Aku baru saja mulai meninjau anggaran koleksi mendatang kami ketika Alistair berjalan santai memasuki pintu kantorku tanpa pemberitahuan. Lagi.
"Kamu kelihatan lelah, Hazel," katanya, meluncur ke kursi di hadapanku tanpa menunggu undangan.
Aku melirik dari laptopku. "Ada sesuatu yang kamu butuhkan? Aku sangat sibuk."
Matanya bergerak dari wajahku ke kertas-kertas yang berserakan di mejaku. "Aku dengar tentang masalah keuangan keluargamu. Itu situasi yang sulit."
Nada kepedulian palsu dalam suaranya membuat kulitku merinding. "Sungguh baik kamu memperhatikan. Sekarang, jika kamu permisi—"
"Sudahkah kamu memikirkan tawaranku?" Dia mencondongkan tubuh ke depan, menyandarkan sikunya di mejaku. "Lima puluh juta bisa menyelesaikan semuanya."
"Aku sudah bilang kemarin, aku tidak tertarik dengan uangmu atau syarat-syarat yang menyertainya." Aku terus mengetik, menolak memberikan perhatian penuhku padanya.