## Bab 3: Pasar Gelap dan Bisikan Kelaparan
Pasar Gelap Distrik Selatan Dis Patera bukanlah tempat yang tersembunyi. Lokasinya diketahui umum, tetapi hanya mereka yang *berani* atau *terpaksa* yang berani memasukinya. Terletak di bekas kolam penampungan limbah magis yang mengering, pasar ini merupakan labirin kacau dari tenda-tenda kain kasar yang dicat dengan darah kering, gubuk kayu lapuk yang dihiasi tulang, dan gerobak beroda yang diparkir sembarangan. Cahaya berasal dari jamur bercahaya yang ditanam dalam sangkar besi, lampu minyak dari lemak makhluk tak dikenal yang berasap hitam, dan sesekali kristal kecil berwarna suram yang dipajang pedagang kaya.
Suara yang memekakkan telinga: teriakan tawar-menawar dalam berbagai bahasa kasar, teriakan kesakitan dari lorong gelap, denting logam, suara benda dipecahkan, dan di atas segalanya, aroma yang menggumpal di udara – campuran daging busuk, rempah-rempah eksotis yang menyengat, keringat, kotoran, logam panas, dan di bawahnya semua, bau manis-muak yang samar dari energi magis yang bocor dan terdistorsi.
Kaito menyesap napas pendek, berusaha menahan rasa mual. Tubuh Imp-nya yang diperkuat hingga Level 4 pun merasa kewalahan oleh serbuan sensorik ini. Di sampingnya, Sloth tampak semakin murung. **"Bising... bau... kepala... sakit..."** keluhnya, satu matanya hampir tertutup, buku besar dipeluk lebih erat. Aura Lethargy-nya secara tidak sadar menguat, menciptakan gelembung kecil keheningan dan kelambatan di sekitar mereka. Beberapa makhluk yang terlalu dekat menguap lebar atau menggosok-gosok mata mereka dengan lesu sebelum menjauh dengan tatapan bingung.
**“Quest ‘Pijakan di Dis Patera’ Updated: Pasar Gelap Ditemukan. Tujuan Baru: Temukan Sumber Informasi atau Item yang Berguna.”**
Mereka menyusuri jalan utama yang sempit dan berlumpur. Kios-kios memajangkan barang-barang yang mengerikan dan memikat:
* Seorang Goblin tua berkulit keriput menjual **“Jari Keberuntungan”** dari berbagai ras, diawetkan dalam toples kaca berisi cairan kuning.
* Beastkin mirip kalajengking besar menawarkan **racun ekor** dengan berbagai potensi, dari hanya membuat pusing hingga melumerkan baja.
* Seorang wanita dengan kulit seperti batu dan rambut api kecil (mungkin **Lesser Infernal**) memamerkan **batu permata magis** yang berdenyup seperti jantung, warnanya berubah-ubah.
* Sebuah gerobak besar dijaga dua Orc berbadan besar menampung **budak-budak kurus** – Beastkin, Imps, bahkan seorang manusia dengan tatapan kosong – dirantai di lehernya.
* Seorang pria bertopeng dengan jubah menutupi seluruh tubuhnya duduk di belakang meja kecil, hanya menampilkan satu item: **sebuah mata besar bermata tiga** yang mengambang dalam cairan bening di dalam bola kristal. Mata itu berputar, memandang ke sekeliling dengan kecerdasan yang mengganggu.
Kaito merasakan dorongan Sloth yang lemah. Dia menoleh. Sloth menunjuk dengan dagu (gerakan paling minimalis) ke sebuah kedai kecil yang terletak di sudut gelap, di bawah naungan atap seng yang melengkung. Tidak ada tanda, hanya tirai dari kulit binatang kasar yang tergantung. Bau **jamur panggang dan teh kental** yang aneh keluar dari dalam, jauh lebih menyenangkan dibanding kebanyakan aroma pasar.
**“Sloth mendeteksi… tempat… tenang… mungkin…”** bisiknya.
“Baik,” jawab Kaito. Mereka membutuhkan tempat untuk merencanakan, dan Sloth jelas membutuhkan jeda. Dia mengangkat tirai kulit.
