Bab. 2 Sepertiga malam

Harusnya aku tetap berpegang teguh fokus beribadah semata - mata mengharapkan kebahagiaan akhirat-Nya yang perlahan mulai goyah karena lebih memilih fokus mengejar cinta makhluk yang diciptakan-Nya.

Semakin ku kejar cintanya semakin jauh pula dirinya berlari menjauhiku, berbeda dengan Allah yang selalu ada dikala susah senangku dan tidak pernah meninggalkanku.

Di sepertiga malam ini air mataku telah terkuras habis memaksa Sang Pencipta memberikan makhluk-Nya atas nama panggilan sayang hanya untukku.

Jika jodohku berikanlah kemudahan untukku bersanding dengannya menjadi pasangan halal.

Jika bukan jodohku mungkin saja ada do'a perempuan sholehah lainnya lebih kuat dan tulus ketimbang aku.

Aku terus saja memeluk mukenaku yang sudah basah air mata.

Rasa rindu orang tua menyeruak masuk dalam kalbu. Engap semakin engap saat aku menyebut namanya berulang - ulang.

"Dia bukan jodohmu Nana. Dia telah menjadi milik perempuan lain."

Sadar diri itu lebih baik ketimbang terus melangitkan nama laki - laki yang telah dimiliki perempuan lain.

Pentingnya menjaga kesehatan mental di malam panjang penuh insecure ini.

Aku mulai menyudahi kegiatan menguras air mata ini, ku lanjutkan dengan membaca ayat - ayat suci nan indah Al -Qur'an.

Aku membaca perlahan QS. Ar-Rum ayat 21 :

"Wa min Aayaatihiii an khalaqa lakum min anfusikum azwaajal litaskunuuu ilaihaa wa ja'ala bainakum mawad datanw wa rahmah; inna fii zaalika la Aayaatil liqawminy yatafakkaruun"

Melihat setiap detail terjemahannya,

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Hatiku bergetar hebat, tak terasa menitikkan air mata. Betapa ingin menyandarkan kepala ini pada bahu yang kokoh tangguh menjaga dan membina rumah tangga.

Tak banyak yang aku mau hanyalah berilmu agama yang baik dan mencintaiku setulus hatinya.

Soal harta benda sandang pangan masih bisa dicari,namun akhlak lah yang paling penting.

Kedepannya harus lebih seleksi memilih pasangan hidup sebab aku ingin menikah cukup satu kali seumur hidupku.

Munafik jika aku tidak iri pada teman - temanku yang sudah menikah dan mempunyai anak - anak yang lucu menggemaskan.

Kehidupan bahagia selalu ada support system, sedang aku ?

Mempunyai kakak saja sudah seperti musuh bebuyutan, andai orang tua masih ada mungkin kami takkan seperti ini.

"Ya Allah berikanlah satu..satu saja laki - laki yang pandai ilmu agamanya dan mencintaiku tulus apa adanya."

Suaraku semakin parau serak, aku menyudahi membaca ayat - ayat suci Al-Qur'an.

Perlahan ku rebahkan diri diatas sajadah abu kerlap kerlip indah ini.

Mencoba memejamkan mata sejenak menunggu adzan subuh.

"Mataku sembab sekali." Meraba permukaan kantung mata.

Ada rasa penyesalan menangis terlalu lama hampir satu jam, dan membuat mataku bengkak sembab.

Sedikit sayu lelah menopang cahaya sekitar, mataku perlahan terpejam sempurna aku tertidur hampir 15 menitan.

Nyenyak sekali jika tak mendengar sayup suara adzan di masjid berbarengan dengan suara adzan pada handphoneku ini.

Mungkin bisa saja aku ketiduran sampai pagi, Alhamdulillah Allah masih mengingatkanku untuk tak terlambat beribadah kepada-Nya.

"Astagfirullah hampir saja aku melewatkan sholat subuh."

Dengan berlari kecil aku masuk ke dalam kamar mandi mencuci muka dan gosok gigi tak lupa untuk mandi bebek pada subuh ini agar lebih menyegarkan, memulai wudhu kembali dengan baik dan benar.

Diriku keluar dari kamar mandi telah siap dengan gamis berwarna woodrose.

Segera mengambil mukena putihku melangsungkan sholat subuh dengan khusyuk.

