Cornelia

"Rei! Sudah puas bermain main nya?" Tanya Risyad sembari terkekeh geli.

"Hmm??? Aku tak sedang bermain main Risyad! Aku hanya ingin mematahkan hidung orang sombong ini secara perlahan." Jawab Rei sekena nya.

"Dasar. Ternyata seperti ini asli nya dua petinggi group motor terkuat? Hehehehe....." Gumam Sean yang merasa lucu melihat kelakuan dua sahabat tersebut.

Di belakang mereka. Seorang gadis yang sedari tadi melihat pertarungan yang menegangkan dan menakutkan bagi nya tetap terduduk dan terdiam karena ini kali pertama nya mengalami kejadian seperti yang dia alami.

"Sebentar." Tukas Rei yang berjalan mendekat ke arah gadis tersebut.

"Hei... Kamu tidak apa apa? Ada yang terluka?" Tanya Rei.

"Sa-saya tidak apa apa tuan. Terimakasih, maaf.. Telah merepotkan.." Jawab gadis tersebut terbata bata.

"Hmm? Kenapa kamu meminta maaf?" Tanya Rei yang terkejut gadis itu tiba tiba meminta maaf.

"Ka-karena saya membuat kalian bertiga jadi repot.... Maaf...." Jawab gadis tersebut.

"Tuh kan minta maaf lagi. Kamu korban bully kah? Dan juga.... Panggil aku Rei saja. Tak Perlu pakai embel embel tuan." Sahut Rei yang menduga bahwa gadis tersebut korban bullying.

"Ti-tidak tuan.... Ahh Rei... Terimakasih telah menyelamatkan ku, terimakasih juga untuk kalian berdua." Ucap gadis tersebut sembari bersujud yang mengejutkan Rei, Sean dan Risyad.

"Eh!! Jangan seperti itu! Bangunlah. Nama kamu siapa?" Tanya Rei yang merasa tidak enak saat gadis tersebut menunduk.

"Namaku Cornelia. Cornelia Freya Vanisa Tamara." Jawab gadis tersebut yang bernama Cornelia.

"Freya? Wah seperti dewa perang yah. Tapi seperti nya lebih cocok jika aku panggil Cornelia. Menurutku itu nama yang cantik.. " Sahut Rei untuk mencairkan suasana yang ternyata ungkapan Rei itu membuat hati Cornelia terasa hangat.

"Ini benar benar mimpi kan? Tidak mungkin orang seganteng ini menyebut namaku cantik. Namaku? Cantik? Orang yang sering jadi korban bullying ini?" Batin Cornelia, gadis korban bullying tersebut yang merasa hangat setelah perkataan nya Rei.

"Hai? Cornelia? Kamu kenapa? Ada yang salah yah dengan kata kata ku?" Tanya Rei yang penasaran karena Cornelia hanya terdiam mematung.

"Hah? Oh.. Iya... Eh maksud nya tidak.... Te-terimakasih Rei! Aku ijin pulang dulu yah. Permisi!" Sahut Cornelia yang salah tingkah yang membingungkan Rei, Sean dan Risyad.

"Pulang? Cornelia! Kamu pulang kemana?" Tanya Rei.

"Asrama universitas Starkey. Saya tinggal di sana untuk beberapa hari karena jarak dari kontrakanku ke Universitas lumayan jauh hehehe." Jawab Cornelia.

"Starkey? Wah!! Rei!" Panggil Risyad yang memberi kode dan langsung di pahami oleh Rei.

"Wahh... Ternyata kita satu Universitas yah. Cornelia, apakah kamu mau kita antar? Tengah malam begini tidak akan ada kendaraan yang bisa kamu sewa untuk kembali ke asrama, bahkan jika kamu berjalan sendirian,akan ada banyak lagi bahaya yang kamu alami seperti saat ini. Jika mau..... Aku akan mengantarkan mu ke sana. Aku berjanji tidak akan macam macam denganmu, serius!" Ujar Rei meminta Cornelia untuk ikut dengan Rei, Risyad, Sean.

"Me-memang nya boleh? Apakah pacar anda tidak akan marah jika orang seganteng anda mengantarkan gadis buruk rupa ini?" Tanya Cornelia yang merasa minder dan takut.

"Aku tidak punya pacar. Dan juga.... Buruk rupa? Kenapa kamu bilang begitu? Ikut kami sekarang! Aku tidak mau ada penolakan! Sean! Risyad! Tolong telfon pihak berwajib untuk mengamankan mereka!" Ucap Rei yang langsung berubah 180° menjadi serius.

