“Slime, lo bisa ngomong?”
Gue nanya sambil jongkok di depan makhluk lucu yang ngintip-ngintip dari balik batu.
Slime itu bentuknya kayak jelly biru transparan. Di dalam badannya ada semacam inti bercahaya. Dia goyang-goyang pelan, terus... ngangguk.
“Woi—apa-apaan nih, lucu banget.” Gue ngakak. “Lo ngerti gue ngomong?”
Dia ngangguk lagi. Terus ngesot pelan ke arah gue dan loncat ke pangkuan. Lembut. Dingin. Sedikit lengket.
[Slime Lvl 1 bergabung denganmu.]
Nama: belum diberikan.
Mood: penasaran dan jinak.
Keterangan: slime ini adalah hasil skrip ‘Easter Egg Companion’ buatanmu sendiri.
Gue melongo. “Oh iya… gue pernah bikin companion rahasia buat player yang rajin eksplor.”
Waktu itu gue mikir: “Gimana kalau player nemu slime lucu yang ternyata bisa berevolusi jadi makhluk paling OP?”
Ternyata, gue sendiri yang nemu slime itu duluan. Ironis.
“Oke, lo gue kasih nama... Bunbun.”
Slime-nya muter-muter kayak kipas angin. Kayaknya seneng.
---
Masalah berikutnya: makan.
Perut gue keroncongan. Dunia ini boleh aja buatan gue, tapi rasa lapar tetap nyata. Gue liat sekitar. Nggak ada minimarket, nggak ada GoFood. Yang ada cuma semak-semak, jamur, dan Bunbun yang ngiler ngeliatin daun.
“Lo makan itu, Bun?”
Slime itu ngunyah daun pakai badan. Serius. Daun masuk, dan dalam beberapa detik, ilang.
“Efisien juga.” Gue pungut satu daun dan nekat coba gigit. Rasanya kayak... kombinasi daun ketapang sama rasa ketabok kenyataan.
“BLAKH—PAHIT BANGET!”
Bunbun ngeliatin gue kayak bilang “ya jelas lah…”
---
Untungnya, tak jauh dari situ, gue nemu sungai kecil. Airnya bening, dan anehnya ada aura biru di permukaannya. Gue cek jendela sistem.
[Air Suci Sungai Elumir]
Efek: menghilangkan kelelahan, memulihkan HP 30%, menyegarkan jiwa.
Catatan Developer: "OP banget. Tapi biarin aja."
“Waktu itu gue bener-bener males balancing, ya...” Gue nyebur, langsung minum dari tangan. Dingin, seger, dan bikin kepala adem. Lapar masih ada, tapi sekarang rasanya lebih tenang.
Bunbun loncat ke sungai, ngambang kayak bebek karet.
“Yah, minimal kita punya air. Sekarang, cari tempat buat nginep.”
---
Gue dan Bunbun jalan ke arah bukit kecil. Di puncaknya ada bekas reruntuhan bangunan, setengah hancur, tapi masih ada atap seadanya. Kayaknya cukup aman dari serangan monster.
Pas masuk, muncul notif:
[Lokasi Ditemukan: Kuil Tertinggal Elorath]
Deskripsi: kuil kuno peninggalan Sage Pertama. Tempat ini terhubung dengan jalur rahasia.
Quest Tersedia: “Menyalakan Kembali Api Pengetahuan”
Reward: Skill Langka.
“Gue sendiri lupa bikin tempat beginian...”
Gue masuk pelan-pelan. Lantainya berlumut, tapi udara di dalam hangat. Di tengah ruangan, ada semacam obor yang mati. Di sampingnya, patung setengah hancur berbentuk... gue sendiri?
“HAH?!”
Serius. Patungnya pake hoodie dan celana pendek, dan ada tulisan di bawahnya:
> “Untuk Sang Pencipta yang Tak Sempat Menyelesaikan Dunia Ini.”
Gue diem. Lama.
Gue inget dulu nulis skrip ini pas lagi patah semangat. Pas mikir, “Game ini mungkin nggak akan pernah jadi.” Tapi... sekarang gue di dalamnya.
Dan dunia ini... tetep hidup, meskipun gue nyerah.
“...Thanks ya, Elyndor. Sekarang giliran gue bales kebaikan lo.”
Gue pegang obor itu. Notif baru muncul:
>> Gunakan Skill Fusion?
Pilihan Skill:
- Fireball
- Wind Gust
“Hmm… ini trik lama yang gue buat. Kalau dua skill dikombinasikan di kuil, efeknya bisa aktifin hidden event.”
Gue angguk. “Oke. Fusion lagi.”
Tangan gue nyala biru. Api kecil dan angin muter. Cahaya menyambar ke obor. FWOOM!
Obor menyala terang.
Patung itu bersinar. Dan di balik dinding, pintu rahasia terbuka.
Quest “Menyalakan Kembali Api Pengetahuan” SELESAI.
Reward: Skill Baru — [Mana Sense Lv.1]
Skill ini memungkinkan pengguna merasakan keberadaan energi sihir di sekitarnya.
“Nice. Gue makin deket jadi OP.”
Gue ngelus dagu. “Tapi... gue masih level 1.”
Bunbun tiba-tiba nyolek gue. Dia nunjuk ke pojokan ruangan. Ada tumpukan buku tua dan kertas-kertas peta.
Gue ambil salah satu peta. Tulisannya jelas banget: ‘Zona 1 — Hutan Awal’
Ada tanda merah di tengah peta. Tertulis: ‘Spawn Point Developer’
Gue tertawa kecil. “Serius deh, ini kayak main Minecraft tapi lo sendiri yang bikin seed-nya.”
---
Malam mulai turun.
Gue dan Bunbun duduk di depan obor. Cahaya api memantul di dinding batu. Di luar, suara serangga, angin, dan kadang suara monster.
Tapi anehnya, hati gue tenang.
Dulu, hidup gue cuma coding, kopi, dan kejar deadline. Sekarang? Gue lagi duduk di dunia buatan gue sendiri, bareng slime yang bisa ngangguk, dan status level 1 yang absurd.
Gue senyum.
“Gue nggak tahu gimana caranya bisa pulang.”
Bunbun duduk di samping gue, nempelin badan jelly-nya ke kaki gue.
“Tapi kalau emang ini takdir gue... yaudah. Kita hadapin bareng-bareng.”