Sudut Pandang Hazel
"Jadi," kataku, memperhatikan ekspresi geli Sebastian, "semua ini karena aku pernah menyelamatkan hidupmu?" Potongan-potongan puzzle akhirnya mulai tersusun, membentuk gambaran yang mengejutkan sekaligus anehnya menenangkan.
Sebastian bersandar pada pagar balkon. "Dua kali, sebenarnya. Jangan merendahkan dirimu sendiri."
"Dan kemampuan memasakmu? Juga bagian dari pelatihan militermu?" tanyaku, mengalihkan pembicaraan.
Dia tertawa, suaranya terdengar hangat di udara malam. "Sama sekali tidak. Itu hanya bakat alami."
"Sekarang kau hanya pamer," godaku.
"Aku benar-benar tidak," katanya, menggelengkan kepala. "Itu hanya dasar bertahan hidup. Aku bisa memasak lima hidangan dengan baik. Sisanya hanya sekadar bisa dimakan."
Aku menaikkan alis. "Hanya lima?"
"Lima sudah cukup," dia bersikeras dengan senyuman. "Rotasi adalah kuncinya."