel terakhir ke pusat altar.

Cahaya menyebar… menelan entitas itu… lalu…

> Hening.

---

Kami terjatuh ke lantai batu. Nafas kami tersengal. Tubuh kami kotor dan penuh luka, tapi tak satu pun menyerah.

Kuil itu… kini benar-benar hening.

"Apakah… selesai?" tanya Kara pelan.

Aku mengangguk. "Untuk sekarang… ya."

---

Kami kembali ke permukaan saat matahari pertama menyentuh menara kota.

Para penduduk mulai keluar rumah. Langit terlihat lebih biru. Aroma dupa dari kuil… tidak lagi menyesakkan.

Leo memberi kabar ke Guild bahwa akar dari anomali telah dibereskan, tanpa menyebut detail apapun tentang eksperimen, segel, atau diriku.

Garm, sang Guild Master, hanya menatapku lama… lalu tersenyum bangga.

"Kalau semua penyembuh sepertimu, dunia ini pasti lebih tenang."

---

Di penginapan, aku duduk di balkon, menatap matahari pagi.

> Mungkin... aku memang bukan siapa-siapa.

Tapi hari ini… aku menyelamatkan sesuatu.

Bukan hanya kota.

Tapi… diriku sendiri.

---