Masa Lalu Bersama, Awal yang Baru

Sudut Pandang Hazel

Angin malam mengacak-acak rambutku saat aku bersandar pada pagar balkon. Sebastian berdiri di sampingku, kehadirannya kokoh dan menenangkan. Percakapan kami tentang kejeniusan akademisnya telah membuka sesuatu di antara kami—sebuah pemahaman yang lebih dalam.

"Ada yang kau pikirkan?" tanya Sebastian, suaranya lembut dalam kegelapan.

Aku tersenyum tanpa melihatnya. "Hanya memikirkan masa lalu."

"Penyesalan?"

Pertanyaan itu menggantung di udara. Apakah aku menyesali tahun-tahun bersama Alistair? Donor darah? Kesetiaan buta?

"Bukan penyesalan tepatnya," kataku hati-hati. "Lebih seperti bertanya-tanya."

"Tentang?"

Aku berbalik menghadapnya. "Bagaimana jika kita bertemu dengan benar di universitas? Jika jalan kita bersilangan langsung alih-alih hanya... mengorbit satu sama lain."

Mata Sebastian menatap mataku. "Menurutmu apa yang akan terjadi?"