(Chapter Sebelumnya)
Buset, ada Mak gua lagi di depan pintu, mana pegang sapu lagi, anjrit. Dahlah, trobos ajalah.
"Dony, abis dari mana kamu?!"
"Habis main futsal, Bu."
"Pulang sampai tengah malam, ya sudah buruan masuk sana!"
"Baik, Bu."
BERSAMBUNG
(Chapter Sekarang)
Pagi hari. Suara tukang sayur lewat depan rumah dengan suara cetar membahana. Maklum, tukang sayur rantauan dari Batak. Suaranya bikin Dony kaget terus bangun sambil teriak, "BUUUU BELIII!!!"
Padahal itu cuma ngelindur. Nggak jadi beli, soalnya yang lewat tukang sayur, bukan tukang bubur.
Dony langsung bangun, tapi pas turun dari tempat tidur, kakinya belum siap napak. Jadinya nyungsep ke lantai.
"Ouchh..."
Setelah suara jatuh, disusul suara khasnya:
"ANJENGGGG!!!"
Kepalanya benjol. "Sial amat dah, pagi-pagi udah nyungsep," gerutunya kesal.
Tak lama, Ibunya datang karena kaget denger suara jatuh ditambah teriakan khas anaknya.
"Astaghfirullah, Dony! Ada apa sih pagi-pagi udah bikin ribut aja?!"
"Nggak, Bu. Cuma nggak sengaja jatuh, nyungsep aja."
"Astaga, kok bisa?"
"Salah pijakan kaki aja."
"Ya sudah, ikut Ibu ke meja makan. Nanti Ibu obatin sekalian sarapan."
"Baik, Bu."
Tapi tanpa disadari, celana putih yang Dony pakai basah. Jelas banget noda darahnya. Bukan karena ngompol.
Ibu Dony yang sadar langsung panik.
"Dony! Noda darah apa itu di celanamu?! Kamu... datang bulan? Tapi kamu kan cowok?"
"Gak, Bu. Itu... anu, cuma luka aja. Gatal digaruk."
"Gak usah ngeles. Jujur aja sama Ibu. Gak mungkin cuma luka karena gatal bisa segitunya."
"Itu... anu, Bu. Ini karena kejadian waktu itu."
"Kejadian apa? Jelasin ke Ibu. Kamu ada masalah?"
"Iya, Bu. Aku ada masalah."
"Masalah kecil atau besar?"
"Besar."
"Apa? Berkelahi sama teman? Dikeluarin dari sekolah? Atau masalah sama cewek?"
"Masalah sama cewek."
"Jelaskan ke Ibu."
Dony diam sejenak. Tarik napas panjang.
"Aku... aku dikutuk jadi cewek karena telah melecehkan seorang gadis, Bu."
*PRANGGG!!* Semua hening. Bak disambar petir.
Ibunya membelalak. Sarapannya sampai gak jadi dimakan. Kaget bukan main.
"Apa?! Bisa kamu ulangi?!"
"Aku dikutuk jadi cewek..."
Ibunya sempat tertawa, tapi berhenti setelah lihat ekspresi serius anaknya.
"Jadi kamu dikutuk karena melecehkan gadis itu? Kamu pantas mendapatkannya. Karena kamu sudah melewati batas."
"Iya, Bu. Aku sadar atas kesalahan yang kuperbuat."
"Syukurlah kamu masih bisa sadar. Terus... kamu bisa balik lagi ke wujud aslimu?"
Dony mulai menangis.
"Kata gadis itu, aku gak bisa kembali selamanya."
"Sudah coba minta maaf?"
"Belum, Bu. Aku takut. Mungkin pun gak bakal dimaafkan."
"Tapi kamu harus coba. Urusan dimaafkan atau tidak itu belakangan. Yang penting kamu udah usaha."
"Baik, Bu. Akan aku coba."
"Karena kamu gak bisa kembali normal, besok kamu ikut Ibu dan Ayah untuk ganti identitas."
"Identitas baru? Maksud Ibu?"
"Kamu perempuan sekarang. Gak bisa sembunyiin itu terus. Identitasmu harus disesuaikan."
"Tapi aku belum siap, Bu."
"Siap gak siap, kamu harus nerima. Sudah pikirkan nama baru?"
"Belum. Semua ini terjadi mendadak."
"Ibu kasih waktu sampai besok. Sekalian belanja kebutuhan baru: seragam, pakaian, dan lain-lain."
"Baju sekolah? Bukannya sudah ada?"
"Yang itu untuk cowok. Sekarang kamu cewek."
"Jadi... aku harus pakai seragam cewek ke sekolah?"
"Ya iya dong. Dan semua baju lamamu udah Ibu sumbangin ke panti. Yang gak layak dipakai dibuang."
"Terus... aku pakai apa dong sekarang?"
"Kan besok kita belanja semua keperluan barumu."
"Baik, Bu..."
"Bagus kalau kamu paham. Persiapkan dirimu, karena besok hidupmu akan berubah. Ini awal lembaran baru."
"Baik, Bu. Akan aku persiapkan."
BERSAMBUNG