## Sudut Pandang Hazel
"Kamu sedang berduka atas hubungan yang kamu pikir kamu miliki, bukan hubungan yang sebenarnya kamu jalani."
Kata-kata Sebastian menghantamku seperti siraman air es. Enam tahun hidupku tiba-tiba terbingkai ulang dalam satu kalimat. Aku bersandar di kursiku, membiarkan kebenaran itu meresap.
"Itu..." Aku kesulitan menemukan kata-kata. "Itu sebenarnya sangat tepat."
Sebastian mengangguk, mata gelapnya mengawasiku dengan hati-hati. "Itulah mengapa kamu bisa pulih begitu cepat. Yang kamu hilangkan bukanlah cinta—melainkan sebuah ide."
Aku meneguk air, tenggorokanku tiba-tiba kering. "Tapi bagaimana kamu tahu? Bagaimana kamu bisa melihat sesuatu tentang hubunganku yang tidak bisa kulihat sendiri?"
Senyum kecil bermain di sudut mulutnya. "Pertama, kamu hidup selibat selama enam tahun."
Aku tersedak air, terbatuk-batuk dengan keras. Beberapa pengunjung restoran menoleh untuk menatap.
"Maaf?" Aku terengah ketika akhirnya bisa berbicara.