Bab 76 - Langit Bergejolak: Mantan Terungkap dan Kemarahan yang Membara
Keheningan terasa mencekik saat aku duduk sendirian di kabin privat kami. Kata-kata terakhir Kaelen masih menggantung di udara: "Tidak ada kita saat ini!" Setiap suku kata mengiris lebih dalam daripada luka fisik manapun.
Aku menatap pintu kabin yang dilaluinya beberapa menit lalu. Emosiku bagaikan badai yang kacau—terluka, bingung, marah. Bagaimana dia bisa begitu dingin setelah semua yang kami lalui bersama? Setelah membuatku percaya bahwa aku adalah miliknya?
Pesawat jet memasuki kantong turbulensi, membuat perutku mual. Cocok sekali, mengingat hidupku rasanya persis seperti itu.
"Persetan dengan ini," gumamku, membuka sabuk pengaman dan berdiri.
Tanpa memberi diriku waktu untuk mempertanyakan keputusanku, aku menyelinap keluar dari kabin privat dan berjalan menuju bagian ekonomi pesawat. Setidaknya di sana aku bisa bernapas tanpa merasa kehadirannya yang begitu mencekik.