"Baiklah, aku akan melakukannya!" Aku mengangkat bahu. "Tapi tolong berbaliklah. Aku tidak terbiasa ditatap saat melepas pakaian."
Nyonya Carey mengumpat dan berbalik. Sebelumnya aku telah memperhatikan bahwa ada teko teh kaca di meja di sampingku, dan air di dalam teko itu hampir habis. Kemudian seorang gadis mendekatinya dan berbicara dengannya. Aku melihat tongkat listrik Nyonya Carey terarah lurus ke bawah, dan dia mendengarkan gadis itu dengan seksama.
Ya, inilah saatnya. Aku meraih teko kaca itu dan menghantamkannya ke kepala Nyonya Carey sekuat mungkin. Dia jatuh ke lantai saat aku memukulnya untuk pertama kali. Nyonya Carey memegang kepalanya yang berdarah dengan satu tangan dan mencoba menusukku dengan tongkat listrik dengan tangan lainnya, jadi aku memukulnya lagi di kepala. Sekarang dia terjatuh sepenuhnya ke lantai, tapi mata kelabunya masih menatapku dengan penuh kebencian, mulutnya bergerak-gerak untuk mengutukku. Aku tahu dia mencoba memanggilku l*ntah.