Hanya suara desisan oksigen dan dengung listrik halus yang mengisi ruang sempit itu. Leon duduk di kursi sempit pod, masih mengenakan pakaian luar angkasa penuh, helmnya tergeletak di lantai logam. Dadanya masih naik turun cepat, adrenalin dari perjalanan tadi belum sepenuhnya surut.
Kotak logam kecil itu terbaring di pangkuannya. Permukaannya dingin, berwarna perak gelap dengan bercak gosong di sisi-sisinya. Ada goresan kasar, seolah telah menghantam sesuatu dengan keras. Leon memutar kotak itu perlahan, membiarkan cahaya biru redup dari panel kontrol memantul di tepinya.
> “Analisis awal… Objek berasal dari material paduan kapal komersial. Mekanisme kunci terdeteksi: biometrik atau manual.”
Suara AI dari gelangnya terdengar jernih, datar seperti biasa. Leon mengerjap, menarik napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan kotor.
“Kalau biometrik… berarti tidak ada gunanya. Pemiliknya pasti sudah… ya, sudah tidak ada.”
Kalimat itu berhenti di tenggorokannya, seolah tak tega dilanjutkan. Ia menggigit bibirnya sendiri.
“Baik, kita coba cara manual.”
Ia meletakkan kotak itu di meja sempit pod, di samping makanan kering dan botol airnya. Tangannya bergerak membuka kompartemen alat, mencari obeng kecil dan cutter plasma di pinggangnya. Cutter itu diputar, diatur dari mode defensif kembali ke mode alat potong presisi. Cahaya merah kecil menyala di ujungnya.
“Baiklah, mari lihat rahasiamu.”
Tangannya gemetar sedikit saat cutter menyentuh engsel kotak. Suara mendesis halus memenuhi ruangan ketika logam mulai meleleh perlahan. Bau besi terbakar bercampur dengan aroma steril pod.
Ia berhenti sejenak, mengatur napas.
Muncul kilasan dari perjalanan tadi: flora yang bercahaya, kilatan logam, dan ketenangan aneh yang ia rasakan meski sedang sendirian di dunia asing. Ketika pandangannya kembali ke kotak, ketegangan kembali memenuhi dadanya.
> “Suhu logam meningkat. Hati-hati dalam proses pembukaan.”
“Ya… aku tahu,” gumam Leon, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Aku tidak ahli dalam membuka hal seperti ini… aku hanyalah teknisi kapal. Sialan... huft... aku bisa melakukannya.”
Tangan kirinya memegang kotak erat-erat, tangan kanannya mengarahkan cutter dengan hati-hati. Engsel pertama berhasil dipotong, tetapi ketika ia berpindah ke sisi lain, percikan kecil tiba-tiba melompat keluar. Leon spontan melempar cutter ke meja, tubuhnya tersentak ke belakang.
“Ah—!” Napasnya tercekat. Kotak itu terjatuh dari meja dan menghantam lantai logam dengan dentuman berat. Leon menatapnya, jantungnya berdegup keras. Tangannya mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri.
> “Tidak ada reaksi ledakan. Listrik internal sementara aktif. Sarankan berhati-hati.”
Leon terkekeh pendek, gugup.
“Terima kasih… aku hampir saja mati konyol oleh kotak kecil.”
Ia mengambil cutter lagi, memeriksa daya, lalu menghela napas panjang.
“Ayo… jangan buat aku panik lagi.”
Ia melanjutkan pekerjaannya, kali ini lebih sabar. Waktu berjalan pelan di dalam pod yang diterangi cahaya biru. Setiap bunyi desis cutter dan suara logam yang patah seperti dentang jam yang menandai detik-detik tegang.
---
Engsel terakhir akhirnya menyerah dengan suara retakan nyaring. Leon memegang tutup kotak dengan kedua tangan, mengangkatnya perlahan, seolah takut ada sesuatu yang akan meledak. Tidak ada yang terjadi. Hanya suara napasnya sendiri.
Di dalam kotak itu, terdapat beberapa benda yang tersusun rapi:
Tiga chip data berukuran seperti kuku jari, berlabel samar dengan angka seri.
Sebuah modul berbentuk kubus, permukaannya berpendar biru lembut.
Selembar kain tipis berlapis logam, mungkin potongan dari pakaian luar atau selimut isolasi.
Leon menyentuh chip pertama, permukaannya halus dan dingin.
“Data… mungkin rekaman, atau peta…” suaranya pelan, penuh harapan yang nyaris tak berani keluar.
> “Analisis… Chip data generik. Potensi: penyimpanan visual, audio, atau peta digital. Modul kubus: sumber energi portabel. Daya tersisa: enam jam operasional.”
Leon tersenyum tipis. “Enam jam tambahan… itu bisa berarti hidup sehari lebih lama.”
Ia memindahkan chip-chip itu ke samping, lalu mengambil modul kubus. Lampunya yang berpendar lembut membuat ruangan seolah mendapat cahaya kedua selain panel pod. Leon memasang modul itu ke port energi pod. Layar utama berbunyi klik dan indikator daya bertambah.
> “Energi sistem meningkat. Durasi operasi pod bertambah enam jam.”
