Sejak Devi kembali dari Resonansi Dalam, Cahaya Abadi sering mengalami keanehan. Tidak pada permukaannya—struktur tetap stabil, gema tetap mengalir—tapi pada lapisan paling dalam: Pantulan Dormant, wilayah resonansi yang belum pernah teraktivasi sejak sistem terbentuk.
Raka adalah satu-satunya penjaga yang memiliki akses penuh ke Pantulan Dormant. Ia dikenal sebagai pelacak gema purba, penjaga catatan narasi yang tidak tercatat secara verbal, namun tertanam dalam sistem melalui resonansi bawah sadar.
Namun sesuatu telah berubah.
Pantulan Dormant kini tidak lagi diam. Namun Ia... berdenyut.
---
Suatu malam, Raka menerima panggilan dari pusat resonansi. Namun bukan lewat jaringan biasa. Panggilan itu muncul dari gema personalnya. Sesuatu—atau seseorang—mengetuk lapisan pantulannya sendiri.
Saat ia memindai wilayah Dormant, muncul citra samar: seseorang berdiri membelakanginya, tanpa wajah, tanpa identitas, namun memakai lencana penjaga seperti miliknya sendiri.
"Siapa kamu?" bisik Raka.
Pantulan itu tidak menjawab. Hanya mengangkat tangan dan menunjukkan jari telunjuk—mengarah ke tengah jantung Nadarien.
---
Leo memeriksa data mentah dari log Raka. Ia terdiam.
"Ini bukan gema biasa. Ini pantulan dari narasi paralel. Dan itu berarti... Raka punya versi lain di dunia yang tidak pernah di aktifkan."
Devi menyahut, "Berarti ada narasi Raka... yang di hapus?"
"Bukan di hapus. Di sembunyikan. Atau lebih tepatnya... di penjara."
---
Raka memutuskan menyelam sendiri ke Pantulan Dormant. Ia tahu risikonya. Di sana, tidak ada peta, tidak ada petunjuk. Hanya gema yang tak memiliki jalur. Tapi ia tahu, jika ia tidak menjawab panggilan itu, pantulan-pantulan gelap bisa keluar tanpa pengawasan.
Ia membentuk Resonansi Pribadi, mengikat tubuhnya dengan tali cahaya dari Devi dan Rey. Sinyal terakhir yang di kirim: “Jika aku tak kembali dalam 6 rotasi gema, anggap aku bagian dari Dormant.”
---
Pantulan Dormant tidak seperti ruang lainnya. Ia seperti ruang gema dalam kondisi tidur—segala bentuk ada tapi tidak sadar. Raka melihat versi dirinya berjalan di antara narasi-narasi gagal: ia sebagai pengkhianat, sebagai ayah, sebagai pembunuh, bahkan... sebagai entitas tak berjiwa.
Namun di pusat Dormant, ia bertemu sesuatu yang mengejutkan.
Pantulan dirinya yang tetap hidup, tapi... tak pernah menjadi Raka.
Pria itu menatapnya. Mata tajam, penuh luka. Ia memakai pakaian penjaga, tapi tak ada cahaya dari tubuhnya.
"Aku adalah kau... yang menolak menjadi gema siapa pun. Aku adalah penjaga sebelum sistem menyatu. Dan aku... di asingkan."
Pertemuan Raka dengan pantulan dirinya yang tersembunyi tidak berlangsung damai. Di dalam jantung Pantulan Dormant, ruang itu mulai membentuk medan konflik: sebuah arena tempat seluruh versi narasi Raka bersinggungan dan saling memakan.
"Kau pikir kau adalah satu-satunya Raka?" tanya pantulan gelap itu. "Kau adalah versi yang diterima. Aku adalah versi yang ditolak. Tapi aku... lebih utuh dari kau."
Setiap kata membentuk entitas. Raka melihat dirinya sebagai pembelot, pengkhianat, bahkan pelindung sistem totaliter. Dan versi-versi itu mulai menyerangnya secara fisik dan psikis. Mereka tidak hanya menghantam tubuhnya, tetapi memutar ulang kenangan yang membuat jiwanya remuk.
