61 Bekas Lukanya

Bibirnya yang lembut menyentuh mulutku. Gerakannya begitu hati-hati. Ujung jarinya menelusuri pipiku dan mencapai dadaku. Aku merasa gugup, dan jantungku berdetak lebih cepat pada saat itu.

"Bolehkah?" Dia berbisik di telingaku. "Kamu bisa berhenti kapan saja."

Aku tidak bisa membedakan apakah aku berhalusinasi atau tidak, dan aku ingat melihat Frade dalam mimpiku, tapi melihat Daley ketika aku terbangun. Aku tidak tahu apakah harus menolaknya. Hatiku ragu-ragu. Tapi tubuhku menikmati sentuhannya. Dia begitu lembut sehingga bahkan napasnya sepenyenangkan angin malam yang lembut.

Dia tampaknya memiliki kekuatan magis yang bisa melelehkan hatiku yang sekeras batu. Dia membuatku menginginkan s.eks lagi. Sebuah api kecil menyala di dalam diriku, dan jika tidak dipadamkan tepat waktu, itu akan menjadi kebakaran besar.

Aku tahu itu akan membakar tidak hanya tubuhku, tetapi juga semua kenangan tentang Frade dalam diriku.