## Bab 4: Gudang Rahasia dan Bisikan Dosa Baru
Gudang di belakang *The Burrow* lebih mirip lubang tikus yang diperbesar. Ruangan kecil, pengap, dipenuhi debu tebal dan bau jamur tua. Tumpukan tong kosong, karung berisi bahan tak dikenal yang sudah berjamur, dan beberapa peti kayu lapuk menjadi satu-satunya perabotan. Satu-satunya cahaya berasal dari celah kecil di dinding yang memantulkan cahaya suram pasar. Namun, bagi Kaito, ini adalah istana. Tenang, terlindungi, dan yang paling penting, gratis untuk semalam. Sloth langsung menemukan sudut paling gelap dan berdebu, menyusun karung menjadi semacam sarang, dan melorot ke dalamnya dengan erangan lega. **"Lebih... baik..."** bisiknya, dan dalam hitungan detik, dengkurannya yang dalam dan berirama mulai bergema.
Kaela menyilangkan lengannya, bersandar di pintu gudang yang terbuka, matanya yang kuning tajam memandangi Kaito yang sedang duduk di peti kayu. "Baiklah, Imp. Sudah kubayar tempatnya dengan meja yang hancur. Sekarang giliranmu. Ceritakan. Siapa dia?" Dia menunjuk ke sosok yang mendengkur. "Dan jangan coba membohongiku. Bau dan aura-nya... itu bukan dari dunia ini. Setidaknya bukan dari lapisan Abyss mana pun yang kukenal."
Kaito menarik napas. Dia harus berhati-hati. Memberikan terlalu banyak informasi tentang Sistem Sin Lord bisa mematikan. Tapi dia membutuhkan kepercayaan Kaela, setidaknya sedikit. Dia memutuskan untuk memberikan versi yang disederhanakan dan dibalik.
"Dia... dipanggil," kata Kaito, memilih kata-katanya. "Aku menemukan ritual kuno. Tidak sengaja. Di tempat pembuangan sampah. Ada... artefak." Dia tidak menyebut Sistem, tapi gagasan menemukan ritual terdengar masuk akal di dunia penuh sihir ini. "Ritual itu memanggilnya. Dia terikat padaku, entah bagaimana. Sebagai penjaga, mungkin? Tapi dia... sangat malas." Kaito menunjuk Sloth yang tidur. "Dia menyebut dirinya Sloth. Dia kuat, seperti yang kau lihat, tapi menggunakan kekuatannya itu... sulit. Membutuhkan usaha besar baginya." Itu benar, meski tidak sepenuhnya. Usaha besar bagi Sloth adalah bangun sebelum siang.
Kaela mengernyitkan dahi, telinga rubahnya berkedut. "Sloth? Seperti... dosa? Ritual kuno memanggil perwujudan dosa?" Dia tertawa kecil, tidak percaya. "Itu terdengar seperti dongeng yang diceritakan pendeta Celestial untuk menakut-nakuti anak kecil. Tapi..." dia melirik ke arah Sloth, ".. tidak bisa kusangkal ada sesuatu yang salah dengannya. Aura itu... membuat gravitasi tergelincir hanya agar Ghoul Lord tersandung? Itu bukan sihir biasa." Dia memandang Kaito lebih dalam. "Dan kau. Imp muda, baru Level 4 sekarang, tapi ada... percikan di matamu. Dan kulitmu. Garis-garis ungu itu. Tidak biasa."
Kaito menyentuh lengannya. Garis-garis samar itu lebih terlihat di bawah cahaya redup. "Aku tidak tahu," jawabnya, sebagian jujur. Efek Sistem? Mutasi Imp? Dia tidak yakin.
Kaela menghela napas. "Baiklah. Kau mungkin berbohong, atau mungkin tidak. Tapi kau membuat Vyrk malu. Itu cukup membuatku senang sebentar. Dia parasit yang mengganggu. Tapi hati-hati. Dia pendendam dan sangat lapar. Dia akan memburumu." Dia menatap Kaito. "Pekerjaan untuk Grakk. Masuk akal. Kau butuh koin dan EXP, cepat. Grakk licik dan kejam, tapi dia membayar. Biasanya. Tapi jangan percayai dia. Dan jangan bawa teman tidurmu yang aneh itu. Terlalu mencolok. Taruh dia di sini. Aku akan jaga... dengan bayaran."
"Bayaran apa?" tanya Kaito waspada.
"Cerita yang lebih baik nanti," jawab Kaela dengan senyum tajam. "Dan sebagian dari apa pun yang kau dapatkan dari Grakk. Katakanlah... dua puluh persen."
Itu banyak. Tapi meninggalkan Sloth di sini, terlindungi oleh Beastkin Level 30, sementara dia melakukan pekerjaan berbahaya? Itu mungkin sepadan. Sloth jelas tidak akan bergerak. "Baik," setuju Kaito. "Dia akan tetap di sini. Jangan ganggu tidurnya."
Kaela mengangguk. "Tidak akan. Aku lebih suka tidak mengalami 'gravitasi tergelincir' di kedai sendiri. Sekarang, Grakk. Dia biasanya di dekat **Pit of Gnashing Teeth**, arena tarung bawah tanah di ujung timur pasar. Cari tenda besar dengan bendera dari kulit Goblin. Dia buta, tapi jangan tertipu. Pendengarannya seperti kelelawar, dan dia punya mata di mana-mana. Literal." Dia berbalik untuk pergi. "Jangan mati, Imp. Aku penasaran dengan ceritamu."
Kaito ditinggalkan di gudang yang sunyi, hanya ditemani dengkuran Sloth. Dia memeriksa statusnya:
* **Level:** 4 (EXP: 50/400)
* **HP:** 120/120
* **MP:** 80/80 (Tongkat Mana Retak menambah +20 MP sementara)
* **Stat:** STR 8, AGI 11, VIT 10, INT 13, WIS 10, LCK ??
* **Skill:** Minor Mana Bolt (Rusak - Efektivitas -70%)
Lemah. Sangat lemah untuk menghadapi apa yang ada di depan. Dia perlu level up, dan cepat. Pekerjaan Grakk adalah caranya. Dia mencuri pandang terakhir pada Sloth yang tidur nyenyak, lalu menyelinap keluar dari gudang, menutup pintu dengan hati-hati.
**“Quest ‘Pekerjaan untuk Grakk si Buta’ Aktif!”**
Mencari Pit of Gnashing Teeth mudah. Ikuti saja sorak-sorai liar, teriakan kesakitan, dan bau darah segar yang semakin kuat. Arena itu adalah lubang besar di tanah, dikelilingi pagar kayu kasar yang penuh dengan makhluk-makhluk berbagai ras yang berteriak-teriak. Di dalam, dua makhluk – Beastkin mirip babi hutan dan Ghoul kurus – saling mencabik dengan cakar dan gigi. Taruhan berterbangan.
Di sebelah arena, berdiri sebuah tenda besar yang kotor. Bendera yang terbuat dari kulit yang diregangkan (Kaito berusaha keras untuk tidak memikirkan asalnya) berkibar di atasnya, dicat dengan simbol mata merah. Di depan tenda, duduk di atas singgasana kayu kasar, adalah **Grakk si Buta**.
Makhluk itu dulunya mungkin Hobgoblin, tapi tubuhnya sekarang bungkuk dan menyusut, kulitnya penuh bekas luka dan koreng. Matanya adalah dua lubang kosong yang menganga. Telinganya besar dan berputar-putar, menangkap setiap suara. Yang paling mengganggu adalah apa yang ada di bahunya: dua **bola mata besar, merah darah, dengan pupil vertikal seperti kucing**, yang tertanam di dagingnya dan berputar-putar dengan gelisah, mengamati sekeliling. Level Grakk? **Level 22**. Sistem memberi label: **Grakk the Blind - Info Broker / Fence - Kecerdasan Tinggi, Kejam**.
Salah satu mata di bahu Grakk berputar dan mengunci ke arah Kaito. Suara serak dan berdesis keluar dari mulut Grakk yang ompong. "Oho? Apa ini? Seekor Imp baru? Bau darah dan... ketakutan segar. Juga sedikit... keanehan. Tertarik pada tontonan, anak muda? Atau cari pekerjaan?"
Kaito mendekat, mencoba menahan rasa jijik pada mata yang mengambang itu. "Kaela dari Burrow menyuruhku. Katanya kau punya pekerjaan."
"Ah, Rubah Licik itu!" Grakk terkekeh, suaranya seperti batu gerinda. "Ya, ya. Selalu ada pekerjaan untuk yang tidak punya pilihan." Mata lainnya berputar, memeriksa Kaito dari kepala hingga kaki. "Level 4. Menyedihkan. Tapi kau punya... semangat. Dan bekas luka baru. Baru bertarung?" Hidungnya yang besar mengendus-endus. "Bau Ghoul Lord... Vyrk? Kau membuat Vyrk kesal?" Tawa serak dan tidak menyenangkan meledak dari mulutnya. "Berani sekali! Atau sangat bodoh! Aku suka itu!"
Grakk menyeringai. "Aku punya pekerjaan sempurna untukmu. Sebuah... **pengalihan**. Lihat pria besar di sebelah bar itu?" Dia menunjuk dengan jari bengkok ke arah seorang **Infernal Level 30** yang sedang minum minuman menyala di dekat arena, dikelilingi beberapa Lesser Demon pengawas. "Itu **Borgaz si Api Hitam**. Dia punya utang padaku. Besar. Tapi dia keras kepala. Aku perlu dia sibuk sebentar. Cukup lama untuk pengumpatku yang lain untuk... memeriksa tempat persembunyiannya."
Kaito merasa darahnya berubah dingin. Mengalihkan perhatian Infernal Level 30? Itu bunuh diri. "Bagaimana caranya? Dia akan membunuhku dalam satu detik."
"Kecerdasan, anak muda!" Grakk mengetuk kepalanya yang botak. "Borgaz sombong. Dia benci dihina di depan umum. Kau kecil, tidak penting. Lakukan sesuatu yang sangat menghina, sangat bodoh, sehingga dia *harus* mengejarmu. Lalu larilah. Secepat mungkin. Ke arah **Gang Jamur Beracun**. Di sana, ada banyak tempat persembunyian kecil untuk makhluk sepertimu. Jika kau selamat selama lima menit, pekerjaan selesai." Salah satu matanya berputar dengan ganas. "Bayaran: **50 EXP, 20 Copper Coins.** Dan jika kau membuatnya sangat marah... bonus."
**“Sub-Quest: ‘Pengalihan Mematikan’**
* **Tujuan:** Alihkan perhatian Borgaz si Api Hitam (Level 30) dengan cara menghina selama minimal 5 menit dan selamatkan diri.
* **Peringatan:** Tingkat Kematian: Sangat Tinggi. Borgaz dikenal temperamennya yang meledak-ledak.
* **Reward:** 50 EXP, 20 Copper Coins.
* **Bonus:** +100 EXP jika berhasil membuat Borgaz sangat marah (Status: Enraged).”
50 EXP. Itu akan membawanya mendekati Level 5. Bonusnya menggiurkan. Tapi risikonya gila. Dia melihat Borgaz. Makhluk itu tinggi, kulitnya seperti bara api yang tertutup abu, retakan merah menyala terlihat di persendiannya. Asap mengepul dari lubang hidungnya. Dia memancarkan panas yang bisa dirasakan dari sini.
*Bagaimana menghinanya?* Kaito berpikir keras. Dilempar batu? Terlalu biasa. Mencaci maki? Bahasa Abyss-nya masih dasar. Lalu, ide yang sangat bodoh, sangat berisiko, tapi mungkin sangat menghina muncul. Dia melihat ke tongkat Mana Retak di tangannya, lalu ke Borgaz yang sedang meneguk minumannya.
"Setuju," kata Kaito, suaranya lebih tegas dari yang dia rasakan.
Grakk terkekeh lagi. "Bagus! Pekerjaan mulai sekarang. Berhasil atau mati, aku dapat hiburan!" Matanya berputar-putar dengan gembira.
Kaito mengambil napas dalam-dalam. Dia menyusuri pinggiran kerumunan arena, jantungnya berdegup kencang. Dia berhenti sekitar sepuluh meter dari Borgaz, bersembunyi sebagian di balik tiang penyangga. Dia mengangkat tongkat Mana Retak, memusatkan perhatian bukan pada Borgaz, tapi pada **gelas minuman besar** di tangan Infernal itu. Dia memvisualisasikan dampaknya, dorongan kecil, gangguan. Dia tidak berharap bisa melukai, hanya memicu.
**“Menggunakan ‘Minor Mana Bolt’ (Target: Gelas Minuman).”**
Tongkat bergetar, kristal hijau retak bersinar redup. Semburan energi hijau kusam yang lemah melesat. Bukan ke Borgaz, tapi ke gelas logam di tangannya.
*Dentang!*
Bolt itu mengenai tepi gelas tepat ketika Borgaz sedang meneguk. Minuman menyala itu tumpah sebagian ke wajahnya dan dadanya, memercik dengan suara mendesis.
Borgaz membeku. Seluruh tubuhnya bergetar. Retakan merah di kulitnya bersinar lebih terang. Dia perlahan menurunkan gelasnya. Mata api kuningnya berputar, mencari sumber serangan. Mereka mengunci Kaito yang masih dalam posisi melempar, tongkat terangkat, mata kuningnya terbuka lebar.
**“Status: Borgaz - Terhina (Minor).”**
Kurang. Dia perlu lebih. Sebelum Borgaz bisa bereaksi, Kaito melakukan hal paling bodoh yang bisa dia pikirkan. Dia melompat keluar dari persembunyian, menunjuk langsung ke Borgaz, dan meneriakkan satu-satunya penghinaan dalam bahasa Abyss kasar yang dia pelajari dari para Orc di tempat pembuangan sampah: **“Larva Api yang Lemah! Kau tidak bisa minum pun tanpa menumpahkannya!”**
Kerumunan di sekitar terdiam sesaat, terkejut. Lalu pecah tawa dan cemoohan. Tertawaan itu tidak ditujukan pada Kaito, tapi pada Borgaz yang basah kuyup oleh minumannya sendiri.
**“Status: Borgaz - Sangat Terhina!”**
**“Status: Borgaz - Enraged! (Bonus Terpicu!)”**
Wajah Borgaz yang seperti bara api itu berubah menjadi putih panas. **“IMPPPP!!!”** raungnya, suaranya seperti letusan gunung berapi. Panas yang luar biasa menyembur darinya, membuat makhluk-makhluk di dekatnya menjerit dan menjauh. Dia mengangkat tangan, bola api besar mulai terbentuk di telapak tangannya. **“AKU BAKAR KAU SAMPAI TINGGAL ABU!”**
Kaito sudah lari. Secepat kaki kecilnya yang mampu. Dia menyusuri lorong sempit di antara tenda, mendengar langkah berat Borgaz yang menghancurkan apa pun di belakangnya, diikuti teriakan marah dan jeritan. Panas membakar punggungnya. Dia melihat petunjuk sistem: **"Arah: Gang Jamur Beracun - 200m."**
Dia berlari lebih cepat, memanfaatkan AGI 11-nya, meliuk di antara gerobak dan makhluk yang terkejut. Bola api meledak di dekatnya, menghanguskan tenda menjadi abu. **HP: 98/120.** Panas saja sudah merusak!
Dia memutar ke kanan, masuk ke lorong yang lebih gelap. Bau jamur busuk dan kimia menyengat memenuhi hidungnya. Gang Jamur Beracun! Tenda-tenda di sini menjual jamur aneh yang bersinar dan berdenyut. Kaito menyelipkan diri di bawah gerobak yang ditutupi terpal, berusaha menahan napas. Dia mendengar langkah berat Borgaz masuk ke lorong.
**“DIMANA KAU, SERANGGA?!”** gemuruh Borgaz. Kaito bisa melihat kakinya yang berapi-api dari bawah gerobak. Borgaz menghembuskan napas, mengirimkan gelombang panas yang membuat jamur di dekatnya mengeluarkan asap beracun. **HP: 85/120.** Racun!
Waktunya untuk bagian kedua rencananya yang gila. Kaito merangkak keluar dari sisi lain gerobak. Dia melihat tong besar berisi cairan ungu pekat yang bergelembung – kemungkinan besar jamur penghasil racun yang diolah. Dia mengangkat tongkatnya lagi. Kali ini, dia menargetkan **penyangga kayu** yang menahan tong itu di atas brazier kecil (pemanas).
**“Menggunakan ‘Minor Mana Bolt’ (Target: Penyangga Kayu).”**
Semburan hijau kusam itu mengenai kayu lapuk. Kayu itu patah dengan suara retak.
*Krrrak!*
Tong besar itu jatuh. Borgaz, yang sedang memeriksa di dekatnya, menoleh. Dia punya waktu untuk melihat tapi tidak cukup untuk menghindar sepenuhnya.
*Gluk! Ssssss!*
Tong itu pecah di sampingnya, menyiram kaki dan sebagian tubuhnya dengan cairan ungu pekat yang mendidih. Asap tebal dan berbau busuk naik. Borgaz menjerit bukan karena sakit fisik (kulitnya tahan api), tapi karena **rasa penghinaan yang mendalam**. Dia, Infernal, disiram sampah jamur beracun oleh seekor Imp!
**“AAAAAAAAARGH! AKU AKAN MEMAKAN JANTUNGMU!”** Borgaz mengamuk, mengibaskan cairan ungu yang menempel, tapi itu hanya menyebarkannya. Dia mulai melemparkan bola api secara membabi buta ke sekelilingnya, menghanguskan tenda dan jamur, menciptakan awan asap beracun yang lebih tebal.