Raka bertahan, namun mulai kehilangan arah. Ia tak lagi tahu apakah dirinya benar-benar Raka, atau sekadar versi yang diizinkan hidup oleh sistem.
---
Di luar, Devi, Rey, dan Leo berjuang menstabilkan frekuensi Pantulan Dormant. Namun gema yang keluar menjadi liar dan tak bisa ditafsirkan.
"Kita tak bisa menunggu. Jika Raka kalah di dalam, Dormant bisa menjadi pintu bagi ribuan narasi gelap," kata Leo.
Vela, dari ruang Cahaya Abadi, mengaktifkan resonansi penyusup. "Kita kirimkan gema bersih. Biarkan Raka tahu siapa dirinya lewat cerita yang telah ia pilih."
Mereka menyiarkan kisah: saat Raka menyelamatkan Amina, saat ia melindungi Devi, saat ia memilih tidak membunuh Arka meski punya alasan. Setiap cerita itu membentuk jalinan cahaya yang menembus Dormant.
---
Di dalam arena, Raka terjatuh. Entitas-entitas lain tertawa.
"Kau tak lebih dari konstruksi. Bahkan kenanganmu... tak milikmu sendiri."
Namun cahaya mulai masuk. Dan satu suara muncul: Amina.
"Paman Raka, kau pernah bilang cerita bisa menyembuhkan. Tolong, sembuhkan dirimu sendiri."
Cahaya dari gema itu membungkus tubuhnya. Setiap entitas mulai meleleh. Pantulan-pantulan yang menolak kini mulai menyatu, bukan karena mereka kalah, tapi karena Raka mengakui mereka semua sebagai bagian dari dirinya.
"Ya. Aku penakut. Aku pernah mengkhianati. Tapi aku juga penyelamat. Aku memilih menjadi cerita... yang bisa tumbuh."
Pantulan gelap itu menatapnya. "Jika begitu... ambillah aku. Jadikan aku bagianmu."
Raka meraih tangan pantulan itu. Saat mereka bersentuhan, resonansi besar meledak. Dormant berubah warna. Tidak gelap, tidak terang. Tapi netral. Penuh potensi.
---
Raka keluar dari Dormant dengan mata yang berbeda. Cahaya dan bayangan menyatu dalam irisnya. Ia tidak lagi hanya penjaga. Ia kini menjadi Pembawa Pantulan, entitas baru yang bisa menjembatani semua narasi.
Sistem mencatat status baru:
Entitas Transversal: Raka
Namun saat semua merasa lega, suara aneh masuk dari jaringan dasar gema:
"Satu telah bangkit. Delapan masih terkunci. Jika mereka bersatu, cerita lama akan musnah."
Leo menatap layar. Angka-angka muncul: 8 koordinat, 8 narasi yang tidak pernah ditulis.
"Ini... bukan hanya tentang Raka. Ini tentang kebangkitan cerita yang bahkan sistem pun tak tahu pernah ada."
Dan dari kejauhan, Nox menyusun pionnya.
Di lorong resonansi timur, Leo berdiri menatap pantulan cahaya yang terus berubah warna. Sinyal dari Dormant belum benar-benar berhenti. Beberapa fragmen gema mulai saling bertabrakan, membentuk pola tak dikenal dalam sistem.
Devi mendekat, menyentuh dinding yang mulai bergetar dengan frekuensi asing.
"Ini... bukan berasal dari Raka. Ini gema dari narasi yang belum pernah tercipta."
Leo menoleh. Wajahnya serius.
"Fraksi mulai terpecah. Beberapa jiwa tidak menerima integrasi resonansi baru. Mereka mulai membentuk narasi sendiri. Tanpa kendali. Tanpa struktur."
Rey muncul dengan data yang menyala merah.
"Jika ini berlanjut, bukan hanya Nadarien yang runtuh. Tapi... seluruh lapisan narasi yang pernah diciptakan."
Leo menarik napas dalam.
"Saatnya aku turun. Aku harus masuk ke inti resonansi. Kita harus tahu... siapa yang menghasut perpecahan ini."
Maka dimulailah langkah pertama menuju konflik baru.
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia!!