Setelah beberapa hari mengamati flora dan fauna, serta berjuang dengan komunikasi dan kegelapan malam, Eudora menyadari satu hal krusial: ia harus makan. Bubur biji-bijian yang disajikan setiap pagi dan sore, meskipun mengenyangkan, terasa hambar dan monoton. Ia merindukan rasa pizza, sushi, atau setidaknya, sepotong roti panggang dengan selai. Namun, di Aetheria, menu makanan adalah sebuah misteri yang harus ia pecahkan.
Suatu pagi, seorang wanita suku yang ramah, dengan senyum yang hangat meskipun mereka tidak bisa berkomunikasi, menawarkan Eudora sepotong buah. Buah itu berbentuk seperti pir, tetapi kulitnya berwarna biru tua dengan bintik-bintik oranye yang berpendar samar. Baunya manis, seperti campuran mangga dan sesuatu yang asing, sedikit seperti ozon.
Jurnal Aetheria: Percikan Ilmiah
Entri 6: Hari ke-10 (perkiraan) setelah insiden portal.
Subjek Penelitian: Diet Suku & Sumber Makanan Lokal. Spesimen 1: Buah biru berpendar. Deskripsi: Mirip pir, kulit biru tua dengan bintik oranye berpendar. Aroma manis, sedikit ozon. Hipotesis: Mungkin kaya akan antioksidan atau nutrisi unik. Pendaran mungkin indikasi energi Aether. Prioritas: Uji keamanan konsumsi.
Eudora ragu. Sebagai seorang ilmuwan, ia tahu bahaya mengonsumsi flora yang tidak dikenal. Namun, ia juga lapar. Dan wanita itu tersenyum dengan sangat meyakinkan.
"Terima kasih," kata Eudora, mengambil buah itu. Ia mengendus buah itu lagi. Baunya cukup menggoda.
Ia menggigitnya dengan hati-hati. Rasanya… aneh. Manis, ya, tetapi dengan rasa asam yang kuat dan sensasi kesemutan di lidah, seperti soda. Setelah beberapa saat, sensasi kesemutan itu mereda, meninggalkan rasa yang cukup menyenangkan.
"Tidak buruk," gumamnya. "Sedikit seperti buah beri yang diberi kejutan listrik."
Wanita itu tertawa kecil, seolah ia mengerti. Eudora tersenyum, merasa sedikit lebih nyaman. Setidaknya ia tidak jatuh sakit. Itu adalah kemenangan kecil dalam adaptasi diet.
Sepanjang hari itu, Eudora mencoba berbagai makanan yang ditawarkan suku. Ada semacam umbi akar yang direbus, rasanya seperti kentang tawar, tetapi dengan tekstur yang sedikit kenyal. Ada juga potongan daging yang diasap, yang Eudora duga berasal dari Beastkin kecil atau hewan herbivora yang ia amati. Daging itu terasa liat dan sedikit hambar, tetapi memberikan protein yang sangat dibutuhkan.
Spesimen 2: Umbi akar. Deskripsi: Mirip kentang, tekstur kenyal. Rasanya tawar. Hipotesis: Sumber karbohidrat utama. Mudah dicerna.
Spesimen 3: Daging asap. Deskripsi: Liat, hambar. Sumber protein. Hipotesis: Dari Beastkin kecil atau herbivora. Proses pengasapan untuk pengawetan.
Namun, tidak semua makanan bisa diterima oleh seleranya.
Suatu sore, seorang pria suku menawarkan Eudora semangkuk sesuatu yang tampak seperti sup kental berwarna hijau lumut. Baunya sangat kuat, seperti tanah basah dan ikan busuk. Eudora mencoba menahan napas.
"Apa ini?" tanyanya, meskipun ia tahu ia tidak akan mendapatkan jawaban.
Pria itu tersenyum lebar, lalu menyeruput sup itu dengan nikmat. Eudora merasa mual. Ia tahu ia harus mencoba, demi sopan santun.
