Aku terkejut. Pria di depanku mengenakan topeng yang menutupi setengah wajahnya. Mata emasnya berkilau seperti bintang dalam kegelapan. Matanya gelap dan dingin. Meskipun setengah wajahnya tersembunyi di balik topeng perak, setengah lainnya sesempurna lukisan langit berbintang karya Vincent van Gogh.
Dia berdiri di depanku, tapi aku merasakannya begitu jauh. Dia tidak berkata apa-apa tetapi menatapku. Topeng peraknya bersinar putih di bawah sinar bulan, dan dia mengenakan kemeja putih bersih, rapi, tanpa kerutan sedikit pun. Lehernya sepanjang leher angsa. Bibirnya sedikit terbuka, memperlihatkan giginya yang putih.
"Kau sudah bangun, Putri Tidur!" Dia meletakkan biolanya di lantai dan bersandar ke dinding.
Suaranya tenang dan lembut. Suaranya terbawa angin malam dan menyapu lembut pipiku. Aku merasakan getaran menjalari tubuhku.
Dorongan yang tak bisa dijelaskan membuatku berani menyentuh topeng wajahnya. Terasa dinginnya logam. Sekarang aku tahu dia bukan Frade.