Salju berhenti turun.
Langit memucat.
Wuxian berdiri dengan tombak hitamnya, mata setenang dan sedingin kabut malam.
Di hadapannya, Mo Tianxue berdiri. Jubah putihnya berkibar, tangannya memegang pedang giok yang pernah ia sumpahkan tak akan dihunus untuk membunuh sesama murid.
Tapi hari ini… berbeda.
“Apa kau sadar, Wuxian? Seluruh sekte menginginkan kepalamu.”
Wuxian hanya melirik samar.
“Kalau begitu, kau akan jadi yang pertama mencobanya?”
“Aku tak ingin membunuhmu. Tapi aku juga tak bisa membiarkanmu terus hidup… kalau semua ini benar.”
“Benar?”
“Kalau aku monster?” Wuxian tersenyum dingin. “Apa mereka pernah menganggapku manusia sejak awal?”
ZRAAK!
Tanpa aba-aba, keduanya bergerak. Tabir salju hancur, tanah bergetar.
Tombak kutukan bertemu pedang surgawi.
Cahaya hitam dan putih berbenturan, membentuk pusaran energi di tengah medan pertempuran.
---
[Flashback: Lima Tahun Lalu]
Di halaman belakang Sekte Langit Timur…
Seorang bocah kurus (Wuxian muda) berlutut dengan tangan berdarah, memungut pecahan batu roh yang ditendang murid lain.
“Kau pikir bisa jadi kultivator kelas atas? Hah! Kau bahkan tak punya nama keluarga!”
Murid-murid lain tertawa. Tapi satu orang datang.
Mo Tianxue.
“Jangan buang waktu kalian. Kalau dia bertahan sejauh ini, berarti dia kuat. Atau lebih kuat dari kalian semua.”
Ia ulurkan tangan pada Wuxian.
“Namaku Tianxue. Kalau mereka tak menerimamu, ikut aku.”
Sejak saat itu… mereka belajar bersama. Bertarung bersama.
Hingga suatu hari… Tianxue menjadi murid inti.
Dan Wuxian… tetap berada di bawah, terlupakan.
---
[Kembali ke Sekarang]
Pertempuran makin brutal. Serangan demi serangan membuat pegunungan retak.
Tombak Wuxian nyaris menusuk dada Tianxue, tapi ditepis. Darah Tianxue muncrat sedikit, tapi ia tetap berdiri.
“Aku tahu kau terluka oleh sistem ini… tapi jika kau menghancurkan semuanya, siapa yang akan tersisa untuk memperbaiki?”
Wuxian menarik napas dalam-dalam.
“Aku bukan penyelamat.”
“Aku… adalah murka dari yang dibuang.”
BRRRMMM!!!
Energi kutukan di tubuh Wuxian meledak. Mata kanannya berubah menjadi warna ungu gelap dengan simbol pusaka Kaisar di tengah pupilnya.
Tianxue mundur beberapa langkah. Wajahnya berubah serius.
“Itu… kekuatan yang melampaui ranah Heaven Root...”
Wuxian melompat, tombak siap menusuk.
“Ini peringatan terakhir… jangan ganggu jalanku.”
“Dan kau,” jawab Tianxue lirih, “jangan bunuh dirimu sendiri…”
DUARRR!!!
Tubrukan mereka membelah langit, membuat celah besar yang bahkan bisa dilihat dari sekte-sekte jauh.
---
Di tempat lain, seorang lelaki bertopeng perak duduk di istana gelap.
Ia membuka matanya… dan tersenyum.
“Akhirnya… pewaris belati hitam menunjukkan dirinya.”
“Waktunya bergerak.”