Bab. 1 Perkenalan

Tidak kah sedikitpun kau ingat pada bunga mawar yang kau berikan?

Oranye warnanya harum semerbak mewangi, tanda akhir kita menjauhkan diri.

Tuan, ingatkah pada hati yang pernah engkau kuatkan ? Itu hatiku..

Semudah itu kau bawa pergi tanpa menyisakan serpihan sekecil apapun. Aku terlahir dari duka dan kau lahir daru bahagia.

Begitu banyak perbedaan yang coba kita paksakan. Berujung pada sebuah perpisahan buka pernikahan.

Aku adalah perempuan yang jauh dari kata sempurna, bahkan banyak sekali kekurangan yang selalu aku tutupi dengan kebohongan. Kisah ini ku ceritakan pada malam panjang tempatku mengadu diatas sajadah abu.

Kerlap - kerlip bintang seolah menggoda sang rembulan dimalam dingin disertai rintikan hujan.

Suara kodok dan jangkrik nampaknya sedang berlomba beradu suara untuk menghibur hati yang sedang lara.

Kali ini aku kuatkan do'a - do'aku penuh haru tangis dan isakan yang membuat dada semakin sesak kala menyebut namamu, wahai pujaan hati si pencuri jiwaku.

Aku tahu bahwa aku sangat nekat mengelu - elukan seorang pria yang setengah hati mencintaiku.

Hati kasih sayangnya semua masih lekat tertata rapi hanya untuk mantan kekasihnya. Aku orang baru bisa apa ?

Menyusup masuk pun justru engap sendiri, ingin keluar aku tidak bisa. Sebab aku terlanjur jatuh cinta padamu.

Hati jiwa dan raga semuanya terpaut padamu, sedang kamu masih terlena manja dalam perputaran bayangan masa lalumu.

Tanpa ku sadari semakin jauh aku menganggapmu lebih dari hidupku.

Aku benar - benar terlena masuk kedalam duniamu. Sekali lagi aku mencari keberadaan diriku yang semakin jauh tersesat.

Aku tidak peduli dengan omongan mereka yang menganggap kamu pria yang jahat. Aku tidak peduli jika aku semakin kehilangan jati diriku hanya untuk memperjuangkan kebahagiaanmu.

Tak mengapa jika orang lain menganggap aku gila kehilangan akal demi mencintaimu.

Yang aku malu semakin jauh aku mengharapkanmu semakin jauh dari Sang Pencipta.

Padahal kurang apa Allah memberikan aku banyak hal indah lainnya yang bisa membantu melupakannya.

Tapi aku malah memilih orang itu, menjadikan kesakitan sebagai bahan kebahagiaan.

Aku lupa bahwa takdir Allah mungkin jauh lebih baik daripada apa yang telah aku bayangkan.

Perkenalkan namaku Nana, aku seorang anak yatim piatu. Aku tinggal sendirian di sebuah kosan di kota Batam, sedang keluarga kakakku rumahnya tak jauh dari kosanku.

Mungkin hanya sekitar 20 menit saja. Kenapa aku tinggal sendiri ? Karena aku tidak ingin membuat repot keluarga kakakku, apalagi mereka masih tinggal bersama mertua sudah pasti masih sering direcokin.

Jadi daripada aku bikin beban mendingan ngekos sendiri, dengan biaya hidup aku bekerja sebagai penulis novel. Lumayan masih bisa buat menghidupi diri sendiri.

Selain itu aku juga masih punya pekerjaan sampingan seperti menjadi model freelance make up dan sebagainya.

Aku harus mandiri dan terus semangat, masih banyak impian yang akan ku kejar sebelum menjadi dewasa yang sering menyibukkan diri.

Tidak banyak teman yang aku punya didunia nyata banyak tipu-tipunya ini, hanya beberapa saja itupun temanku dari pekerjaan lamaku.

Ya, aku dulu pernah bekerja tetap disebuah perusahaan tempat bermain anak - anak terbesar dikota ini.

Pekerjaanku sebagai kids guide, sedikit detail dari tempat aku bekerja ini sebuah taman bermain didalam mall.

Hanya beberapa bulan aku bertahan di pekerjaan itu, sesaat sebelum aku bertengkar dengan kakakku yang bernama Pita.

Sudah lelah dengan pekerjaan ditambah lagi dengan kakak yang selalu bawel makanya sempat adu tinju pada malam itu.