"Ya Allah berikanlah kekuatan dan keikhlasan disetiap langkahku menjalani hari ini, sungguh hamba percaya akan segala rencana terindahMu." Ucapku pada akhiran do'a subuh ini.

Menata peralatan sholatku memasukkan kembali kedalam lemarin aestetik warna putih.

Melangkah menuju meja rias, aku mulai membersihkan wajahku dengan micellar water merk Wardah menggunakan kapas tipis khusus kecantikan.

Dengan sangat lihai kemampuan bermake up ku menghasilkan dandanan cantik korean look bak seorang selebgram kecantikan.

Melihat kaca dicermin, "Sip udah cantik nih kek artis hehe." Pujiku sendiri menyenangkan hati.

Mulai memilih pashmina warna putih tulang, serasi sekali dengan gamis yang saat ini ku pakai. Berputar bak cinderella sedang berdansa dengan pangeraannya namun aku berdansa dengan angin saja.

Lucu ya, kehidupan seperti ini membuatku semakin bersemangat mencari pangeran tampan entah bersembunyi dimana dia.

Banyak yang keinginan, semoga dia baik, perhatian dan yang pastinya mau menuntunku ke jalan yang benar di ridho'i oleh Allah.

Kalau bisa sih ta'aruf, pengen sekali melepas masa lajang ini secepatnya. Lelah adek bang, tolong dong cepet ketemu dan halalin adek . Hehe

Ku semprotkan 3 kali parfum soft berbau vanila di kedua tengkuk dan juga pergelangan tanganku. Baunya khas namun tidak terlalu mencolok.

Ku jinjing tas selempangku tak lupa memakai jaket dan helm mengendarai sepeda motor matic menuju sebuah tempat dimana kedua orang tuaku berada.

Pagi ini hangat tak begitu cerah disertai tiupan angin yang semilir memecah hiruk pikuk orang – orang menyibukkan diri berangkat kekantor. Bahagia lihat semangat mereka apalagi ini akhir bulan sudah pasti esok akan gajian.

Sedang aku masih kerja serabutan belum menemukan pekerjaan yang cocok untukku yang terlalu malas gerak ini.

Incaranku bekerja di kantoran namun aku hanya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, dan itu pun nilaiku pas – pasan. Sempat malu mengingat teman – temanku banyak yang kuliah.

Huh tapi aku harus banyak bersyukur sebab aku masih diberikan kesehatan dan nafas yang panjang membuatku berkesempatan mengembangkan potensi diri agar lebih maju.

Ingat aku harus optimis buang jauh – jauh pesimis itu, agar aku selalu merasa bersyukur tidak insecure.

Rasanya sudah tak sabar ingin cepat sampai mengadukan keluh kesah ini kepada orang tuaku.

Setelah ku pacukan kuda besiku selama hampir 20 menitan aku telah sampai disebuah gerbang besar terdapat tulisan TAMAN LANGGENG SEI PANAS.

Apa yang kamu pikirkan ? Ya, saat ini aku berada di salah satu Taman Pemakaman di kota ku Batam. Maklum kedua orang tuaku berada disini sejak dahulu, mereka telah meninggal hanya berselang 2 tahun.

Betapa rindunya Ibu berpisah lama dua tahun tanpa sosok suami, ayahku yang senantiasa menemani membuat hari - hari kami ceria.

Ayah sosok tangguh tanpa kenal lelah menghidupi kami dengan segala jerih payah halalnya, bahkan dirinya sering melawak dengan banyolan lucunya membuat kami tertawa terpingkal - pingkal.

Bahkan ada kalimat yang membuatku terus insecure sampai sekarang, "Carilah jodoh yang setara denganmu, jangan jadi cicak makan atap. Mustahil !"

Aku tahu apa maksud ayah, agar aku terhindar dari direndahkan tidak dihargai sebab kami hanya dari golongan masyarakat menengah ke bawah.

Maksud orang tua baik tapi mengapa mereka meninggalkanku, bahkan aku harus berjuang mendewasakan diri tanpa bimbingannya.

Kali ini pun banyak yang dilalui mencari jodoh yang entah dimana, akankah aku menemukannya ? Atau kematian yang kan menemukanku lebih dulu ?

Banyak pasrah ikhlas dam segala hal.