Simfoni Palu dan Percikan Harapan

Langit di atas Junkyard Junction masih gelap. Hanya sedikit semburat merah keunguan di ufuk timur yang menandakan fajar akan segera tiba.

Tapi suasana di sudut tersembunyi reruntuhan pabrik tua itu sudah seramai pasar di siang hari.

Dentingan logam, palu yang beradu dengan presisi, dan teriakan-teriakan semangat yang sesekali diselingi umpatan atau tawa, menciptakan sebuah simfoni kerja yang unik.

Junkyard Junction, yang biasanya terlihat seperti lautan sampah logam yang tak bernyawa, kini telah diubah oleh tujuh orang nekat menjadi sebuah bengkel kerja raksasa yang hidup dan penuh harapan.

Tumpukan barang rongsokan yang sebelumnya terabaikan kini menjadi bahan baku untuk sesuatu yang mustahil.

"Baiklah, semuanya! Semangat!" seru Hariel, dengan antusiasme yang seolah tak pernah habis. Dia melompat ke atas tumpukan pelat logam, tangannya mengepal ke udara. "Waktunya kita membuat sejarah! Waktunya kita membangun… Sky Ark pertama di dunia… yang sepenuhnya terbuat dari rongsokan pilihan!"

Kelompok mantan bandit itu saling berpandangan dengan ekspresi yang bercampur aduk antara lelah dan sedikit terinspirasi.

"Kau… kau yakin ini bisa berhasil, Kapten?" tanya Bolt, dengan nada skeptis yang tidak bisa ia sembunyikan.

"Tentu saja!" jawab Hariel. "Kita punya Niki, ilmuwan paling hebat di seluruh Gizmograd! Benar, kan, Niki?"

Niki, yang sedang sibuk menggambar sketsa di atas selembar kertas usang, mengangkat bahu tanpa menoleh. "Secara teori, mungkin," katanya, dengan nada datar khasnya. "Desain yang ku rancang ini tidak terlalu besar. Ini bentuk paling mungkin yang bisa kita buat dari bahan-bahan di sini."

Ia menambahkan, "Anggap saja ini fondasi. Prototipe. Cukup untuk membawa kita bertujuh menjelajahi langit. Nanti dalam perjalanan, kita akan terus menyempurnakannya."

"Jangan pesimis begitu, Kawan!" seru Hariel. "Prototipe yang bisa terus berevolusi itu jauh lebih keren! Yang paling penting, kita bekerja sama sebagai satu tim!"

Dan begitulah, mereka mulai bekerja.

TANG! TING! TUNG!

Suara palu Bolt beradu dengan logam, menciptakan ritme kerja yang mantap.

Di sudut lain, desis mesin las Wrench menyatukan bagian-bagian rangka dengan presisi, memancarkan cahaya biru terang.

Grease dan Pipe bergerak cepat, menyetel gir bekas dan melakukan pengukuran.

Sementara Hammer, dengan tenaganya yang besar, mengangkat balok-balok logam masif yang seharusnya butuh tiga orang.

Niki berlari kian kemari, dari satu pos ke pos lain, memberikan instruksi teknis dari sketsanya. "Bukan yang itu, Pipe! Kita butuh gir nomer tujuh belas! Bolt, sudutnya kurang tiga derajat!"

Dan Hariel? Dia adalah sumber tenaga utama.

"Butuh ini diangkat, Kapten!" "Oke!" "Butuh ini dibengkokkan sedikit!" "Serahkan padaku!"

Api kecil berkobar di ujung jarinya, membantu melelehkan atau membengkokkan logam yang sulit dibentuk sesuai arahan Niki.

Dari tumpukan barang rongsokan yang tak berbentuk, perlahan-lahan, mulai terbentuk sesuatu yang baru. Fondasi dari sebuah mimpi.

Tiba-tiba, sesuatu yang aneh bergerak di atas kepala mereka.

Hariel mendongak dan melihat… tidak ada apa-apa.

"Hei, kalian," panggil Hariel, dengan nada bingung. "Apakah kalian merasakan ada sesuatu yang aneh?"

Kelompok itu berhenti bekerja dan saling berpandangan. "Merasakan apa, Kapten?" tanya Bolt.

