Observasi Fauna Aetheria

Dengan jurnal rahasianya yang kini menjadi prioritas utama, Eudora mendedikasikan hari-harinya untuk observasi. Ia tahu bahwa untuk memahami dunia baru ini, ia harus terlebih dahulu mengkatalog apa yang ada di dalamnya. Dan di Aetheria, "apa yang ada di dalamnya" seringkali menentang setiap hukum biologi yang ia pelajari di Bumi.

Ia memulai dengan fauna. Setiap pagi, setelah sarapan bubur biji-bijian, ia akan menyelinap keluar dari pemukiman, membawa buku catatannya (daun-daun yang kini ia ikat dengan serat tanaman) dan pena gelnya yang semakin menipis. Ia akan mencari tempat yang tenang di hutan, jauh dari jalur yang sering dilewati suku, dan duduk, mengamati.

Hari pertama observasi fauna, ia menemukan seekor makhluk kecil yang tampak seperti gabungan antara tupai dan kadal. Hewan itu memiliki bulu berwarna hijau zamrud dan ekor panjang yang bercabang tiga, masing-masing ujungnya berkedip dengan cahaya redup. Makhluk itu melompat dari dahan ke dahan dengan kecepatan yang luar biasa, mengeluarkan suara kicauan yang terdengar seperti bel kristal.

Jurnal Aetheria: Percikan Ilmiah

Entri 2: Hari ke-6 (perkiraan) setelah insiden portal.

Subjek Observasi: Fauna Aetheria. Spesimen 1: Makhluk arboreal kecil. Deskripsi: Mirip tupai/kadal. Bulu hijau zamrud. Ekor bercabang tiga, berpendar. Suara: Kicauan seperti bel kristal. Perilaku: Sangat lincah, melompat antar dahan dengan kecepatan tinggi. Hipotesis: Ekor berpendar mungkin berfungsi sebagai alat komunikasi atau daya tarik pasangan. Kecepatan mungkin adaptasi untuk menghindari predator atau mencari makan di kanopi hutan.

Eudora mencoba menggambar makhluk itu di daunnya, meskipun ia bukan seniman. Ia berusaha menangkap detail ekor bercabang tiga dan mata kuningnya yang besar.

Kemudian, ia melihat sesuatu yang lebih besar. Sebuah makhluk yang tampak seperti rusa, tetapi dengan tanduk yang terbuat dari kristal yang memancarkan cahaya ungu. Kulitnya berwarna cokelat tua, dan matanya yang besar dan lembut memancarkan aura ketenangan. Makhluk itu sedang merumput di padang rumput kecil, sesekali mengibaskan ekornya yang berbulu.

Spesimen 2: Herbivora besar. Deskripsi: Mirip rusa. Tanduk kristal berpendar ungu. Kulit cokelat tua. Mata besar dan lembut. Perilaku: Merumput dengan tenang, tampak jinak. Hipotesis: Tanduk kristal mungkin berfungsi sebagai alat pertahanan, atau mungkin memiliki fungsi lain yang terkait dengan Aether. Apakah mereka dapat menyerap Aether melalui tanduk mereka?

Eudora merasa takjub. Ini adalah dunia yang benar-benar baru, penuh dengan spesies yang belum pernah tercatat dalam buku-buku biologi Bumi. Setiap makhluk adalah sebuah teka-teki, sebuah bukti evolusi yang berbeda.

Namun, tidak semua observasinya seindah itu. Suatu sore, saat ia sedang mengamati sekelompok serangga terbang yang tampak seperti capung raksasa dengan sayap transparan, ia mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Itu adalah suara yang familiar, suara yang membuatnya merinding—Beastkin.

Ia segera bersembunyi di balik semak-semak lebat, jantungnya berdebar kencang. Melalui celah di dedaunan, ia melihat seekor Beastkin yang jauh lebih besar dari yang ia temui sebelumnya. Makhluk itu tampak seperti kombinasi antara beruang dan kadal, dengan cakar besar, gigi taring yang menjulur, dan kulit tebal berwarna abu-abu gelap. Matanya merah menyala, dan ia mengeluarkan raungan yang mengguncang tanah.

Spesimen 3: Beastkin (ukuran besar). Deskripsi: Mirip beruang/kadal. Cakar besar, gigi taring. Kulit abu-abu gelap. Mata merah menyala. Suara: Raungan yang mengguncang tanah. Perilaku: Agresif, predator puncak. Tampaknya berburu sendirian. Hipotesis: Mungkin memiliki wilayah jelajah yang luas. Kepekaan terhadap suara atau gerakan? Bagaimana mereka berinteraksi dengan Aether? Apakah mereka lebih kuat selama Pasang Aether?