Bibir berdarah, muka lebam - lebam dan yang pasti tangan kakakku juga banyak cakarannya.

Di luar ekspetasi jika kami dua saudara hidup dengan aman nyaman dan damai. Bohong !

Aku dan kakakku sering sekali bertengkar hanya gara - gara hal sepele,ditambah lagi permasalahan ekonomi yang pada saat itu menyulitkan kehidupan kami.

Oke kembali lagi ke masa depan.

Saat ini aku sedang proses berhijrah menjadi seorang perempuan yang lebih baik daripada kemarin.

Ku akui saat itu masih berpikir jika jalanku masih panjang, namun lambat laun aku menyadari bahwa kematian sebenarnya sudah menunggu jauh di depan mata kita.

Makanya aku pengen menjadi versi lebih baik, mencoba menentang segala keburukan yang mungkin sudah melekat dalam diriku.

Perlahan - lahan aku ubah cara pandangku, bahwa ada yang aku jaga dari siksa api neraka.

Siapa lagi kalau bukan orang tua ku yang telah meninggal dunia.

Tidak apa jika aku mulai terputus satu persatu dari perasaan bahagia kesana kemari have fun bersama kawan - kawan.

Banyak sekali yang harus aku ubah bergelut dengan pikiran sendiri, saat aku memutuskan untuk memakai hijab dengan baik.

Aku menutup hatiku untuk orang - orang yang telah menyakitiku. Karena aku yakin jodoh yang paling baik telah dipilihkan oleh Allah untukku.

Sebisa mungkin aku menghindari untuk tidak berpacaran, akankah aku sanggup ?

Atau aku harus melanggarnya ?

Hari - hari ku kini banyak ku habiskan menulis novel, menggambar, membaca buku dan scroll sosial media.

Tidak ingin terlalu banyak pusing memikirkan dunia yang fana ini. Tapi lagi - lagi aku mulai terkecoh dengan kehidupan indah yang sering aku lihat di sosial media.

Banyak sekali pernikahan seliweran fyp di instagram, yang membuatku semakin merindukan sosok suamiku kelak nanti seperti apa ?

Mungkin kah dirinya paham dengan agama dan menerimaku apa adanya, si fakir ilmu ini ?

Semoga saja aku mendapatkan banyak kebahagiaan dari dirinya yang selama ini hilang dari bagian hidupku.

"Aku akan terus berjuang mencarimu habibiku."

Terus saja aku berkhayal jika nantinya menemukan sosok laki - laki yang paham agama, dan dirinya mau mengajariku banyak hal tentang agama.

Betapa beruntungnya aku kelak nanti ?

Jika saat ini aku merasakan banyak hal menyedihkan dalam hidupku, aku yakin kelak nanti akan ada kabar menggembirakan datang untukku. Aamiin ♡

Seberapa jauh saat ini aku melangkah ? Jauh sekali dari proses menjadi lebih baik.

Aku yang pernah berhijrah dibimbingnya, lelaki yang pernah singgah dihatiku.

Membantuku mengingat apa saja yang harus aku lakukan sesuai perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Banyak yang ingin aku ingat tentangnya, namun aku tak ingin membuat Allah cemburu.

Aku harus lebih banyak mengingat-Nya, mencintai-Nya dan Baginda Rasulullah.

Saat itu aku banyak menganggapnya manusia baik hingga aku tak menyadari jika dirinya juga berhak bahagia dengan pilihan orang tuanya.

Betul sekali, zaman sekarang masih saja ada perjodohan antar dua keluarga.

Perempuannya tertutup cadar namun terlihat sangat cantik dikala matanya menyipit menandakan senyuman ramah. Suaranya lembut syahdu sampai ke kalbu, seorang perempuan berakhlakul kharimah anak dari keluarga kyai ternama .Siapa yang tak jatuh cinta dengannya ?

Aku saja jika ditakdirkan menjadi laki - laki juga akan jatuh cinta dalam satu kali bertemu.

Apalah dayaku, hanya perempuan yang baru saja berproses namun ditinggalkan oleh pemberi tasbih bening warna biru.

Tanda perpisahan antara aku dan dirinya, sebagai saksi mawar oranye yang telah layu.

Ku titipkan setiap sakit hatiku pada kelopak mawar yang berjatuhan.