Bab 83 - Tamu yang Tak Diundang dan Cinta yang Menghilang
Aku berdiri membeku, pikiranku berjuang memproses kata yang menggantung di udara di antara kami.
Tunangan.
Wanita pirang yang menawan itu—Isolde—berjalan melewati Kaelen dengan percaya diri seperti seseorang yang memang seharusnya berada di sini. Parfumnya, sesuatu yang mahal dan beraroma bunga, memenuhi ruangan saat dia masuk, sepatu hak tinggi designernya berbunyi click-click di lantai kayu.
"Kamu pasti Seraphina," katanya, mengulurkan tangan dengan kuku yang terawat ke arahku. "Aku sudah banyak mendengar tentangmu."
Aku sangat meragukan itu. Mataku melirik ke arah Kaelen, yang rahangnya terkatup begitu kencang hingga aku bisa melihat otot yang berkedut. Matanya telah menggelap menjadi warna berbahaya yang biasanya berarti seseorang akan segera terluka.
"Apa yang kau lakukan di sini, Isolde?" dia mengulang, suaranya rendah dan terkendali. Terlalu terkendali.