Chap 17 - Perburuan Langit Dimulai

Dalam ruang utama Sekte Langit Timur, lonceng besar berdentang tiga kali.

DENG… DENG… DENG…

Seluruh murid terpaku. Itu bukan sinyal bahaya biasa. Itu adalah lonceng perburuan, tanda bahwa sekte akan mengerahkan kekuatan penuh untuk memburu… seseorang.

"Target: Wuxian."

Perintah turun dari Ketua Sekte sendiri. Wajahnya muram, namun mantap. “Dia bukan lagi murid biasa. Dia adalah ancaman bagi seluruh tatanan dunia cultivation ini.”

---

Sementara itu, di Gunung Es Terlarang, Wuxian duduk bersila di atas altar kuno. Cahaya keunguan yang mengelilinginya mulai meresap ke tubuhnya, menguatkan akar kultivasinya hingga mencapai ranah yang belum pernah disentuh oleh murid sekelasnya: Langkah Kedua Nascent Void.

Namun ekspresinya tetap datar.

“Mereka akan datang,” gumamnya.

Di dalam kepalanya, suara dari belati terdengar lagi.

"Apa kau siap menjadi musuh dunia?"

“Aku tak pernah jadi bagian dari dunia itu,” jawab Wuxian pelan.

"Kalau begitu… hancurkan mereka sebelum mereka menghancurkanmu."

---

Di sisi lain benua, di ruang gelap milik Aliansi Sekte Langit, para kepala sekte besar berkumpul.

“Belati Kaisar Hitam telah bangkit kembali…”

“Dan berada di tangan bocah bernama Wuxian.”

"Mustahil. Tak ada yang bisa menyatu dengan pusaka itu kecuali..."

“...anak dari Kaisar Langit Timur,” ucap suara berat, menyelesaikan kalimat.

Seketika, ruang itu menjadi sunyi.

“Kalau benar dia masih hidup, maka kita harus bergerak sebelum dia tumbuh menjadi bencana.”

Satu per satu sekte elit mulai membentuk pasukan elit. Aliansi Perburuan Langit pun dibentuk—sebuah konsorsium berisi para pembunuh tingkat atas, pemburu harta, dan klan-klan bayangan yang selama ini tersembunyi.

Target mereka hanya satu:

Wuxian.

---

Malam itu, Gunung Es Terlarang diselimuti aura kematian.

Dari celah langit yang retak, belasan portal kecil terbuka. Sosok-sosok berkerudung muncul. Beberapa membawa pedang berapi. Lainnya membawa senjata kutukan.

Tapi Wuxian tak gentar. Di tangannya, tombak pendek hitam-ungu itu berdenyut pelan.

“...Satu dunia melawanku?”

Langkahnya maju satu.

“Kalau begitu, biar dunia belajar... bagaimana rasanya kehilangan arah.”

FWOOSH!!

Satu hentakan kaki, dan medan pertempuran pun terbuka.