Mata mereka bertemu dari seberang ruangan...
Tanpa keterkejutan.
Tanpa senyuman.
Hanya pengakuan diam.
Logan berdiri tegak di samping adik perempuannya, mengenakan setelan hitam klasik, jenis yang membuat orang merasa kecil hanya dengan melihatnya. Ekspresinya tidak berubah, tapi matanya mengatakan segalanya.
Dia membencinya.
Tapi juga... dia tidak.
Tidak ada cinta. Tidak ada pengampunan. Hanya badai di antara mereka yang tidak pernah benar-benar berlalu. Dia belum melupakan apa yang Jean lakukan padanya. Tidak di universitas. Bahkan tidak sekarang. Dan dia tidak berencana membiarkan Jean melupakannya juga.
Jean mengangkat dagunya, tanpa berkedip. Dia tidak tahan dengannya, tidak dengan kesombongannya, tidak dengan keangkuhannya... tapi jauh di dalam hatinya, dia tahu... Logan adalah satu-satunya pria di ruangan ini yang tidak akan menyakitinya untuk kesenangan semata.
Dia tidak tahu apakah itu membuat segalanya lebih baik atau lebih buruk.