Eudora mencatat dengan cepat, tangannya sedikit gemetar. Ia harus tetap objektif, bahkan ketika ia merasa ketakutan. Ini adalah data penting. Memahami predator adalah kunci untuk bertahan hidup.

Ia juga mengamati perilaku serangga. Ada semacam kupu-kupu raksasa dengan sayap yang menyerupai kaca patri, memancarkan cahaya pelangi saat mereka terbang. Mereka tampak tertarik pada bunga-bunga tertentu yang juga berpendar.

Spesimen 4: Serangga terbang. Deskripsi: Mirip kupu-kupu raksasa. Sayap seperti kaca patri, berpendar pelangi. Perilaku: Terbang di sekitar bunga berpendar. Hipotesis: Mungkin berperan dalam penyerbukan tanaman berpendar. Apakah cahaya mereka adalah hasil dari Aether?

Ada juga makhluk-makhluk yang lebih aneh. Suatu hari, ia melihat sekelompok makhluk yang tampak seperti cacing raksasa, tetapi dengan kepala berbentuk bunga yang bisa membuka dan menutup. Makhluk-makhluk itu bergerak perlahan di tanah, dan ketika mereka membuka "kepala bunga" mereka, sebuah aroma manis yang memabukkan keluar.

Spesimen 5: Makhluk terestrial aneh. Deskripsi: Mirip cacing raksasa. Kepala berbentuk bunga yang bisa membuka/menutup. Aroma manis yang memabukkan. Perilaku: Bergerak lambat. Hipotesis: Mungkin karnivora yang menarik mangsa dengan aroma. Atau mungkin herbivora yang menyerap nutrisi dari tanah melalui kepala bunga mereka. Perlu observasi lebih lanjut, dari jarak aman.

Eudora menyadari bahwa pengetahuannya tentang biologi Bumi tidak cukup untuk mengkategorikan semua makhluk ini. Sistem klasifikasi Linnaeus terasa tidak relevan di sini. Ia perlu mengembangkan sistem klasifikasi baru, sebuah taksonomi Aetheria.

Ia mencatat tantangan ini dalam jurnalnya:

Tantangan Klasifikasi Biologis:

Spesies Aetheria menunjukkan karakteristik yang tidak sesuai dengan klasifikasi taksonomi Bumi (misal: kombinasi ciri-ciri dari filum yang berbeda, organ berpendar, interaksi dengan energi yang tidak diketahui). Perlu mengembangkan sistem klasifikasi baru yang mempertimbangkan faktor-faktor ini, mungkin berdasarkan interaksi Aether atau struktur energi internal.

Ia menghabiskan berjam-jam setiap hari, duduk diam, mengamati, dan mencatat. Ia belajar untuk mengenali suara-suara hutan, membedakan antara kicauan burung yang aman dan raungan Beastkin yang mengancam. Ia belajar untuk mengidentifikasi jejak kaki, pola makan, dan perilaku kawin yang aneh.

Ada momen-momen frustrasi, tentu saja. Kadang-kadang, ia akan melihat makhluk yang menarik, tetapi terlalu cepat atau terlalu tersembunyi untuk diamati dengan baik. Kadang-kadang, ia akan mencoba mendekat untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik, hanya untuk membuat makhluk itu lari ketakutan. Dan kadang-kadang, ia akan merasa sangat kesepian, merindukan diskusi ilmiah dengan rekan-rekannya, di mana ia bisa berbagi penemuan-penemuan ini dan mendapatkan masukan.

Namun, di tengah semua tantangan itu, ada juga kegembiraan. Kegembiraan penemuan. Kegembiraan memahami. Setiap entri baru dalam jurnalnya adalah sebuah kemenangan kecil, sebuah langkah maju dalam memahami dunia yang aneh dan indah ini.

Eudora menyadari bahwa ia tidak hanya mengamati fauna. Fauna juga mengamatinya. Suatu hari, saat ia sedang menulis, ia merasakan tatapan. Ia mendongak, dan melihat seekor makhluk kecil mirip tupai-kadal dengan ekor berpendar yang ia catat sebelumnya, duduk di dahan di atasnya, mengamatinya dengan mata kuningnya yang besar. Makhluk itu tidak lari. Ia hanya duduk di sana, mengamati Eudora, seolah Eudora adalah spesimen baru yang menarik untuk dipelajari.

Eudora tersenyum. "Kau ingin tahu, ya?" bisiknya pada makhluk itu. "Aku juga. Kita berdua adalah ilmuwan di sini, kurasa."

Makhluk itu memiringkan kepalanya, lalu mengeluarkan kicauan seperti bel kristal, seolah setuju. Eudora kembali menulis, merasa sedikit kurang sendirian. Di dunia yang aneh ini, bahkan fauna pun bisa menjadi rekan sejawat dalam pencarian pengetahuan.