"Mulai deh. Kumat tuh mode guru bk nya...." Gumam Risyad.

"Oke Rei!!" Lanjut Risyad menjawab Rei.

"Mengapa sifat dia langsung berubah seperti itu Risyad? Tadi seperti nya seru seru saja dia? Aku seperti melihat iblis yang sedang marah." Tanya Sean yang juga terkejut melihat perubahan sifat Rei.

"Biasa..... Sedari dulu,dia sangat membenci dengan hal yang di sebut bullying. Aku juga dulu sempat terkejut saat dia berubah seperti ini malah akan membuat dia terlihat seperti berkepribadian ganda. Tapi tenang lah, aku yakin sebentar lagi dia akan balik lagi seperti biasanya." Jawab Risyad yang memang sudah mengetahui kebiasaan Rei saat mengetahui bahwa ada seseorang yang menjadi korban bullying.

"Hmm.... Begitu yah. Apakah seperti ini asli nya ketua group BSC Riders sekaligus yang terkuat di antara semua group anak motor?" Ujar Sean.

"Hahaha... Kau terlalu melebih lebihkan Sean. Kami tidak sekuat itu kok." Sahut Risyad yang tertawa seolah perubahan sifat Rei itu adalah hal yang biasa baginya.

"A-apakah saya mengucapkan kata yang menyinggung anda? Sa-saya minta maaf tuan.." Tanya Cornelia yang langsung tak berani memanggil nama Rei.

Rei yang tak menjawab pertanyaan Cornelia dan langsung menarik tangan Cornelia dengan lembut yang membuat Cornelia merasa bingung.

Setelah sampai di minimarket yang di jaga oleh para anggota group Valhalla. Rei langsung membelikan Cornelia minuman hangat yang tersedia di minimarket tersebut dan mengajak duduk Cornelia.

"Tenanglah Cornelia. Sesuai janjiku, aku tidak akan macam macam denganmu. Ini..... Minumlah dulu." Ucap Rei yang menyadari bahwa Cornelia saat ini sedang ketakutan saat melihat tatapan Rei yang terlihat dingin dan terkesan seperti pembunuh berdarah dingin.

Cornelia pun meminum minuman yang di belikan oleh Rei dan sesaat kemudian, Cornelia pun menjadi sedikit tenang dan keadaan tersebut langsung di manfaatkan Rei untuk bertanya.

"Cornelia, apakah benar kamu korban bullying?" Tanya Rei langsung to the point.

"A-anda tau darimana?" Tanya Cornelia dengan pengucapan kata kata yang terbata bata.

"Aku bisa mengetahui nya dari pengucapan mu yang terbata bata, selalu meminta maaf, dan dari cara mu memandang seseorang yang tak berani memandang mata orang lain, seakan akan kamu selalu di hantui rasa ketakutan dan tidak mempercayai semua orang." Jawab Rei menjelaskan.

"Umm.... Iya... Sedari kecil saya sudah mengalami nya, bahkan sampai saat ini. Teman teman kelasku yang membully saya selalu saja ikut saat saya berpindah sekolah dimana pun itu, bahkan sampai saya baru saja masuk universitas Starkey ini, dia juga masuk di sana. Saya tidak tau apa salah saya sampai dia seperti ini, dia selalu saja bisa mendapatkan teman dan mengganggu saya setiap kali bertemu." Jawab Cornelia menjelaskan.

"Aku harus bagaimana untuk terhindar dari gangguan mereka yah? Jika dengan kematian yang menjadi jawaban nya, aku rela jika hal itu adalah hal terbaik." Lanjut Cornelia bergumam yang terlihat seperti berbicara dengan diri sendiri.

Rei dan Sean yang mendengar cerita Cornelia pun terkejut dengan gumaman Cornelia dan merasa sangat kasihan kepada Cornelia yang telah tersiksa bertahun tahun sampai saat dia berkuliah pun dia tak berani untuk bercerita tentang masalah nya kepada orang lain.

"Maaf. Tapi.... Apakah kamu memiliki teman?" Tanya Sean.

"Tidak... Saya tidak punya, di kampus pun ntah baru berangkat, di waktu istirahat, dan di waktu pulang pun saya selalu di ganggu oleh mereka dan yang lain nya pun hanya memandangi saja saat saya di ganggu oleh mereka." Jawab Cornelia sembari menggenggam botol minuman.