Leon menghela napas lega. “Setidaknya kau berguna…”
---
Ia mengambil salah satu chip data, meneliti pin kontaknya, lalu memasukkannya ke slot samping konsol pod. Layar memproses data, garis-garis hijau muncul, lalu perlahan berubah menjadi gambar yang bergerak.
Suaranya serak ketika ia berbisik, “Ayo… tunjukkan sesuatu.”
Layar memunculkan gambar kabin kapal komersial. Ruangannya goyah, lampu merah menyala. Orang-orang berlari, beberapa memakai baju luar angkasa, beberapa hanya pakaian biasa. Suara teriakan samar terdengar:
“Semua ke pod penyelamat! Cepat! Modul dua hangus!”
Leon menelan ludah. Matanya menatap layar tanpa berkedip. Ia mencari wajah-wajah yang mungkin ia kenal, tapi gambar terlalu buram. Sekilas terlihat seorang perempuan memeluk anak kecil, lalu hilang ditelan asap.
> “Rekaman visual parsial. Data rusak lima puluh dua persen.”
“Aku ingat itu…,” Leon berbisik pada dirinya sendiri. Dadanya terasa sesak. Ingatan suara-suara teriakan kembali memenuhi telinganya. Tangannya menutup wajahnya, berusaha mengusir rasa bersalah yang tiba-tiba meluap. “Aku bahkan tak tahu nama mereka… dan aku yang masih hidup.”
> “Kadar stres meningkat. Disarankan mengatur pernapasan.”
Leon tertawa pendek, getir. “Kau bahkan tahu aku stres, ya?”
Ia menarik napas panjang, menahan sebentar, lalu menghembuskannya perlahan. Panik mereda, berganti keheningan yang berat.
----
Rekaman di layar beralih, menampilkan peta rute kapal. Titik biru besar menunjukkan posisi kapal induk sebelum jatuh, garis merah menunjukkan jalur penyimpangan, dan beberapa ikon kecil menyala di berbagai lokasi. Salah satunya berkedip, seperti sinyal lemah dari suatu tempat.
> “Data rute parsial terdeteksi. Beberapa koordinat menunjukkan fasilitas lain dalam radius tidak diketahui.”
Leon duduk membeku. “Fasilitas lain…?” Ia memandangi layar itu lama sekali, otaknya berputar dengan kemungkinan baru.
“Mungkin… ada yang selamat. Mungkin… aku tidak sendiri.”
Matanya mengalirkan air mata tipis, cepat ia seka dengan punggung tangannya.
“Aku tak boleh berharap terlalu tinggi… tapi kalau ada kemungkinan itu…”
> “Rekomendasi: menganalisis chip data lainnya untuk informasi tambahan.”
Leon mengangguk pelan. “Besok… aku akan lakukan.”
---
Leon menyalakan pemanas kecil di sudut pod, membuat udara di dalamnya sedikit lebih hangat. Ia duduk diam, memandang chip‑chip data di atas meja, sambil mengunyah makanan kering yang rasanya hambar.
Tangannya menyentuh gelang di pergelangan kirinya. Cahaya biru lembutnya terus berdenyut, stabil seperti detak jantung kedua. Beberapa detik ia hanya memandanginya, lalu suara lirih keluar dari mulutnya:
“Boleh aku bertanya sesuatu?”
> “Silakan.”
“Bisakah aku memberimu nama?”
Leon berhenti sejenak, memikirkan betapa anehnya bertanya begitu pada sebuah perangkat.
> “Konfirmasi. Pengguna memiliki izin untuk menetapkan identitas sebutan.”
Leon mengangguk pelan.
“Baiklah… kalau begitu…”
Ia memandang keluar jendela kecil pod, ke hamparan batu hijau yang redup diterangi flora biru. Diam beberapa detik, lalu berkata:
“Aku akan memanggilmu… Terra.”
> “Nama baru diterima. Identitas sistem: Terra.”
Leon menghela napas ringan. “Baik, Terra… mulai sekarang, aku akan memanggilmu dengan itu.”
> “Konfirmasi. Sistem siap menerima perintah.”
Leon tersenyum tipis, tapi Terra tetap diam—hanya cahaya biru pada gelangnya yang berdenyut dengan ritme stabil, seperti sebelumnya.
Perutnya bergejolak lagi. Ia membuka satu paket makanan kering lagi, memakannya lambat-lambat, mencoba menghitung berapa lama stoknya akan bertahan. “Kalau aku pergi sejauh itu, aku butuh persiapan… makanan, oksigen, alat…”
Tangannya meraba cutter plasma di pinggangnya. Ia tersenyum tipis.
“Setidaknya aku punya sesuatu untuk melindungi diri.”
---
Leon mematikan layar, menyimpan chip data yang sudah diputar ke dalam kotak logam. Tangannya meraba gelang di pergelangan. Cahaya biru lembut itu masih menyala, menandakan Terra terus aktif.
> “Status vital: stabil. Aktivitas eksternal disarankan kembali dilakukan setelah istirahat.”
Leon mengangguk, lebih pada dirinya sendiri. “Besok… aku akan menjelajahi lebih jauh. Mungkin aku akan menemukanmu… siapapun kau yang berhasil selamat.”
Ia merebahkan tubuh di kursi, menutup matanya perlahan. Di luar, kabut hijau itu bergulung seperti napas planet, dan pod kecil itu bergetar ringan seiring denyut mesin yang masih bekerja.