Pagi hari terasa begitu mencekam, pasalnya hari ini adalah hari pertama Hana masuk ke sekolah yang bisa dibilang elite, Hana belum pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya. sebab, ia tak pernah menjalani sekolah seperti kebanyakan anak pada umumnya, dia hanya di ajari oleh guru private atau kita kenal dengan sebutan home schooling.
Hana hanya tinggal dengan jinni gungnyeo di rumah yang bisa dikatakan megah bak istana kerajaan jaman dulu, dia hanya tinggal dengan beberapa asisten rumah tangga dan pak supir, yang selalu mengantar dirinya ke sekolah.
Sedangkan sang ibu dan ayah, mereka tengah sibuk mengurus segala sesuatu yang ada di kantornya saat ini, mereka memiliki beberapa anak perusahaan di berbagai belahan Korea Selatan seperti Seoul, Busan, Daegu dan Gwangju, serta induk perusahaan yang terletak di Amerika Serikat.
Keduanya berkutat di bidang teknologi, karena perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat teknologi sebagai salah satu kebutuhan khusus untuk manusia saat ini, sebab di era teknologi yang semakin canggih penggunaan teknologi seperti smartphone pun bertambah pesat bahkan seluruh dunia pun memakai smartphone sebagai alat untuk seseorang berkomunikasi ataupun alat sadap dan lacak seseorang.
Hana merupakan anak tunggal dari pasangan Mr. Minhyung Hwang dan Mrs. Sooji Lee, beliau hanya dikaruniai satu anak perempuan yang kini tengah menginjak usia remaja, Hana memiliki marga Hwang sebab di Korea Selatan memiliki budaya dan hukum yang berbeda dari Indonesia, dan jika seorang anak tak mengikuti marga dari sang ayah, bisa menyebabkan pandangan yang buruk oleh pihak sekitar karena budaya turun temurun yang mereka lakukan.
Sebab itu sebagaian besar anak yang lahir di Korea akan mengikuti marga dari sang ayah, sedangkan sang ibu akan tetap memakai marga yang telah kedua orangtuanya berikan yaitu marga dari sang ayah.
Pagi menunjukkan pukul 07.30 KST yang berarti Hana harus berangkat ke sekolah, dia berangkat menggunakan mobil mewah sang ayah, dengan sopir yang berada di depan untuk menyetir tentu saja.
~•••~
Di depan sana terlihat jelas bagaimana pelataran halaman sekolah yang luas, dengan beberapa taman bunga dan gazebo untuk siswa-siswi belajar di sana, bahkan saking luasnya semua siswa dan siswa harus berjalan sekitar 1 jam agar sampai di koridor sekolah. Oleh sebab itu semua siswa-siswi di BANGTAN SCHOOL di sediakan tempat tinggal di sana, atau bisa kita sebut dengan ASRAMA.
BANGTAN SCHOOL sendiri memiliki sistem yang sangat rumit, sebab hanya anak-anak yang berprestasi dan cerdas saja yang bisa masuk ke sekolahan ini, tentu saja anak-anak yang tidak mampu pun bisa masuk melalui beasiswa, tapi menjadi murid beasiswa bukanlah hal yang mudah.
Sebab, murid yang menerima beasiswa kerap kali mendapatkan perlakuan yang tidak biasa dari siswa yang lainnya.
Sedangkan sistem ASRAMA di BANGTAN SCHOOL, memiliki dua ruangan terpisah seperti satu ruangan untuk siswa laki-laki dan ruangan lain untuk siswi perempuan.
Tentu saja sistem ini di berlakukan agar tak terjadi sesuatu yang tak di inginkan baik dari pihak sekolah maupun pihak keluarga, tapi setelah keluar dari ASRMA, sistem itu tidak berlaku sebab semua siswa-siswi akan di campur agar mengenal satu sama lain.
Banyak sekali larangan dan aturan yang ada di BANGTAN SCHOOL ini, seperti;
~•••~
Setelah berjalan cukup jauh, kini Hana pun telah sampai di koridor sekolah.
Berbagai tatapan pun terus tertuju padanya, sebagian ada yang menatap penuh kebencian dan sebagiannya lagi menatap penuh rasa ingin tahu tentang dirinya, tatapan itu seperti mengatakan, siapa dia? Kenapa dia bisa berada di lingkungan seperti ini.
Sibuk menunduk kan kepalanya, tanpa sadar dia tersandung anak tangga dan menabrak seseorang yang berada di depannya, hingga dia terjatuh bersama buku-buku yang tengah ia bawa saat ini.
"Aduh." Pekik Hana, saat tak sengaja menabrak seseorang didepannya.
"Ya ampun, kamu nggak apa-apa?." Suara itu lembut, tapi matanya menyimpan sesuatu yang gelap.
Aku pun mendongak, agar bisa melihat lebih jelas siapa yang telah ku tabrak dan untuk pertama kalinya aku bertemu dengan seseorang bernama _*PARK HYUNMIN*_.
"Aku bisa bantu ambilin bukumu." Katanya lagi, tangannya yang halus dan senyuman yang manis membuatku sempat lupa dengan tatapan sinis, oleh semua murid padaku.
Aku hanya mengangguk. " Makasih....." Suaraku pelan nyaris seperti bisikan.
"Aku Hyunmin, kelas 2-3. Kamu?." Tanya nya pelan, yang masih berkutat dengan buku-buku yang tak sengaja ku jatuhkan tadi.
Aku yang melamun pun tersadar Sebab Hyunmin menepuk pundak ku Dengan lembut.
"Uh.... Iya, aku Hwang Hana. Murid baru hari ini, aku belum tahu kelasku dimana?." Cicitku pelan.
Dia hanya mengangguk sambil tersenyum lembut, lalu pandangannya berubah tajam sesaat. Matanya menatapku lama, seolah dia berusaha membaca isis kepalaku dan rasanya nggak nyaman, tapi aku pun nggak bisa berhenti untuk menatap balik.
"Bangtan school.... bukan tempat yang ramah untuk orang baru," katanya sambil berdiri dan menyerahkan buku terakhir ke tanganku. Suaranya berubah menjadi serius.
Aku terdiam. Dalam hatiku bertanya tanya, maksudnya apa? Dan ada apa, sebenarnya?
Sebelum dia benar-benar pergi dari pandangan ku, Hyunmin tiba-tiba mengatakan hal yang Bener-bener bikin aku terdiam tanpa tahu harus berbuat apa.
"Tapi kamu bisa andelin aku, kalau butuh bantuan," lanjutnya tiba-tiba dengan senyuman hangat.
Setelah itu dia pun benar-benar pergi dari pandangan ku. Entah, perasaan apa ini. Rasanya sedih ketika Hyunmin pergi meninggalkanku seorang diri di koridor yang luas ini.
~•••~