"Seperti… ada yang melayang dan mengawasi kita dari atas…"

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Kapten. Atau mungkin… tikus bersayap?" kata Grease sambil mengangkat bahu.

"Atau mungkin… hantu rongsokan!" kata Wrench, dengan suara gemetar, membuat Hammer langsung bersembunyi di balik "The Rusty Bucket" dengan ketakutan.

Lumi, yang dari tadi mengamati dalam diam, akhirnya memutar bola matanya dengan ekspresi kesal.

Dia memutuskan untuk menunjukkan diri.

"Kalian ini berisik sekali, sih. Aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi," katanya dengan nada ketus, muncul tiba-tiba di tengah-tengah mereka dalam wujud peri cahayanya yang berpendar.

"MAKHLUK APA ITU?!" teriak Bolt, dengan suara melengking yang sama sekali tidak cocok dengan penampilannya yang sangar. Ia refleks mengangkat kunci inggris raksasanya.

"Dia punya sayap dan bercahaya!" seru Grease kaget. "Apakah dia peri dari legenda?" tanya Pipe takjub. "Atau siluman penunggu tumpukan rongsokan ini?" tanya Wrench ngeri. Hammer sudah pingsan duluan di persembunyiannya.

"Sudah kubilang pada bocah ini, aku bukan peri, bukan siluman, dan jelas bukan hantu rongsokan!" kata Lumi, dengan nada semakin kesal. "Aku Lumi! Aku ini pemandu dan navigator Hariel!"

Kelompok mantan bandit itu ternganga, tidak percaya.

"Pe… pemandu?" tanya Bolt, terbata-bata. "Maksudmu… kau ini semacam roh pelindung atau jin dari dalam botol?"

"Bukan, dasar tukang kayu bodoh!" balas Lumi ketus. "Aku ini… ah, sudahlah. Terlalu rumit untuk dijelaskan pada kalian."

Hariel tertawa terbahak-bahak. "Sudah kuduga reaksi kalian akan seperti ini," katanya. "Kenalkan, ini Lumi. Dia pemanduku, dan dia juga yang memberitahu kita tentang sumber tenaga yang kita butuhkan."

"Sumber tenaga itu, di mana lokasinya?" tanya Niki, yang baru saja selesai dengan sketsanya dan mendekat, alisnya terangkat penuh minat.

Lumi mengangguk, kini menatap Niki dengan serius. "Aku bisa merasakan sisa-sisa energinya yang samar di beberapa komponen langka di tempat ini," katanya. "Aku bisa menunjukkan di mana kita mungkin bisa menemukan sumber utamanya. Tapi… tempat itu pasti tidak aman. Ada banyak pihak yang juga menginginkannya."

"Tidak masalah!" seru Hariel, dengan semangat membara. "Kita akan menghadapi siapa pun yang berani menghalangi jalan kita!"

Niki terdiam sejenak, menatap Lumi dengan tatapan seorang ilmuwan yang baru saja menemukan fenomena baru yang luar biasa, lalu tersenyum tipis penuh keyakinan.

Langit di atas Junkyard Junction menjadi saksi bagaimana suasana penuh harapan itu tiba-tiba dihancurkan oleh suara ledakan yang memekakkan telinga.

BOOM!

Sebuah ledakan dahsyat menghancurkan salah satu tumpukan logam raksasa di dekat area kerja mereka. Serpihan besi panas beterbangan ke segala arah seperti pecahan peluru, memaksa Hariel dan teman-temannya untuk segera berlindung di balik kerangka Sky Ark mereka yang baru setengah jadi.

"SERBUUUU!!!"

Suara teriakan perang yang terorganisir menggema dari segala arah.

Dari balik puncak tumpukan rongsokan tertinggi, puluhan bayangan hitam mulai turun, bergerak dengan kecepatan dan presisi militer. The Gear Phantoms.

"Sial!" desis Niki. "Mereka datang lagi!"

"Bolt! Semuanya! Siapkan 'perkakas' kalian!" teriak Hariel, suaranya kini tidak lagi ceria, melainkan tajam dan penuh perintah. "Kita beri mereka sambutan yang tidak akan pernah mereka lupakan!"