Di dalam, pencahayaan redup. Beberapa meja kayu kasar dan bangku panjang. Hanya ada beberapa pelanggan: sesosok makhluk berjubah dengan wajah tersembunyi yang sedang memeluk gelas berisi cairan hitam pekat, dan dua Gremlins yang sedang bertengkar sengit namun sunyi memperebutkan sepotong akar aneh. Di belakang “bar” yang hanya berupa papan kayu di atas dua tong, berdiri seorang **Beastkin perempuan**. Dia memiliki telinga rubah besar berbulu cokelat kemerahan yang tegak, ekor lebat yang sesekali mengibas, dan mata kuning sipit yang memancarkan kecerdasan dan kewaspadaan. Kulitnya keemasan, dengan pola garis-garis hitam samar di wajah dan lengan. Dia mengenakan rompi kulit sederhana dan celana panjang. Levelnya? **Level 30**, jauh di atas Kaito. Sistem memberi label: **Kaela - Vulpes Beastkin - Pemilik Kedai ‘The Burrow’**.
Dia mengangkat alis ketika melihat Kaito dan Sloth masuk. Matanya menyapu mereka dengan cepat: Imp muda yang compang-camping tapi dengan tatapan tajam dan bekas darah di baju, kalung taring, tongkat retak… dan sosok misterius di belakangnya yang memancarkan aura aneh yang membuat udara di kedai terasa lebih berat dan suara Gremlins bertengkar tiba-tiba menjadi lesu. Kaela menyeka gelas (atau sesuatu yang mirip gelas) dengan kain.
“Tempat ini bukan untuk pengais sampah baru,” katanya, suaranya serak namun merdu. “Minum mahal. Masalah tidak ditoleransi.” Matanya tertuju pada Sloth. “Dan apa pun yang kau bawa… baunya seperti masalah.”
Kaito mengeluarkan 5 keping tembaga yang didapat dari Orc, meletakkannya di bar. “Dua teh. Yang paling murah. Dan informasi.” Dia mencoba terdengar percaya diri, meniru nada para pedagang yang dia lihat di luar.
Kaela memandang koin itu, lalu kembali ke Kaito. Dia mengangguk pelan, hampir tidak terlihat. Dengan gerakan cepat, dia menuangkan dua cangkir cairan cokelat pekat dan berasap dari ketel besar di belakangnya. Baunya seperti tanah basah dan akar pahit. Dia mendorongnya ke depan. “Teh Lumut Abyss. Lima tembaga sudah habis untuk ini. Informasi lebih mahal.”
Sloth meraih cangkirnya dengan gerakan lambat yang memakan waktu. Dia menatap isinya sejenak, lalu menyesapnya perlahan. **“Hmm… bisa… tidur…”** gumamnya, dan hampir seketika, kepalanya mulai menunduk, aura kelesuannya sedikit lebih nyaman daripada menekan.
Kaito menyesap tehnya. Rasanya seperti tanah dicampur abu, tapi ada kehangatan yang menyebar di perutnya, sedikit menenangkan sarafnya yang tegang. “Kami baru di Dis. Butuh tempat untuk menetap sementara. Tenang. Dan… mencari peluang.” Dia berhati-hati dengan kata-katanya. “Juga mencari tahu tentang… sumber daya langka. Astral Shards. Atau item yang mengandung kekuatan unik.”
Kaela menyipitkan matanya. “Tempat tenang di Distrik Selatan? Hah.” Dia tertawa pendek, tidak lucu. “Kau bisa coba gua-gua limbah di tepian luar kota. Gratis, tapi penuh dengan Slime Perusak dan bandit. Atau…,” dia memandang Kaito lebih dalam, “kau punya koin lebih?”
Kaito menggeleng. “Hanya ini untuk sekarang.”
“Kalau begitu, kau butuh pekerjaan.” Kaela menunjuk ke arah pasar di luar. “Banyak yang butuh kurir, pengintai, atau… pembersih masalah. Tapi untuk Imp Level 4…” Dia memeriksa Kaito seolah baru menyadari levelnya, “...pekerjaan yang aman itu langka. Kecuali kau punya sesuatu yang spesial.” Pandangannya kembali ke Sloth, yang sekarang benar-benar tertidur sambil duduk, kepala bertumpu di mejanya, buku besar masih dipeluk erat. “Atau… *dia* punya sesuatu yang spesial.”
Kaito waspada. “Dia… teman. Tidak suka diganggu.”
