Bab 22 - Serangan Balik Alfa yang Terpojok
Aku tersentak saat Kaelen tiba-tiba muncul di depanku. Jantungku berdegup kencang, adrenalin mengalir deras di pembuluh darahku. Dia hampir saja memergokiku bersama Liam di toilet, dan aku belum siap menghadapi konfrontasi.
"Sera." Matanya menyipit curiga. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Mulutku terasa kering. "Hanya... menggunakan toilet." Aku menunjuk samar ke arah pintu di belakangku.
Pandangan Kaelen beralih dari wajahku ke pintu, ekspresinya semakin gelap. "Begitukah?"
Aku mengangguk terlalu cepat. "Ya. Hanya itu."
"Kalau begitu kau tidak keberatan jika aku masuk ke sana, kan?" Dia melangkah maju.
Kepanikan menyeruak dalam diriku. Liam masih di dalam, bersembunyi. Jika Kaelen menemukannya...
"Jangan!" Aku berteriak spontan, lalu berusaha mengendalikan diri. "Maksudku, sebaiknya jangan. Toiletnya... tidak begitu bersih."
Salah satu alisnya terangkat. "Sejak kapan kau peduli dengan kebersihan toilet?"