Itu saja yang dia butuhkan.
Bibirnya menangkap bibir Jean lagi, kali ini lebih lambat... tidak terburu-buru, tapi dalam dan penuh makna. Tangannya menelusuri lengan Jean, sisi tubuhnya, menyentuhnya seperti puisi yang telah lama dia tunggu untuk dibaca.
Ciuman itu semakin dalam, memanas, saat tangan Jean meluncur di atas bahunya, punggungnya. Tubuhnya meleleh di bawah tubuh Logan, dengan cara yang tidak pernah terjadi dengan siapa pun sebelumnya.
Ketika mulut Logan menelusuri rahang Jean hingga ke lehernya, napasnya tersentak, jari-jarinya mencengkeram seprai. Tubuhnya merespons Logan seolah mengenalnya... seolah selalu menjadi miliknya.
Suara Logan terdengar serak di kulitnya.
"Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan padaku."
Dan mungkin Jean memang tidak tahu.
Napas panas Logan menggelitik bagian belakang leher Jean saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat.