## Bab 5: Bayangan Pembunuh dan Resonansi Kemalasan
Dingin yang bukan berasal dari suhu menusuk tulang Kaito. Cahaya redup dari celah dinding menyoroti sosok berjubah hitam yang melayang, belati kegelapan di tangannya memantulkan ketiadaan cahaya. Mata kuning menyala di balik tudung menatapnya dengan intensitas predator. Levelnya masih ???, tapi ancaman maut yang dipancarkannya nyata dan mengerikan. Di atas, Sloth masih mendengkur dengan tenang, tidak menyadari bahaya.
**“Jangan berisik,”** desis suara tanpa nada dari bayangan itu. **“Kematianmu akan cepat. Dia,”** anggukan tajam ke arah Sloth, **“akan dibawa dalam tidurnya. Tuanku Vyrk ingin mencicipi mimpinya… utuh.”**
Kaito tidak punya waktu untuk berpikir. Insting bertahan hidupnya mengambil alih. Dia mengangkat tongkat Mana Retak yang sudah retak, memusatkan seluruh keinginannya bukan pada bayangan itu – yang terasa terlalu kuat – tapi pada **sarang karung tempat Sloth tidur di atas balok langit-langit**.
**“Menggunakan ‘Minor Mana Bolt’ (Target: Penyangga Sarang Karung)!”**
Semburan energi hijau kusam melesat. Bukan ke arah musuh, tapi ke ikatan kasar yang menahan tumpukan karung di atas balok kayu.
*Krak!*
Ikatan itu putus. Tumpukan karung, bersama Sloth yang masih terlelap di dalamnya, runtuh ke lantai gudang dengan debu beterbangan dan suara gemuruh! Sloth mendarat dengan lembut di atas karung, tapi guncangan itu membuatnya terjaga – atau setidaknya, setengah terjaga.
**“Hnng…? Gempa…?”** gumamnya, satu mata ungu terbuka setengah, penuh kebingungan dan gangguan.
**“Status: Sloth - Terganggu (Sedang).”**
Bayangan pembunuh itu mendesis, kesal karena rencananya terganggu. **“Bodoh!”** Dia melesat maju, bukan lagi melayang, tapi seperti asap padat yang bergerak cepat, belati kegelapan menyambar ke arah leher Kaito.
Kaito berusaha menghindar, kecepatan Level 5-nya (AGI 13) mendorongnya ke samping. Tapi bayangan itu terlalu cepat. Ujung belati yang dingin menyentuh kulitnya—
Lalu, segalanya melambat. Sekali lagi.
Udara menjadi kental seperti madu. Gerakan bayangan pembunuh yang tadinya seperti kilat tiba-tiba menjadi gerakan lambat yang terlihat jelas. Debu yang beterbangan melayang seperti dalam ruang hampa. Suara dengkuran Sloth menjadi gumaman rendah yang dalam.
**“Aura of Lethargy (Active - Level 2!)”** Sistem memberi tahu. **“Ditingkatkan oleh Status ‘Terganggu’!”**
Kaito bisa melihat belati itu bergerak milimeter demi milimeter ke arah tenggorokannya. Dia menyelipkan diri ke belakang, merasakan dinginnya kegelapan hanya menyentuh kulitnya, meninggalkan goresan tipis yang dingin (**HP: 125/130**). Dia memutar tubuhnya, menjauh dari jangkauan langsung.
**“Sloth menggunakan ‘Minor Kinetic Nudge’ (Target: Pembunuh Bayangan)!”**
Tidak ada sinar, hanya dorongan tak terlihat yang kuat, seperti bantalan udara yang besar dan malas. Itu mengenai bayangan pembunuh yang sedang melambat, mendorongnya ke belakang, membuatnya terhuyung-huyung secara tidak alami dalam gerakan lambatnya, dan menghantam tumpukan tong kosong dengan suara bergema yang dalam.
*Boom!*
Tong-tong itu berhamburan. Bayangan pembunuh itu mengerang, suaranya terdistorsi oleh efek kelambatan. Tudungnya tersingkap sedikit, memperlihatkan wajah tanpa fitur, hanya kegelapan yang dipadatkan dengan dua mata kuning menyala yang sekarang menyipit dengan kemarahan dan… kebingungan? Aura Lethargy Sloth jelas mempengaruhinya.
**“Dosa… Malas…”** bisik bayangan itu dengan susah payah, setiap kata terasa berat. **“Menjengkelkan!”**
Dia mencoba mengangkat belatinya lagi, tetapi lengannya bergerak seperti melalui aspal cair. Kaito melihat peluang. Dia tidak bisa melukai makhluk Level tinggi ini secara langsung, tapi dia bisa memanfaatkan lingkungan dan Sloth!
Dia melihat ke tumpukan karung tempat Sloth setengah duduk, menggosok matanya dengan malas. **“Bisakah kau buat dia… lebih lambat? Atau buat dia tidur?”** teriak Kaito.
Sloth memandang ke arah bayangan pembunuh yang sedang berjuang bangkit. **“Capek… harus… fokus…”** keluhnya. Tapi dia mengangkat satu jari, sangat lambat, ke arah bayangan itu. **“Dream… Dust…”**
Serbuk halus berwarna ungu tua, seperti debu bintang yang lesu, berhamburan dari ujung jari Sloth. Serbuk itu menyebar dengan lambat melalui udara yang kental, menempel pada jubah dan "kulit" bayangan pembunuh. Tidak terjadi apa-apa secara dramatis, tapi mata kuning bayangan itu tiba-tiba berkedip lebih lambat. Gerakan perjuangannya untuk bangkit menjadi lebih lemah, lebih tidak bersemangat. Kepalanya sedikit terangguk.
**“Status: Pembunuh Bayangan - Terkena Dream Dust. Kecepatan -15%. Kantuk Ringan.”**
Itu tidak banyak, tapi cukup. Kaito tidak membuang waktu. Dia tidak menyerang bayangan itu. Dia menyerang **struktur gudang yang sudah rapuh**. Dia mengarahkan tongkatnya ke **tiang penyangga utama** yang sudah lapuk dan dirayapi jamur di dekat bayangan pembunuh.
**“Menggunakan ‘Minor Mana Bolt’ (Target: Tiang Penyangga)!”**
Semburan hijau kusam itu mengenai kayu yang membusuk tepat di titik kritis.
*KRRRAAAK-BOOM!*
Sebagian langit-langit gudang runtuh! Balok-balok kayu besar, karung berdebu, dan atap seng berjatuhan tepat di atas bayangan pembunuh yang sedang melambat dan mengantuk. Debu beterbangan, memenuhi ruangan.
**“Hit! Pembunuh Bayangan menerima kerusakan lingkungan (sedang). Status: Terperangkap (sementara).”**
Kaito berlari ke arah Sloth, menarik lengannya. **“Ayo pergi! Sekarang!”**
Sloth merintih, tapi membiarkan dirinya diseret. **“Baru saja… nyaman…”**
Mereka bergegas keluar dari gudang yang rusak, kembali ke kedai utama *The Burrow*. Suara keributan telah menarik perhatian Kaela. Dia berdiri di belakang bar, cakar peraknya terhunus, mata kuningnya menyala. Beberapa pelanggan yang tersisa memandang dengan penasaran dan ketakutan.
“Apa yang terjadi di belakang?” tanya Kaela, suaranya berbahaya rendah, melihat debu yang mengepul dari pintu gudang.
“Pembunuh bayangan Vyrk!” teriak Kaito, napasnya tersengal. “Dia mencoba menculik Sloth!”
Sebuah gerakan di tumpukan puing di gudang. Bayangan pembunuh itu menyembul keluar, jubahnya robek, kegelapannya tampak lebih redup, tapi mata kuningnya menyala dengan kemarahan murni. Dia mengabaikan Kaito dan Sloth, menatap Kaela. **“Rubah… ini bukan urusanmu. Serahkan Imp dan makhluk tidur itu.”**
Kaela menyipitkan matanya. “Vyrk mengirimmu ke *tempatku*? Untuk menyerang *tamuku*? Setelah dia mengancam mereka di kedai?” Suaranya mendesis. “Dia sudah melampaui batas.” Cakarnya yang bercahaya perak berkilat. Level 30-nya terasa penuh, menekan. “Keluarlah. Laporkan pada tuan laparmu yang menjijikkan bahwa dia baru saja membuat dirinya tidak diinginkan di *The Burrow*. Dan jika aku melihatmu lagi di sini…” Senyumnya menunjukkan semua gigi taringnya. “…aku akan mengirimnya matamu satu per satu dalam botol cuka.”
Bayangan pembunuh itu mendesis, merasakan kekuatan Kaela dan kemungkinan besar masih dipengaruhi sisa-sisa Dream Dust dan Lethargy. Dia juga terluka. Dia melirik Kaito dan Sloth dengan kebencian, lalu bayangannya melebar dan dia *mencair* ke dalam kegelapan di sudut ruangan, menghilang tanpa suara.
Ketegangan di kedai sedikit mereda. Kaela menoleh ke Kaito dan Sloth, melihat debu, goresan di leher Kaito, dan ekspresi murung Sloth. “Kalian berdua,” katanya, menghela napas panjang, “adalah magnet masalah yang paling mahal yang pernah kulihat.” Dia menunjuk ke kursi. “Duduk. Ceritakan semuanya. Dan kali ini, tanpa kebohongan.”
Ditemani dua cangkir teh Lumut Abyss baru (dengan “biaya perbaikan gudang” yang akan ditambahkan ke hutang Kaito), Kaito menceritakan apa yang terjadi: pekerjaan untuk Grakk, pengalihan Borgaz, petunjuk mimpi Sloth tentang Gluttony di bawah kota, dan serangan pembunuh bayangan. Dia masih merahasiakan detail Sistem Sin Lord, tetapi mengakui Sloth adalah entitas yang dipanggil terkait konsep “Sloth” dan bahwa mereka mencari entitas lain yang “sangat lapar”.
Kaela mendengarkan dengan saksama, telinga rubahnya sesekali berkedut. Ketika Kaito selesai, dia bersandar di bar, matanya tertutup sejenak. “Gluttony… di bawah kota. Di tempat makan logam dan sihir.” Dia membuka matanya, tatapannya tajam. “Ada satu tempat yang cocok dengan deskripsi itu. **The Rusted Gullet – Kerongkongan Berkarat.**”
“Apa itu?” tanya Kaito, penuh harap.
“Tempat pembuangan akhir,” jawab Kaela. “Jauh di bawah Dis Patera. Di mana semua limbah logam, mesin rusak, artefak magis yang terkontaminasi, dan… mayat yang tidak diinginkan, berakhir. Dikelola oleh klan **Gnome Mekanis** yang gila, tetapi bahkan mereka takut masuk terlalu dalam. Ada desas-desus… sesuatu yang hidup di tumpukan sampah terdalam. Sesuatu yang memakan apa pun: logam, energi, bahkan hantu limbah. Mereka menyebutnya **Sang Pengunyah Abadi**.”
Calon Gluttony! Itu pasti!
“Bagaimana caranya ke sana?” tanya Kaito.
Kaela tertawa tanpa humor. “Langsung? Bunuh diri. The Rusted Gullet dijaga ketat oleh Gnome Mekanis. Mereka menjual ‘hak pengumpulan sampah’ dengan harga tinggi. Dan apa pun yang ada di bawah… tidak ramah.” Dia memandang Kaito. “Tapi kau beruntung. Grakk si Buta. Dia punya koneksi dengan Gnome. Dia sering mengatur ‘ekspedisi pemulungan’ ilegal ke area yang lebih dangkal. Menyogok penjaga. Dan…” dia mencondongkan tubuh, “...dia berhutang budi padaku karena pekerjaanmu tadi membuat Borgaz sangat marah dan mengalihkan perhatian. Aku dengar pengumpul utang Grakk berhasil menyita peti harta karun Borgaz yang tersembunyi. Grakk pasti senang.”
