bab 2,di antara kitab dan buku teks

Pesantren dan Pataka: Kisah Seorang Santri Perwira - Bab 2: Di Antara Kitab dan Buku Teks

Hari-hari Fahri setelah itu dipenuhi rutinitas yang padat. Pagi hingga siang ia mengikuti kegiatan pesantren seperti biasa: mengaji, belajar kitab kuning, dan sholat berjamaah. Namun, sore hingga malam hari, ia mengganti kitab kuning dengan buku-buku pelajaran umum, khususnya materi yang dibutuhkan untuk ujian masuk Akpol. Ruangan kecil di dekat perpustakaan pesantren menjadi tempat belajar barunya, dipenuhi buku-buku teks pelajaran, kamus, dan beberapa alat tulis. Lampu minyak menjadi saksi bisu kerja kerasnya yang tak kenal lelah.

Teman-temannya banyak yang heran melihat perubahan Fahri. Beberapa di antara mereka mencibir, menganggap impian Fahri sebagai hal yang mustahil. Namun, ada juga beberapa yang mendukungnya, memberikan semangat dan bantuan semampu mereka. Abdur, sahabat karib Fahri sejak kecil, selalu setia menemani Fahri belajar, meski ia sendiri tengah mempersiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi agama. Abdur menjadi teman diskusi dan tempat Fahri mencurahkan segala keraguan dan bebannya.

Belajar sambil tetap menjaga kewajiban sebagai santri bukanlah hal yang mudah. Fahri seringkali merasa kelelahan dan putus asa. Banyak materi yang sulit dipahaminya, terutama materi-materi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan sosial. Namun, ia selalu mengingatkan dirinya sendiri akan impiannya, akan cita-cita yang ia usung sejak kecil. Ia juga mengingat nasihat Kyai Hamid: "Jalan menuju kebaikan selalu penuh tantangan, Nak. Jangan pernah menyerah sebelum kamu berusaha sekuat tenaga."

Suatu malam, saat tengah berjuang melawan rasa kantuk, Fahri menemukan sebuah keseimbangan yang tak terduga. Ia menemukan kesamaan antara ajaran Islam yang ia pelajari di pesantren dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan pengabdian yang dibutuhkan seorang polisi. Kedua hal itu bagaikan dua sisi mata uang yang sama-sama bertujuan untuk membangun masyarakat yang baik. Ia menyadari bahwa ilmu agama yang ia pelajari akan membantunya menjaga integritas dan moralitasnya sebagai seorang polisi kelak.

Dengan penemuan ini, semangat belajar Fahri semakin berkobar. Ia tak lagi merasa terbebani, melainkan termotivasi. Ia belajar bukan sekadar untuk lulus tes Akpol, tetapi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan bekal ilmu agama dan pengetahuan umum yang mumpuni. Ia mulai mengerti bahwa perjalanan panjang menuju bintang di pundak seragam polisi, sebenarnya adalah sebuah perjalanan panjang untuk menemukan jati dirinya.apakah Fahri keterima lanjut bab3