“Bisa kulihat,” Kaela menyeringai, memperlihatkan gigi taring kecil. “Aura-nya unik. Membuatku mengantuk. Tidak banyak yang bisa melakukan itu di Dis tanpa disengaja.” Dia mencondongkan tubuh. “Ada kabar burung. Beberapa pemburu dari Kuarter Garnisun mencari sesuatu yang jatuh dari langit beberapa malam lalu. Sesuatu yang membuat gemetar dan membuat orang mengantuk parah di satu area. Mereka menawarkan… Astral Shards untuk petunjuk yang valid.”
Kaito berusaha tetap tenang. *Beberapa malam lalu…* Itu pasti ketika dia tiba. Dan efek mengantuk… jelas dari Sloth. Apakah pemanggilannya menarik perhatian? Ini berbahaya.
“Tidak tahu apa-apa tentang itu,” kata Kaito cepat. “Kami baru tadi pagi.”
Kaela mengangguk, tidak terlihat yakin atau tidak percaya. “Bagaimana pun. Jika kau butuh pekerjaan cepat dan kotor, coba cari **Grakk si Buta**. Dia biasanya nongkrong dekat arena tarung bawah tanah, arah ujung timur pasar. Sering butuh ‘pengalih perhatian’ atau ‘pengumpul utang’. Tidak aman, tapi bayarannya lumayan untuk levelmu. Tapi hati-hati, dia suka menipu yang lemah.”
**“Quest Ditemukan: ‘Pekerjaan untuk Grakk si Buta’**
* **Tujuan:** Temui Grakk si Buta di area arena tarung bawah tanah.
* **Peringatan:** Grakk dikenal licik dan kejam. Tingkat Risiko: Tinggi.
* **Reward Potensial:** 50-200 EXP, 10-50 Copper Coins, informasi tentang pekerjaan berisiko tinggi.
Kaito mengangguk, mencatat informasi itu. “Terima kasih.” Dia melihat ke Sloth yang tertidur. “Bisakah dia… tinggal di sini sebentar? Saya akan cepat kembali.”
Kaela memandang Sloth, lalu ke Kaito. Dia menghela napas. “Satu jam. Jika dia tidak membuat masalah. Tapi bayar satu Shard Perak untuk ‘penjagaan’.” Itu sepuluh kali lipat uang Kaito.
Kaito meringis. “Saya tidak punya…”
“Kalau begitu, bawa dia. Atau tinggalkan buku besar itu sebagai jaminan,” usul Kaela, matanya berbinar licik pada Grimoire yang dipeluk Sloth.
Seolah menanggapi, tangan Sloth mengencangkan pelukannya pada buku itu, bahkan dalam tidurnya. Aura Lethargy di sekitarnya berdenyut lemah.
“Tidak,” kata Kaito tegas. Dia merasakan buku itu penting, mungkin kunci kekuatan Sloth atau bahkan pemanggilannya. “Saya bawa dia.” Dia berusaha membangunkan Sloth dengan sentuhan lembut di bahu. **“Bangun. Kita harus pergi.”**
Sloth mengerang, mata ungu terbuka sangat perlahan, penuh penderitaan. **“Baru saja… mimpi… bagus…”** Dia berdiri dengan enggan, seperti orang yang menanggung beban dunia.
Mereka berbalik untuk pergi ketika tirai kulit kedai dibuka dengan kasar. Tiga sosok masuk: dua Lesser Demons bertubuh tebal, kulit merah tua, tanduk kecil melengkung, membawa pentungan berduri (Level 18 dan 20), dan di depan mereka, seekor makhluk yang membuat Kaito merinding.
Makhluk itu seperti manusia tapi terlalu kurus, kulitnya keabu-abuan dan kencang seperti menutupi tengkorak. Matanya besar, hitam pekat seperti batu arang, tanpa pupil. Mulutnya berbentuk celah horizontal yang tipis. Dia mengenakan jubah robek berwarna tanah. Jari-jarinya panjang dan kurus, berakhir dengan kuku hitam tajam. Levelnya? **Level 35**. Sistem memberi label dengan tanda peringatan: **Ghoul Lord - Vyrk - Predator Kelaparan**.
**“Kaela,”** suara Vyrk berderit seperti kuku di batu nisan. **“Dengar kabar. Jamur Mimpi Baru. Katanya bagus. Sangat… mengenyangkan.”** Matanya yang hitam pekat itu tidak berkedip, menyapu ruangan. Mereka berhenti pada Sloth. **“Oh? Apa ini? Bau… lezat. Baru. Lapar.”** Lidah tipis berwarna abu-abu menjilat celah mulutnya.
