Angin malam menyapu lembut padang luas di utara Aravien, membawa aroma darah yang telah lama mengering. Di puncak bukit, seorang gadis berambut perak berdiri tegak, mata hijaunya menatap langit penuh bintang. Di tangannya, sehelai kain lusuh berlumuran abu tergenggam erat—satu-satunya kenangan dari rumah yang telah lama musnah.
Namanya Shhima.
Seorang anak tanpa nama keluarga.
Seorang anak yang seharusnya tidak memiliki sihir—namun memilikinya.
“Hari ini, aku tidak akan lari lagi…” bisiknya lirih. Suaranya tenang, tapi ada badai dalam dadanya.
Di belakangnya, bayangan muncul. Seorang pria dengan jubah hitam dan tongkat patah, wajahnya penuh luka. Ia adalah Kreis, penyihir buangan yang menjadi guru pertamanya.
“Langkah ini akan membakar semua yang kau kenal,” katanya.
Shhima menoleh, senyumnya penuh tekad. “Maka biarlah dunia terbakar, asal manusia bisa memilih jalannya sendiri.”
Dan malam itu, petualangan dimulai.