Kulkas, Coding, dan Mati Mendadak

Gue programmer. Freelance. Kerjaan gue nulis kode, minum kopi dingin, dan nangis pas bug nggak ketemu. Tapi hari itu… hari di mana hidup gue resmi jadi meme Tuhan.

Jam tiga pagi. Gue masih ngetik di depan laptop. Di kamar kos ukuran dua kali kasur, gue lagi nyelesain sistem fusion skill buat game MMORPG buatan client luar negeri. Bukan project resmi sih—ini project sisa. Sistemnya pernah gue bikin waktu SMA, tapi nggak pernah dipakai karena dianggap “nggak seimbang.”

Katanya: “Kalau bisa gabungin skill seenaknya, player bakal OP banget.”

Ya, terus kenapa?

Gue pencet tombol enter. Kompilasi jalan. Mata gue mulai burem. Kepala pusing. Muka nempel di meja. Tapi gue senyum.

“Fusion Fireball sama Heal, hasilnya... Burning Regen,” gue gumam. “Keren juga.”

Tiba-tiba...

“DUARRR!!”

Sesuatu jatuh. Berat. Bunyi besi nabrak lantai dan kayu patah. Gue nggak sempet nengok. Yang gue tahu, dunia jadi gelap seketika.

Kulkas di kosan roboh.

Dan gue… mati.

---

Gue bangun.

Tapi ini bukan kasur tipis level kerupuk di kosan. Bukan juga tumpukan baju kotor yang suka jadi bantal dadakan. Gue bangun di atas rumput lembut dengan bau embun pagi yang terlalu damai buat orang yang baru mati karena kulkas.

Gue langsung duduk. Jantung gue deg-degan. Tangan gue masih ada. Kaki juga. Tapi...

"Kenapa tangan gue... glowing?"

Mata gue melotot. Di depan gue ada jendela transparan ngambang di udara, kayak tampilan status di game.

[Selamat datang, Raka Pradipta.]

[Mode: Realisasi Dunia]

[Status: Player Terlambat]

[Class: Developer Tak Sadarkan Diri]

Hah?

“Ini mimpi ya? Atau gue kena halusinasi karena kebanyakan kopi?”

Gue cubit pipi. Sakit.

“Jadi... ini nyata?”

Tiba-tiba layar baru muncul lagi, lebih besar.

Sistem Aktif:

[Skill Fusion Alpha Ver.0.99] — AKTIF

Level: 1

Skill: None

Quest: Bertahan Hidup Tanpa Tahu Apa-Apa

Catatan: Dunia ini berdasarkan skrip dan kode yang kamu buat, Raka. Selamat panik.

Gue melongo. Dunia ini... berdasarkan kode yang gue buat?

Gue nengok ke kiri. Gunung menjulang tinggi, dikelilingi hutan lebat. Ke kanan, ada sungai berkilau dan seekor slime loncat-loncat lucu. Slime? SLIME?!

“Ini… game gue? Dunia yang gue rancang waktu SMA?”

Gue inget. Dulu gue ngasih nama dunia ini “Elyndor”, dunia RPG semi-open world dengan sistem quest absurd dan NPC nyeleneh. Gue yang bikin script-nya, map-nya, bahkan dialog-dialog NPC-nya.

Tapi waktu itu nggak pernah selesai. Banyak bug. Banyak yang bilang dunia ini terlalu aneh buat game RPG.

Dan sekarang... gue ada di dalamnya.

---

Gue jalan pelan, masih ngerasa absurd. Setiap langkah kaki gue kayak langkah orang yang lagi di-prank semesta. Sampai akhirnya...

“GRAAAARGHHH!!”

Seekor boar raksasa lompat dari balik semak, mata merah, gigi tajam, dan... ada nama di atas kepalanya.

[Boar Liar Lv.5]

Status: Kelaparan

Mood: Sangat Ingin Menggigit Kamu

“Buset!”

Gue lari. Tapi baru dua langkah, kaki gue kesandung akar. Jatuh. Wajah nempel tanah.

Boar makin deket. Napasnya kayak knalpot bajaj. Gue panik. Nggak punya senjata. Nggak ada skill.

Tapi pas tangan gue nekan tanah, layar baru muncul:

Skill Diperoleh:

- [Basic Fireball Lv.1]

- [Wind Gust Lv.1]

>> Skill Fusion Tersedia!

Gabungkan?

“YA! GABUNGIN AJA, WOI!”

Cahaya biru menyala di telapak tangan gue. Api kecil muncul. Terus, angin berputar mengelilinginya. Tiba-tiba...

BOOM!!

Ledakan pusaran api terlempar dari tangan gue, nyeret boar itu ke udara, muter kayak ayam panggang diblender. Gue nutup mata saking terangnya.

Begitu asap hilang...

Boar-nya? Hilang.

Tanahnya? Gosong.

Gue? Masih level 1.

Skill Baru:

[Flaming Tornado Lv.1] — Kombinasi Fireball + Wind Gust

EXP Bertambah: 10

Level Tetap: 1

Catatan: Level naik hanya jika gagal atau melenceng dari script.

“...Apaan nih?! Level naik kalau gagal?!”

Gue ketawa. Nggak tahu harus panik atau seneng. Dunia ini gila. Tapi anehnya, semua ini familiar. Semua ini... gue yang buat.

Dan sekarang gue di dalamnya.

---

Angin sepoi-sepoi lewat. Slime kecil dari tadi ngintip dari balik batu. Gue tatap dia. Dia tatap balik. Kita saling menilai.

“Lo... slime pertama yang gue coding waktu itu, ya?”

Slime-nya nyender. Gue senyum.

“Berarti... ini beneran. Gue nyasar ke dunia yang gue bangun sendiri.”

Gue tarik napas.

“Baiklah, Elyndor. Ayo kita mulai dari awal.”