(Chapter Sebelumnya)
"Kan Ibu sudah bilang, kalau besok kamu bakal ganti identitas yang baru. Kita juga akan belanja semua kebutuhan kamu, mulai dari seragam sekolah, pakaian sehari-hari, dan kebutuhan lainnya."
"Baik, Bu."
"Bagus kalau kamu paham. Sebaiknya kamu persiapkan dirimu sekarang, karena hari esok dan hari ini akan sangat berbeda. Kamu akan membuka lembaran kehidupan yang baru."
"Baik, Bu. Akan Dony persiapkan."
(Chapter Sekarang)
Pagi harinya, Dony seperti biasa bangun tidur, merapikan tempat tidurnya, lalu mandi. Setelah selesai dengan urusan pribadinya, ia membantu ibunya memasak di dapur. Meskipun karakter Dony terkesan cuek, tapi soal bantu-membantu di rumah, ia cukup berbakti. Ia selalu berusaha meringankan pekerjaan orang tuanya jika bisa.
Oh iya, buat yang belum tahu, pekerjaan orang tua Dony: ayahnya adalah kepala sekolah di tempat Dony bersekolah, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga yang juga menjalankan bisnis toko kue cukup besar di kota mereka.
"Dony, siap-siap sana. Sebentar lagi kita berangkat. Kamu pakai baju Ibu dulu waktu masih muda, sudah Ibu siapin di kamar," seru Ibunya dari ruang makan.
"Baik, Bu. Tapi... emangnya harus banget pakai itu?" tanya Dony, agak ragu.
"Iya! Baju kamu kan udah Ibu sumbangin semua ke panti asuhan. Udah, cepetan sana!"
Dengan berat hati, Dony masuk ke kamar ibunya. Di atas ranjang tergeletak satu set pakaian dan satu set pakaian dalam. Yang bikin bulu kuduknya berdiri: celana dalamnya (CD) tipis banget. Serasa horor.
Dengan susah payah, Dony mulai mengenakan semuanya mulai dari CD yang terasa 'nempel' di selangkangan dan pantat, lalu BH yang butuh waktu lebih dari setengah jam buat dipakai, celana panjang dan baju panjang dengan rambut terurai. Dony nggak pakai make-up. Disuruh pun, dia nggak bisa. Bahkan kalau dipaksain make-up, bukannya makin cantik, malah bisa-bisa jadi horor.
Selesai berdandan, Dony keluar kamar menuju garasi. Orang tuanya sudah menunggu. Tapi saat melewati cermin lemari, Dony spontan berhenti. Ia menatap pantulan dirinya.
“Cantik...” gumamnya, nyaris nggak percaya.
Glek. Ia menelan ludah sendiri sambil menggeleng. “Ini... beneran gue? Gila... nggak nyangka cantik juga gue. Astaga naga, kalau ini bukan diri gue sendiri, udah gue embat, sumpah,” ucapnya asal.
“Heh! Apaan sih? Kok malah terpana sama diri sendiri?” Dony merinding sendiri melihat kelakuannya. “Gue ini cowok, bukan cewek! Meskipun badan berubah, prinsip tetap cowok sejati! Biarin waktu yang nentuin semuanya!”
“Dony, udah siap belum? Jangan lama-lama, dandan kayak Ibumu aja lama!” seru Ayahnya dari luar.
“Udah, Yah! Sabar!” jawab Dony sambil bergegas keluar.
Saat keluar, kedua orang tuanya terpana melihat anaknya yang tampil begitu cantik dan anggun. Tanpa banyak bicara, mereka langsung berangkat menuju mal untuk berbelanja.
Sesampainya di sana, mereka mulai berbelanja: seragam sekolah, baju, rok, dan perlengkapan lainnya. Semua dipilih sendiri oleh Dony, kecuali BH dan CD yang diserahkan kepada orang tuanya. Dia nggak ngerti soal beginian.
Setelah selesai belanja, mereka lanjut ke kantor catatan sipil untuk proses pergantian identitas. Dony nggak paham prosedurnya, jadi semuanya diserahkan ke orang tua. Nama baru yang ia pilih: Dena Oktaviani.
Selesai semua, mereka pulang. Begitu sampai rumah, Dony langsung masuk kamar dan menjatuhkan diri ke kasur.
"Capek banget... Mending kerja berat sehari penuh daripada begini," pikirnya.
Hari demi hari berlalu. Perlahan, Dony mulai terbiasa dengan tubuh barunya. Apalagi dengan bantuan Ibu yang sabar mengajarinya menjadi gadis. Sekarang, Dony bahkan sudah bisa pakai BH sendiri.
Sudah lebih dari seminggu Dony belajar jadi cewek. Ia mulai mengerti hal-hal dasar tentang kehidupan perempuan. Meski begitu, ia tetap teguh pada satu hal: dalam hatinya, ia masih cowok sejati.
Malam harinya, Dony dipanggil ke ruang keluarga. Ia keluar dari kamar dengan celana pendek hitam dan kaos putih polos. Rambutnya kini sudah tumbuh sebahu.
“Udah beres-beresnya?” tanya sang Ayah.
“Udah kok. Di dalam lagi santai sambil belajar buat besok, Yah,” jawab Dony.
“Bagus, anak Ayah. Jadi gini, besok kamu mulai masuk sekolah. Data pergantian identitas kamu juga udah disetujui. Kamu udah siap buat besok, Dena?”
“Udah kok, Yah,” ucapnya, agak malu-malu.
“Ya sudah, sana lanjut belajar. Kalau udah selesai langsung tidur, jangan begadang ya... Dena sayang,” ucap sang Ibu sambil mengecup kening anaknya.
BERSAMBUNG