Ia mengambil sesendok kecil dan memasukkannya ke mulutnya. Rasa itu langsung menyerangnya. Itu adalah kombinasi dari pahit, asam, dan rasa amis yang kuat, seolah ia baru saja menyeruput air dari kolam yang penuh lumut dan ikan mati. Eudora nyaris tidak bisa menelannya. Ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk tidak memuntahkannya.
"Enak," katanya, mencoba tersenyum, meskipun wajahnya terasa pucat. "Sangat… unik."
Pria itu menatapnya, lalu ke mangkuknya, dan kemudian ke Eudora. Ia mengerutkan kening. Eudora menduga ia bisa melihat bahwa Eudora tidak menyukainya.
"Tidak, tidak, enak!" Eudora mencoba meyakinkan, mengangguk dengan antusias. "Hanya… berbeda. Dari rumah."
Pria itu hanya mengangguk perlahan, lalu kembali menyeruput supnya dengan nikmat. Eudora diam-diam meletakkan mangkuknya di tanah, berharap tidak ada yang menyadarinya. Itu adalah pelajaran berharga: tidak semua makanan asing akan menjadi petualangan kuliner yang menyenangkan.
Ia mencatat pengalaman itu di jurnalnya:
Tantangan Diet:
Beberapa makanan lokal dapat diterima (buah biru, umbi akar, daging asap). Beberapa sangat sulit diterima (sup lumut hijau). Ini menunjukkan perbedaan besar dalam preferensi rasa dan mungkin juga komposisi nutrisi. Perlu mengidentifikasi sumber makanan yang paling efisien dan paling dapat diterima.
Reaksi tubuh: Sejauh ini tidak ada reaksi alergi atau keracunan yang parah. Ini adalah kabar baik. Namun, adaptasi mikrobioma usus mungkin diperlukan untuk pencernaan yang optimal.
Eudora juga mulai memperhatikan bagaimana suku menyiapkan makanan mereka. Mereka menggunakan api unggun untuk memasak, memanggang daging di atas bara, atau merebus umbi akar dalam wadah tanah liat. Mereka juga menggunakan beberapa jenis rempah-rempah yang tidak ia kenali, yang memberikan aroma kuat pada masakan mereka.
Ia mencoba mendekati api unggun, mengamati proses memasak. Seorang wanita sedang mengaduk sesuatu dalam wadah tanah liat. Eudora menunjuk ke wadah itu, lalu ke api. "Masak?" tanyanya, mencoba menggunakan kata yang ia duga berarti "memasak".
Wanita itu tersenyum, lalu mengangguk. "Masak," katanya, mengulang kata itu.
"Aha!" Eudora berseru. "Masak! Itu berarti memasak!"
Ini adalah kemajuan kecil lainnya dalam komunikasinya. Setiap kata yang ia pelajari adalah sebuah jembatan kecil, menghubungkannya dengan dunia baru ini.
Malam itu, saat ia berbaring di gubuknya, Eudora merasakan perutnya sedikit bergolak. Sup lumut hijau itu masih menghantuinya. Ia merindukan makanan yang familiar, tetapi ia juga tahu bahwa adaptasi adalah kunci untuk bertahan hidup. Ia harus terus mencoba, terus bereksperimen, bahkan jika itu berarti harus menghadapi beberapa pengalaman kuliner yang tidak menyenangkan.
Ia memejamkan mata, membayangkan sebuah burger keju ganda dengan kentang goreng. Itu adalah fantasi yang menyenangkan. Namun, ketika ia membuka matanya, ia masih berada di Aetheria, dan tantangan kuliner masih menunggunya. Ia adalah seorang ilmuwan, dan bahkan diet pun adalah bagian dari penelitiannya. Ia akan menaklukkan menu Aetheria, satu gigitan aneh pada satu waktu.