Chap 2 - Mata Dunia Mengarah Padamu

Malam turun lebih cepat dari biasanya di desa Qianlou. Awan hitam menggantung berat di langit, seolah langit sendiri sedang menahan napas. Di rumah kayu tua di pinggiran desa, Li Shen duduk di lantai, tubuhnya gemetar, napasnya berat. Keringat membanjiri wajahnya. Matanya merah darah, dan nadi di lehernya berdenyut liar.

Sejak batu roh pecah dan cahaya ungu keemasan itu melesat ke langit, sesuatu di dalam tubuhnya... bangkit. Sesuatu yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya.

Qi.

Tapi ini bukan Qi biasa.

Itu seperti badai api dan es yang saling bertabrakan dalam tubuhnya. Menyakitkan, liar, dan seakan ingin merobek daging dan tulangnya dari dalam. Namun, di balik rasa sakit yang menusuk, ada satu hal yang dia tahu: kekuatan itu hidup.

Dan itu miliknya.

“Tenangkan pikiranmu!” Suara Kakek Mu terdengar dari balik dapur. “Jangan biarkan Qi itu menguasai akalmu. Kau bukan wadah kosong lagi, Shen’er. Kau harus memimpin kekuatan itu, bukan dikendalikan olehnya!”

Li Shen menggertakkan gigi. Ia menggenggam kuat-kuat lututnya, menahan rasa panas di dalam dada.

BLAM!

Pintu rumah mereka mendadak terbuka lebar. Dua orang berjubah hitam masuk tanpa izin, keduanya bertopeng perak dengan simbol naga patah di kening mereka.

Kakek Mu berdiri sigap. “Siapa kalian?! Ini rumah pribadi!”

Salah satu dari mereka melangkah maju, suaranya dingin seperti pisau malam, “Kami dari Klan Baihun. Kami datang karena langit memberi isyarat. Anak itu... pemilik darah Langit Ketujuh. Serahkan dia.”

Li Shen menoleh. Nafasnya masih tersengal, tapi tatapannya tajam. Untuk pertama kalinya, dia tidak sembunyi di belakang siapa pun.

“Aku tidak akan pergi dengan orang yang masuk rumah tanpa izin,” ucapnya lirih, tapi tegas.

Klan Baihun—salah satu faksi rahasia Kekaisaran Langit Tengah. Mereka dikenal sebagai pemburu warisan. Jika mereka tahu kau punya kekuatan kuno… maka hanya ada dua kemungkinan: kau direkrut, atau dibunuh.

Pria bertopeng mengangkat tangan. Sinar hitam terbentuk di telapak tangannya, berputar seperti pusaran kabut. “Bocah bodoh. Kau pikir kau bisa menolak?”

Tapi sebelum serangan itu dilepaskan—TING!!

Sebuah suara tajam memotong udara. Cahaya emas menyilaukan menyambar dari atap rumah.

SRAAAK!!

Pedang terbuat dari cahaya menebas pria bertopeng itu dalam sekejap. Tubuhnya terpental dan menghantam pohon besar di luar rumah, menimbulkan suara gemuruh.

Sosok tinggi berjubah putih turun perlahan dari atap, rambutnya panjang, matanya tajam seperti elang.

“Siapa menyentuh anak muridku tanpa izin?” ucapnya datar.

Li Shen melongo. “A-anak murid...?”

Sosok itu menoleh padanya. Wajahnya tampan namun dingin, dan simbol awan petir di pundaknya bersinar samar. “Namaku Zhao Lingxian, dari Paviliun Petir Abadi. Kau telah membangkitkan Qi Langit Ketujuh. Mulai sekarang… kau milik kami.”

Kakek Mu membelalakkan mata. “Paviliun Petir… Mereka adalah salah satu dari Tujuh Sekte Suci…”

Zhao Lingxian menatap Li Shen lama. “Kekuatanmu terlalu mencolok. Bahkan kekaisaran akan datang padamu. Kalau kau bertahan di desa ini, mereka akan membumihanguskan semuanya hanya untuk meneliti darahmu. Kau harus ikut aku, sekarang.”

Li Shen terdiam. Ia menatap tangannya yang masih gemetar.

Dunia yang ia tahu… sudah hancur. Tak ada lagi hari tenang di desa, tak ada lagi pagi damai dan tanah ladang.

Tapi di balik kehancuran itu, ada jalan baru. Jalan berdarah. Jalan menuju kekuatan.

“…Bawa aku,” ucap Li Shen akhirnya. “Ajari aku… cara bertarung.”

Zhao Lingxian tersenyum tipis. “Kalau begitu, bersiaplah. Dunia akan membuka matanya. Dan kau… akan jadi pusat dari badai yang akan datang.”