Bab 7: Penjara Langit

Penjara Langit, sebuah benteng menggantung di atas pusaran langit yang terus bergolak.

Dibangun oleh para leluhur Sekte Langit Suci, tempat ini bukan hanya penjara bagi para pengkhianat dunia—tetapi juga altar tersembunyi untuk membangkitkan entitas yang telah lama terlupakan.

Li Zhen berdiri di ujung tebing, memandang gerbang awan yang berputar seperti mulut naga.

Angin di sini mengandung tekanan jiwa—bahkan kultivator tingkat tinggi bisa kehilangan kesadaran hanya karena bernapas.

Namun dia tetap melangkah maju.

“Ayah…”

“…aku datang, meski aku tak tahu apakah aku akan menyelamatkanmu… atau menghabisimu.”

---

Gerbang Dijaga Tiga Penjaga Dimensi

Begitu mendekat, tiga sosok muncul dari kabut awan.

Mereka bukan manusia. Tubuh mereka terdiri dari fragmen hukum dunia—setiap langkah mereka meretakkan langit, setiap bisikan mereka menggetarkan jiwa.

Penjaga Pertama: Denda Xu, penguasa waktu yang dapat memutar ulang luka dan penderitaan.

Penjaga Kedua: Wuya Dewa Tanpa Nama, makhluk tanpa suara yang dapat menghapus eksistensi hanya dengan menatapnya.

Penjaga Ketiga… membuat Li Zhen membeku.

Dia mengenali wajah itu.

Wajah ibunya.

---

Kejutan: Boneka Jiwa Ibu

“...Ibu?” bisik Li Zhen, langkahnya gemetar.

Tapi sosok itu tidak merespons dengan kasih sayang.

Ia hanya membuka matanya yang bersinar emas, dan dari dahinya muncul segmen hukum pemurnian, tanda bahwa ia telah dibangkitkan sebagai Boneka Suci.

“Li Zhen, anak dari darah terkutuk… atas nama Langit, engkau harus disucikan.”

---

Pertarungan Dimulai

Penjaga Pertama, Denda Xu, bergerak lebih dulu. Ia membalik waktu di sekeliling Li Zhen, memaksa tubuhnya merasakan kembali semua luka yang pernah ia alami.

Tulang yang sudah sembuh patah kembali. Dagingnya terbuka. Luka-luka masa kecilnya menyerbu kembali.

Tapi Li Zhen tersenyum getir.

“Kau ingin aku menyesal? Aku adalah luka itu sendiri.”

“Kutukan Ketiga: Pengalihan Penderitaan Abadi!”

Li Zhen mengubah rasa sakit menjadi kekuatan darah. Ia mengayunkan tangan kutukannya dan melemparkannya ke arah Xu. Darahnya meledak seperti ribuan jarum keji.

Penjaga Pertama menjerit dan meledak menjadi debu waktu.

---

Penjaga Kedua: Wuya

Tanpa suara, Penjaga Kedua menatap Li Zhen.

Seluruh keberadaan Li Zhen mulai terhapus. Namanya lenyap. Bayangannya menghilang. Bahkan darahnya berhenti mengalir.

Namun…

“Kau ingin menghapusku dari dunia…? Sayangnya… aku sudah bukan bagian dari dunia ini.”

Li Zhen membuka tangan kirinya. Tangan ketiga di punggungnya menghancurkan hukum Wuya dengan satu pukulan, dan seketika Penjaga Kedua menguap menjadi ketiadaan.

---

Kini hanya satu yang tersisa.

Sosok ibunya berdiri, mata kosong tapi senyumnya indah seperti dulu.

“Maafkan aku… Ibu tak bisa mengenalmu lagi…”

“…karena jiwaku telah dibersihkan demi menjadi pelindung Langit.”

Li Zhen menggigil.

“Aku bahkan sudah mengorbankan kenangan tentangmu… tapi kenapa rasa sakit ini tetap ada?”

Yue Xian dari kejauhan berteriak, “Zhen! Itu bukan ibumu lagi! Dia hanya wadah! Jangan biarkan perasaanmu membunuhmu!”

---

Li Zhen Menolak Mundur

Air mata darah menetes dari mata Li Zhen.

Namun ia mengangkat tangan kutukannya.

“Kalau kau bukan ibuku lagi…

...maka aku akan memberimu kematian yang tak pernah mereka berikan padaku.”

“Selamat tinggal… Ibu.”

---

Teknik Baru: Kutukan Pemurnian Terbalik

“Tangan Ketiga dari Neraka—Pemurnian Terbalik.”

Alih-alih menyucikan dunia, Li Zhen menodai kesucian palsu.

Kutukannya menghapus pemrograman hukum dari tubuh ibunya, dan perlahan—jiwa asli sang ibu muncul dari kabut.

Sesaat, ia menatap Li Zhen… dan tersenyum.

“Kau… sudah cukup kuat, Zhen. Jangan biarkan dunia mengubah hatimu sepenuhnya…”

“…dan temui ayahmu. Tapi jangan percaya semuanya. Dia… telah menyatu… dengan entitas itu…”

---

Sang ibu menghilang dalam debu cahaya.

Li Zhen jatuh berlutut, namun ia bangkit kembali dalam diam.

---

Gerbang Penjara Langit Terbuka

Gerbang hitam raksasa terbuka, dan udara beracun keluar dari dalamnya.

Sebuah suara bergema dari kedalaman:

“Zhen… akhirnya kau datang…”

---

“Penjara Langit telah terbuka…”

“Dan kini aku harus bertemu dengan satu-satunya orang yang mungkin bisa menjawab semuanya…”

“Ayah… apakah kau masih manusia? Atau hanya tubuh untuk neraka berikutnya?”