Kaito langsung siaga. Dia merasakan niat jahat yang sangat kuat, kelaparan yang tak terpuaskan. Sloth, yang biasanya acuh, sedikit mengangkat kepalanya. Matanya yang ungu memandang Vyrk, bukan dengan takut, tapi dengan… **gangguan ringan**, seperti seseorang terganggu oleh lalat yang mengganggu.
Kaela melangkah di depan mereka. “Vyrk. Jamur Mimpi ada di belakang. Tidak ada yang lain untukmu di sini. Pelangganku sedang pergi.” Suaranya tegas, tapi Kaito melihat ketegangan di bahunya.
Vyrk mengabaikannya. Dia melangkah mendekati Sloth, menghirup udara dalam-dalam dengan hidung yang tidak ada. **“Ya… aroma tidur yang dalam. Energi lembam yang kaya… Aku ingin mencicipi mimpi-mimpimu, yang aneh.”** Sebuah tangan cakar menjulur ke arah wajah Sloth yang pucat.
Kaito tidak berpikir. Instingnya berteriak *bahaya*. Dia mengangkat tongkat Mana Retaknya, memfokuskan keinginannya untuk *menyakitkan*, *mengusir*. Tongkat itu bergetar, kristal hijau retaknya bersinar redup, dan semburan energi magis hijau kusam yang lemah menyembur ke arah lengan Vyrk.
**“Kaito menggunakan ‘Minor Mana Bolt’ (Effectiveness -70%).”**
Dampaknya seperti melempar kerikil ke batu. Energi itu memudar di sekitar kulit abu-abu Vyrk tanpa efek. Vyrk bahkan tidak menoleh. Tapi dua Lesser Demon pengikutnya meraung.
“Berani, sampah!” salah satunya menggeram, mengangkat pentungannya.
Vyrk akhirnya memalingkan wajahnya yang mengerikan ke Kaito. **“Imp kecil… berisik. Aku lapar.”** Matanya yang hitam pekat itu seolah menyerap cahaya. **“Kau akan jadi… camilan pembuka.”** Cakarnya berubah arah, menyambar cepat ke arah leher Kaito.
Kaito membeku. Kecepatan Ghoul Lord itu mengerikan. Dia tidak bisa menghindar. Dia melihat kematian di cakar itu.
Lalu, sesuatu yang aneh terjadi.
Waktu seolah melambat. Cakar Vyrk bergerak seperti melalui molase. Gerakan kedua Lesser Demon membeku. Ekspresi Kaela berubah menjadi lambat. Suara pasar di luar menjadi gumaman rendah yang dalam.
**“Aura of Lethargy (Active - Level Up!)”** bergema di benak Kaito.
Sloth mengangkat satu jarinya, sangat, sangat lambat. Dia mengarahkannya bukan ke Vyrk, tapi ke lantai di depan kaki Ghoul Lord.
**“Sloth menggunakan ‘Minor Gravity Shift’.”**
Tidak ada cahaya, tidak ada suara ledakan. Hanya lantai batu di bawah kaki Vyrk yang tiba-tiba… *melengkung* ke bawah, seperti kain yang ditarik. Vyrk, yang sedang dalam gerakan menyambar, kehilangan keseimbangan secara absurd. Dia tersandung, tersandung ke depan, bukan ke Kaito, tapi langsung ke meja kayu tempat dua Gremlins tadi bertengkar.
*Brak!*
Meja itu hancur berantakan. Vyrk mendarat dengan kikuk di atas pecahan kayu dan dua Gremlins yang menjerit ketakutan. Efek kelambatan tiba-tiba hilang.
“Apa—?!” Vyrk mendengus, terkejut dan marah, berusaha berdiri dari puing-puing.
Dua Lesser Demon pengikutnya, bingung karena tiba-tiba bos mereka tersandung seperti orang bodoh, hanya bisa menatap.
Kaela tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia melompati bar, tangan kanannya berubah, cakarnya tumbuh panjang dan tajam berwarna perak. Dengan gerakan cepat, dia menempatkannya di leher Vyrk yang sedang bangkit. “Cukup, Vyrk!” raungnya, suaranya penuh wibawa. “Kau merusak propertiku! Keluar! Sekarang! Atau aku kirim kepalamu ke Kapten Garnisun!”