"Hmm begitu yah... Apakah mereka juga pernah melakukan kekerasan?" Lanjut Sean bertanya.

"Sering... Bahkan kemarin di kantin saya sempat di senggol oleh Eveline yang membuat kaki saya terkena pisau yang terjatuh tepat di kaki saya hehehe..." Jawab Cornelia sembari membetulkan kacamata nya.

"Kantin? Pisau? Setau ku yang boleh memakai pisau kantin di sana itu hanya penjaga kantin... Kamu bekerja di sana kah?" Tanya Sean penasaran.

"I-iya, aku sempat bekerja di sana." Jawab Cornelia.

"Maaf Cornelia. Tapi.... Aku penasaran, apa yang kamu lakukan tadi? Kamu berani sekali lewat di gang malam malam begini... Apakah kamu tahu di kota ini sering terjadi kriminalisasi?" Tanya Rei.

"Sama hal nya dengan di kantin. Saya bekerja di minimarket ini setiap shift sore sampai malam untuk tambah tambahan biaya hidup, membayar kuliah, dan menghidupi keluarga saya karena ayah saya menghilang 5 tahun yang lalu dan ibu saya terlibat kecelakaan yang membuat saya selaku anak pertama harus bekerja untuk kehidupan sehari hari beserta membayar biaya perawatan ibu di rumah sakit, dan saya bekerja juga untuk membayar sekolah kedua adikku." Jawab Cornelia dengan mata yang berkaca kaca sembari menunduk.

"5 tahun yang lalu? Menghilang? Dan juga nama dia mirip dengan gadis yang dulu dikenalkan paman Ivanov waktu berkunjung kerumah..." Batin Rei bertanya tanya.

"Ah, jadi begitu yah... Apakah kamu mau nomor telfonku?" Tanya Rei tiba tiba.

"Ma-maksud nya tuan?" Gumam Cornelia balik bertanya.

"Tidak ada maksud apapun kok. Aku ingin berteman denganmu." Sahut Rei secara jujur.

"Aku juga... Namaku Risyad. Salam kenal Cornelia." Lanjut Risyad memperkenalkan diri.

"Dan aku Sean." Lanjut Sean ikut memperkenalkan diri.

"Salam kenal tua Risyad, salam kenal tuan Sean." Jawab Cornelia yang tersenyum senang karena mendapat teman baru.

"Nahh begitu dong! Senyum! Hehehe... Tenanglah, mulai saat ini kamu adalah teman kami! Siapa tadi? Eveline yah? Tak kan kami biarkan dia mengganggumu lagi." Sahut Risyad.

"Dan juga. Tolong jangan memanggil kami tuan... Panggil saja nama kami, karena kita sudah berteman. Jangan takut takut lagi... Kamu aman bersama kami..." Lanjut Rei.

"Benar... Kami bertiga siap menjadi temanmu dan akan selalu melindungi mu.." Tambah Sean.

"A-ada apa ini? Ti-tiba tiba aku di kelilingi banyak lelaki ganteng dan keren ini? Ji-jika mereka mempunyai pasangan atau pastinya mereka mempunyai banyak wanita lain yang menyukai mereka... Aduh.. Habis aku ini..." Batin Cornelia yang panik.

"Oh iya, seperti nya sudah larut malam, yuk pulang. Biar ku antar." Ucap Rei mengajak Cornelia pulang ke asrama.

"Eh? Rei? Ti-tidak perlu repot repot mengantarkanku begini..." Jawab Cornelia.

"Tenang. Tugas kami adalah melindungi para warga kota Navy, dan kamu juga adalah warga kota Navy... Dan aku sendiri yang akan mengantarkan mu.." Sahut Rei.

"Ah aku paham... Oke Sean! Ayo kita duluan." Kata Risyad.

"Kau memang sahabat ku Risyad... Ada yang punya helm double tidak? Kalau punya... Aku pinjam dulu dong." Tanya Rei kepada teman temannya.

"Aku ada, kebetulan aku selalu membawa dua helm." Jawab Sean yang langsung memberikan helm fullface milik nya untuk di pakai oleh Cornelia.

Sebelum Rei mengantarkan Cornelia pulang. Sean dan Risyad pun ikut memberikan nomor telfon nya kepada Cornelia dan ikut mengawal dari belakang motorsport milik Rei.