Kehidupan di pemukiman suku telah mulai menemukan ritmenya bagi Eudora. Ia telah sedikit terbiasa dengan pakaian kulitnya, diet anehnya, dan bahkan suara-suara malam yang menakutkan. Komunikasi masih menjadi tantangan, tetapi ia telah belajar beberapa kata kunci dan isyarat, cukup untuk bertahan hidup dan melakukan observasi. Namun, di balik semua adaptasi itu, ada satu kenyataan yang tidak bisa ia lupakan: bahaya hutan Aetheria.
Suatu sore, saat Eudora sedang duduk di dekat sungai, mencatat pola migrasi serangga berpendar di jurnal daunnya, sebuah suara tajam memecah keheningan. Itu adalah suara teriakan, diikuti oleh suara geraman yang familiar—Beastkin.
Jantung Eudora langsung berdebar kencang. Ia segera bangkit, naluri bertahan hidupnya mengambil alih. Ia melihat ke arah pemukiman. Beberapa orang suku sudah berlarian, berteriak dalam bahasa mereka. Balmond, dengan tombaknya di tangan, sudah bergerak cepat menuju pinggir pemukiman, di mana suara-suara itu berasal.
Eudora mengikutinya, meskipun ia tahu ia tidak akan banyak membantu dalam pertarungan fisik. Ia seorang ilmuwan, bukan prajurit. Namun, ia ingin mengamati. Ini adalah kesempatan untuk melihat bagaimana suku berinteraksi dengan predator ini dalam situasi nyata.
Ketika ia tiba di pinggir pemukiman, ia melihat pemandangan yang kacau. Dua Beastkin kecil, yang ukurannya sedikit lebih besar dari yang pertama kali ia temui, sedang mencoba menerobos barikade sederhana yang terbuat dari batang pohon dan semak berduri. Makhluk-makhluk itu mendesis, mencakar, dan mencoba menggigit, mata kuning mereka memancarkan keganasan.
Suku bereaksi dengan cepat dan terkoordinasi. Beberapa pria, termasuk Balmond, memegang tombak dan perisai sederhana yang terbuat dari kulit binatang dan kayu. Mereka membentuk garis pertahanan, menghalangi Beastkin. Wanita-wanita dan anak-anak berlari ke belakang, membawa obor dan batu.
Eudora melihat bagaimana Balmond bergerak. Ia tidak hanya menyerang secara membabi buta. Ia menggunakan tombaknya untuk menusuk dan mendorong, menjaga jarak dari Beastkin. Prajurit lain bekerja sama, menutupi satu sama lain, menciptakan celah untuk menyerang dan mundur. Itu adalah tarian yang brutal namun efisien, sebuah koreografi bertahan hidup yang telah diasah selama generasi.
Salah satu Beastkin berhasil menerobos barikade, melompat ke arah seorang pria suku. Pria itu, dengan refleks yang luar biasa, mengangkat perisainya, dan Beastkin itu menabraknya dengan keras. Pada saat yang sama, Balmond bergerak cepat, menusukkan tombaknya ke sisi Beastkin. Makhluk itu melolong kesakitan, lalu jatuh ke tanah.
Beastkin yang lain, melihat rekannya jatuh, ragu sejenak. Kemudian, dengan geraman frustrasi, ia berbalik dan melarikan diri kembali ke hutan, menghilang di antara pepohonan.
Pertarungan itu berlangsung kurang dari lima menit, tetapi terasa seperti selamanya bagi Eudora. Ia melihat beberapa pria suku terluka ringan, goresan dan memar dari cakar Beastkin. Namun, tidak ada yang serius. Mereka telah berhasil.
Eudora merasa takjub. Mereka tidak memiliki senjata api, tidak ada pelindung tubuh modern, tidak ada strategi militer yang rumit. Namun, mereka memiliki koordinasi, keberanian, dan pemahaman mendalam tentang lingkungan mereka. Itu adalah efektivitas primitif yang luar biasa.
Balmond mendekati Beastkin yang mati, memeriksa lukanya. Kemudian, ia menoleh ke arah Eudora, ekspresinya serius. Ia menunjuk ke Beastkin, lalu ke Eudora, dan membuat gerakan seolah ia adalah mangsa.
"Ya," Eudora mengangguk. "Aku tahu. Mereka… berbahaya."
Balmond mengangguk. Ia kemudian menunjuk ke tombaknya, lalu ke Beastkin, dan membuat gerakan menusuk.
"Kalian… membela diri dengan baik," kata Eudora, tulus. "Sangat efisien. Aku… terkesan."
Balmond menatapnya, lalu sedikit mengangguk. Eudora merasa ia telah mendapatkan sedikit rasa hormat dari prajurit itu.
Beberapa pria suku mulai menyeret Beastkin yang mati kembali ke pemukiman. Eudora tahu apa yang akan terjadi selanjutnya: dagingnya akan diasap, kulitnya akan diolah, dan tulangnya mungkin akan digunakan untuk alat atau ornamen. Tidak ada yang terbuang. Ini adalah keberlanjutan yang brutal namun efektif.
Ia kembali ke gubuknya, mengeluarkan jurnal daunnya. Ia harus mencatat ini.
Jurnal Aetheria: Percikan Ilmiah
Entri 7: Hari ke-11 (perkiraan) setelah insiden portal.
Subjek Observasi: Pertahanan Suku Terhadap Beastkin (Skala Kecil). * Predator: Dua Beastkin kecil. * Taktik Suku: Pembentukan garis pertahanan dengan tombak dan perisai. Koordinasi tim yang luar biasa. Penggunaan obor dan batu sebagai alat pengalih perhatian/penyerang sekunder. * Keberhasilan: Berhasil memukul mundur Beastkin dengan korban minimal. * Efektivitas Primitif: Meskipun tanpa teknologi canggih, suku menunjukkan efisiensi tinggi dalam bertahan hidup. Ini adalah bukti adaptasi evolusioner yang kuat terhadap lingkungan predator.
Analisis: * Kunci keberhasilan: Pengetahuan mendalam tentang perilaku Beastkin, kerja sama tim yang erat, dan penggunaan sumber daya lokal secara maksimal. * Peran Balmond: Pemimpin yang efektif dalam pertempuran, menunjukkan keberanian dan kemampuan taktis.
Implikasi: * Kekuatan listrik statisku mungkin tidak efektif dalam pertarungan langsung melawan Beastkin. Perlu mengembangkan aplikasi yang lebih strategis (misal: jebakan listrik, pengalih perhatian). * Suku adalah sumber pengetahuan yang tak ternilai tentang bertahan hidup di Aetheria. Perlu membangun kepercayaan untuk belajar lebih banyak dari mereka.
Eudora menutup jurnalnya. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuannya dari Bumi. Ia harus belajar dari suku, mengintegrasikan sainsnya dengan kearifan lokal mereka. Mungkin, dengan menggabungkan keduanya, ia bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang bisa melindungi suku secara lebih efektif.
Ia melihat ke arah Beastkin yang sedang diseret. Makhluk itu, meskipun menakutkan, kini hanyalah sumber daya. Ini adalah siklus hidup di Aetheria: bertahan hidup, berburu, memanfaatkan. Dan Eudora, sang ilmuwan, kini adalah bagian dari siklus itu. Ia harus belajar untuk beradaptasi, tidak hanya dalam hal makanan dan pakaian, tetapi juga dalam hal mentalitas. Ini adalah dunia yang keras, dan hanya yang paling adaptif yang akan bertahan.