**“Waktu Bertahan: 4 menit 30 detik.”**
Kaito menggunakan kekacauan itu. Dia merangkak di antara puing-puing dan asap, menggunakan jamur besar sebagai penghalang. Racun menggerogoti HP-nya (**HP: 65/120**), tapi juga menghalangi pandangan Borgaz. Dia mendengar teriakan Grakk di kejauhan: **“Waktunya! Pengumpul, sekarang!”** – tanda bahwa pekerjaan pengumpulan utang sedang berlangsung.
**“Waktu Bertahan: 5 menit 00 detik.”**
**“Sub-Quest ‘Pengalihan Mematikan’ Selesai! Bonus Tercapai!”**
**“EXP +150! Copper Coins +20!”**
**“Level Up! Kaito Kurogane mencapai Level 5! Stat meningkat!”**
Energi segar membanjiri Kaito, menyembuhkan beberapa luka ringannya (**HP: 110/130**). Dia merasa lebih kuat, lebih cepat. Dia menyelinap keluar dari ujung lain gang, masuk ke kerumunan pasar yang kacau oleh amukan Borgaz. Dia melihat Grakk di kejauhan, salah satu matanya mengedip padanya dengan nada puas sebelum Grakk menghilang di balik tenda.
Kaito berlari kembali ke arah *The Burrow*, napasnya tersengal, tubuhnya berlumuran debu, abu, dan percikan cairan ungu. Dia berhasil. Dia hidup. Dan dia mendapat EXP dan koin.
Tapi ketika dia mendekati kedai, alarm berbunyi di benaknya. Suasana terasa... salah. Terlalu sepi. Dia melihat ke gudang belakang. Pintunya sedikit terbuka.
Dengan hati-hati, dia mendorongnya. Gudang kosong. Sarang karung tempat Sloth tidur... kosong. Buku besar Grimoire of Eternal Repose juga hilang.
Dingin menusuk tulang Kaito yang lebih dalam dari Abyss mana pun. **"Sloth?"** bisiknya, suaranya serak.
Lalu, dia mendengarnya. Dengkuran. Sangat pelan. Dari atas. Dia mendongak. Di atas balok kayu langit-langit yang berdebu, hampir tersembunyi di bayangan, Sloth masih tergeletak dalam tidurnya, buku besar itu dipeluk erat. Dia tidak pernah terbangun. Tidak pernah bergerak.
Kaito menarik napas lega, hampir pingsan. Tapi kemudian, sistem berkedip dengan peringatan:
**“Peringatan: Resonansi Dosa Terdeteksi! Calon Bawahan Gluttony!”**
Dan bukan hanya itu. Sebuah pesan dari Sloth, bukan diucapkan, tapi seperti bisikan mengantuk langsung ke pikirannya, muncul:
**“Mimpi… melihat… tempat… makan… besar… bawah… kota… banyak… logam… berkarat… dan… satu… yang… lapar… sangat… lapar… makan… logam… makan… sihir… makan… segalanya… terjebak… tapi… bangun… perlahan…”**
Petunjuk! Calon Gluttony! Di bawah kota? Tapi sebelum Kaito bisa memprosesnya, pintu gudang tiba-tiba tertutup dengan keras.
Bayangan di sudut yang dia kira tumpukan karung, bergerak. Sosok jubah hitam yang pernah dia lihat di kedai tadi, muncul, melayang beberapa sentimeter di atas tanah. Mata kuning menyala dari dalam tudung. Di tangannya, dia memegang pisau belati yang terbuat dari kegelapan murni. Level? **???, tapi mengancam.**
**“Diam, Imp,”** suara itu mendesis, dingin dan tanpa emosi. **“Dia,”** dia menunjuk Sloth yang tidur, **“milik Tuanku Vyrk sekarang. Kau… adalah bonus.”**
Vyrk! Dia tidak menunggu. Dia mengirim pembunuh bayangannya.
Kaito mengencangkan genggamannya pada tongkat Mana Retak yang sudah hampir hancur, darahnya masih berdegup kencang dari pelariannya. Dia baru saja menghadapi Infernal yang mengamuk. Sekarang, pembunuh bayangan yang misterius dan Sloth masih di atas, tidak sadar.
Tidak ada waktu untuk takut. Tidak ada tempat untuk lari. Pertarungan untuk menyelamatkan bawahan malasnya – dan hidupnya sendiri – baru saja dimulai. Dan di bawah kakinya, jauh di dalam perut Dis Patera, sesuatu yang sangat lapar perlahan membuka mata.