“Jadi kau bisa mengatur agar Grakk membawaku ke The Rusted Gullet?” tanya Kaito.
“Mungkin,” kata Kaela. “Tapi harga akan tinggi. Sangat tinggi. Grakk akan meminta potongan besar dari apa pun yang kau temukan. Dan aku… aku ingin jaminan.”
“Jaminan apa?”
Kaela menunjuk Sloth, yang sudah mulai tertidur lagi di atas meja. **“Dia. Kemampuannya. Aku punya… masalah kecil. Seorang pesaing. Pemilik kedai lain. Dia menyebarkan rumor dan menyabotase pasokanku. Aku ingin dia… mengalami kemalangan. Kecelakaan. Sesuatu yang membuatnya mengantuk parah saat berurusan dengan pemasok berbahaya. Atau mungkin lupa mengunci pintu gudangnya di malam yang salah.”** Matanya berbinar. **“Temanmu yang malas tampaknya bisa membuat hal-hal seperti itu terjadi, tanpa jejak.”**
Kaito melihat Sloth. Menggunakan kekuatan Sloth untuk sabotase? Itu berisiko dan tidak etis. Tapi… ini adalah Dis Patera. Dan mereka membutuhkan akses ke Gluttony. Sloth membuka satu matanya, seolah merasakan pembicaraan tentangnya. **“Malas… tapi… bisa… mimpi… buruk… kecil…”** bisiknya, hampir tak terdengar. **“Untuk… tempat tidur… nyaman… baru?”**
Sloth sendiri menyetujui? Dan dia mengajukan syarat: tempat tidur nyaman. Kaito menghela napas. Jalannya semakin gelap dan berliku. Dia mengangguh pada Kaela. “Setuju. Atur pertemuan dengan Grakk. Sloth akan… mengatur ‘kecelakaan’ untuk pesaingmu. Tapi kami membutuhkan persiapan. Senjata. Perlindungan. Informasi lebih banyak tentang The Rusted Gullet.”
Kaela tersenyum, senyum rubah yang licik. “Tentu. Kita bisa berbisnis.” Dia mengeluarkan selembar kulit kasar dan pena. “Sekarang, mari kita bahas detail target pesaingku dan ‘kecelakaan’ yang diinginkan…”
Sementara Kaela menjelaskan, Kaito melihat statusnya:
* **Level:** 5 (EXP: 0/600)
* **Sin Resonance: Sloth (Tingkat 2 - Toleransi Minimalis) -> (Tingkat 3 - Kemitraan Malas)?** (Setelah bekerja sama dalam pertarungan dan rencana bisnis)
Dia juga melihat slot **Gluttony** di Sistem Sin Lord. Sekarang ada indikator samar: **Calon Terdeteksi: Sang Pengunyah Abadi. Lokasi: The Rusted Gullet (Bawah Dis Patera). Resonansi Dosa: Tinggi (Kelaparan Ekstrem). Peringatan: Sangat Berbahaya. Biaya Pemanggilan: Diperkirakan Sangat Tinggi (Astral Shards/Item Magis Kuat).**
Perjalanannya untuk memanggil dosa kedua telah dimulai. Tapi jalannya dipenuhi bayangan Vyrk yang pendendam, kelicikan Grakk, dan kesepakatan gelap dengan Kaela. Untuk mencapai Gluttony, Kaito harus terjun lebih dalam ke bawah kota dan ke dalam intrik kotor Dis Patera. Dan bayarannya, baik dalam koin maupun moralitas, mungkin lebih tinggi dari yang dia perkirakan. Imp kecil itu tidak lagi hanya bertahan hidup; dia sedang bermain permainan kekuasaan yang berbahaya, dengan kemalasan abadi sebagai sekutunya yang tidak bersemangat dan kelaparan tak terpuaskan sebagai tujuannya berikutnya.