Vyrk mendesis, mata hitamnya menyala dengan kemarahan dan… rasa malu? Dia merasakan keanehan pada dirinya sendiri, kemalasan tiba-tiba yang membuatnya tersandung. Dia melirik Sloth, yang sekarang memandangnya dengan mata setengah terbuka, ekspresi kosong. **“Kau…!”** Dia ingin menerkam, tapi cakar perak Kaela menekan lebih dalam.
“Keluar!” ulang Kaela, lebih keras.
Vyrk menggeram, suaranya penuh dendam. Dia bangkit, menyembunyikan wajahnya dengan jubah. **“Ini belum selesai, rubah. Dan kau… Imp… dan *thing*-mu… Aku akan menemukan kalian. Aku akan mencicipi mimpi kalian… perlahan.”** Dengan gerakan kasar, dia berbalik dan keluar, diikuti dua pengikutnya yang bingung.
Ketegangan di kedai mereda. Dua Gremlin lari ketakutan. Makhluk berjubah di pojok sudah menghilang.
Kaela menarik napas, cakarnya kembali normal. Dia memandang Kaito dan Sloth dengan ekspresi baru: campuran kewaspadaan, rasa ingin tahu, dan sedikit… rasa terima kasih? “Kau berdua… lebih dari sekadar masalah. Kau badai yang berjalan.” Dia menunjuk Sloth. “Dan dia… apa dia baru saja membengkokkan gravitasi *secara lokal* untuk membuat Ghoul Lord tersandung?”
Sloth menguap lebar. **“Malas… melawan… mengubah… gravitasi… kecil… lebih… mudah…”** Dia menggosok matanya. **“Lapar… sekarang…”**
Kaito masih gemetar, jantungnya berdegup kencang. Dia nyaris mati. Dan Sloth… dia menyelamatkannya dengan cara yang begitu *malas* namun sangat efektif. Dia melihat status Sloth di sistem. Level masih ???, tapi ada bar baru: **Sin Resonance: Sloth (Tingkat 2 - Toleransi Minimalis)**. Loyalitas belum berubah, tapi resonansinya meningkat! Apakah karena Sloth menggunakan kemampuannya untuk melindungi “waktunya istirahat” (dengan membiarkan Kaito hidup)?
Kaela menghela napas. “Dengar, Imp. Kau berhutang padaku untuk meja itu. Tapi… kau juga membuat Vyrk malu. Itu cukup menghibur.” Dia menatap mereka. “Aku punya gudang kecil di belakang. Kotor, tapi tenang. Kau bisa pakai semalaman. Bayar dengan… informasi. Ceritakan padaku *apa* sebenarnya dia,” dia menunjuk Sloth, “dan bagaimana kau bisa terikat padanya. Tidak perlu detail rahasia, tapi cukup agar aku tahu apa yang kubawa ke tempat persembunyianku.”
Ini tawaran berisiko. Mempercayai siapa pun di Dis itu berbahaya. Tapi mereka membutuhkan tempat berlindung. Dan Kaela, meski licik, tampaknya memiliki kode etiknya sendiri. Dia juga cukup kuat untuk menghadapi Ghoul Lord.
Kaito melihat Sloth, yang tampaknya lebih tertarik pada sisa tehnya yang sudah dingin. Dia mengangguk pada Kaela. “Baik. Untuk semalam. Dan kami akan bercerita… sebagian.”
Malam pertama mereka di Dis Patera tidak akan dihabiskan di gua limbah. Mereka memiliki tempat berlindung, sementara. Tapi bayangan Vyrk dan ancamannya menggantung di udara. Dan di suatu tempat di luar, para pemburu dari Garnisun masih mencari sumber “kelesuan” itu. Kaito menyadari: bertahan hidup di Pasar Gelap membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan. Diperlukan koneksi, informasi, dan mengetahui siapa yang bisa dipercaya – setidaknya untuk sementara waktu. Pertemuan dengan Kaela mungkin adalah titik balik, atau hanya jebakan lain di labirin Dis Patera. Namun untuk saat ini, itu adalah tempat mereka bisa beristirahat, merencanakan langkah selanjutnya, dan mungkin… mencari petunjuk tentang dosa berikutnya yang harus dipanggil. Rasa lapar Sloth tadi mengingatkannya pada sesuatu… **Gluttony**? Tapi biayanya pasti jauh lebih besar dari 10 EXP. Mereka membutuhkan sumber pendapatan, dan cepat. Pekerjaan untuk Grakk si Buta mungkin adalah jalan yang harus ditempuh, betapa pun berbahayanya.