Saat jam istirahat, aku memutuskan untuk pergi ke Universitas Azurium, karena kepala sekolah berkata kepadaku bahwa kepala yayasan Universitas Azurium memintaku untuk datang ke kantornya.
Sudah jelas aku menyetujui hal itu, ini seperti sebuah mimpi, aku selalu bermimpi bahwa aku bisa masuk kedalam nilai informasi paling tinggi di Universitas Azurium.
Kini mimpi itu bisa jadi kenyataan, aku hanya perlu mewujudkannya dengan diriku sendiri. Sekarang aku sedang duduk di kursi penumpang di sebuah mobil taksi.
[Universitas Azurium — Jam 10.32 1978 SY]
Dengan semua hal yang ku coba raih, dengan sangat susah payah aku terus belajar dan mencoba mendapatkan nilai informasi paling tinggi di akademi.
Aku bisa berada di depan gedung Universitas Azurium saja sudah membuatku merasa bahwa aku sudah mencapai hal yang kuinginkan.
Aku melangkahkan kakiku untuk berjalan menuju ke sebuah ruangan yang diminta oleh kepala yayasan Universitas Azurium, katanya ia ingin membicarakan tentang diriku yang ingin masuk kedalam universitas ini.
Namun ada hal yang mengejutkanku, seseorang yang kukenali berdiri di depan jalanku.
“Kau sudah datang ya, Kiana.”
Seorang laki-laki yang nampak memiliki umur sekitar 20 tahun-an, berambut hitam, bermata coklat, berkemeja hitam dengan dasi biru muda beserta dengan celana hitam.
Ia adalah kenalanku, Rezon Tsurugi, dia adalah kenalan dari kepala yayasan Universitas Azurium. Mungkin ia juga yang memanggilku kemari.
“Pak Rezon. Kau yang memanggilku kemari?”
“Secara teknis iya, namun aku hanya perantara disini. Aku hanya yang menjadi penghubung antar dirimu dengan kepala yayasan universitas ini.”
Tanpa terduga, Aku tersenyum tipis mendengar itu. Aku merasakan adanya sebuah harapan yang dibagikan oleh pak Rezon kepadaku, dikarenakan ia adalah kenalan kepala yayasan universitas ini, itu adalah kesempatan emas bagiku.
Tenang saja, aku akan menggunakannya sebaik mungkin. Agar tidak terjadi hal yang tidak kuinginkan nantinya. Lalu, pak Rezon memintaku untuk mengikutinya ke ruangan kantor kepala yayasan.
“Baiklah, kalau begitu ikuti aku. Aku akan membawamu ke kantor kepala yayasan ini.”
“B-baik.”
Pak Rezon mulai berjalan masuk kedalam universitas, diikuti oleh aku. Kemudian, setelah berjalan beberapa lama, kami sampai di depan pintu masuk kantor kepala yayasan.
[Kantor]
Pak Rezon mengetuk pintu itu dua kali, kemudian, setelah dua kali ketukan itu, suara kepala yayasan Universitas Azurium menyuruh untuk masuk.
“Masuk.”
“Masuklah, Kiana.” ucap pak Rezon padaku.
Aku menganggukkan kepalaku, dengan serius, aku menghela nafasku. Kemudian, membuka pintu kantor di depanku, lalu berjalan masuk secara perlahan-lahan.
Sambil mengucapkan salam sebagai pengawal agar terlihat sopan.
“Permisi.”
Setelah masuk beberapa langkah, aku melihat wanita yang cantik duduk di kursi sambil melihat kearah ku dengan sebuah senyuman manis.
Seorang wanita yang mungkin berumur 20 tahun-an keatas, memiliki rambut merah yang cukup pekat, dengan mata berwarna biru muda. Mengenakkan setelan kemeja putih, dengan jas putih cukup panjang layaknya seorang ilmuwan.
Ia duduk sambil tangannya berada dimeja, dengan menopang wajah dengan tangan kanannya yang mengepal.
“Aku sudah menunggumu.”
Setelah susah payah, aku duduk di hadapannya, layaknya seperti di interview kerja. Tapi tujuanku sekarang adalah untuk daftar masuk ke dalam universitas ini.
“Kamu adalah perempuan yang sangat cantik, kau pasti primadona di sekolahmu kan?”
“Ah tidak. Aku hanya siswi biasa.”
“Ohhh. Sepertinya kau tidak yakin dengan wajahmu sendiri.”
Kemudian, wanita itu berdiri dari kursinya. Mendekat ke arahku, itu membuatku merasa bingung. Apa yang akan ia lakukan padaku? Aku seharusnya tidak berpikir yang aneh-aneh.
“Eh?” gumamku.
Ia memegang daguku, mengangkat daguku hingga aku menoleh keatas. Saat setelah itu, ia mendekatkan wajahnya pada wajahnya, dengan hanya jarak tiga sentimeter dari wajahku.
“Eh?!”
Sontak membuatku menjadi lebih terkejut lagi dari sebelumnya, aku masuk kedalam sebuah kantor kepala yayasan universitas yang aku ingin masuki. Terkejut bahwa kepala yayasannya adalah seorang wanita cantik, dan sekarang ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku.
Apa yang sebenarnya ingin ia lakukan?
“Wajah secantik ini, kau seharusnya menjadi primadona di sekolahmu. Menjadi perempuan yang disukai banyak laki-laki di kelas, bahkan perempuan-perempuan lain bisa saja iri denganmu.” ucapnya.
“Iya?”
“Seperti yang ku katakan barusan, Kau hanya tidak percaya diri dengan wajahmu.”
Aku ingin mengakhiri pembicaraan yang menurutku itu tidak penting ini, maksudku, apakah daftar universitas harus dibeginikan terlebih dahulu?
Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.
“T-tunggu, apakah ini bagian dari pendaftarannya?”
Tunggu, kenapa aku bertanya seperti itu? Semua orang saja tahu bahwa hal seperti ini bukanlah hal yang dilakukan oleh orang-orang jika ingin daftar.
Apa reaksinya?
Ia hanya tertawa kecil, dan akhirnya melepaskan daguku. Lalu menjauh kembali dari wajahku.
“Hm. Maaf ya, aku jadi terbawa suasana. Habisnya, kamu memang sangat cantik sih. Aku jadi terpikat dengan kecantikanmu.”
“B-baik. Mungkin?”
“Baiklah, mari kita bahas topiknya. Kamu sudah tahu bahwa aku memanggilmu kan? Kiana Engage. Umur 18 tahun, bersekolah di Akademi Timeline. Aku mengetahui dari pamanmu, Rezon. Ia sering menceritakan tentang dirimu padaku.”
Sepertinya kita kembali ke topik awal, ini daritadi aku tunggu. Walaupun harus ada sebuah sesuatu sampingan yang dilakukan tadi.
“Kalau begitu, perkenalkan namaku adalah Ayra Noise. Kepala dari Universitas Azurium. Kamu bilang ingin masuk ke sini? Apakah itu benar?”
“Ya.”
“Dari yang saya lihat, kamu memiliki nilai mata pelajaran yang sangat baik ya. Terutama kelas fisika dan sejarah, rata-rata nilaimu adalah sempurna. Kamu memiliki ketertarikan dengan fisika dan sejarah?”
“Ya. Saya memiliki ketertarikan dengan fisika sejak masuk akademi.”
Dari awal masuk akademi, aku memiliki ketertarikan dengan mata pelajaran fisika dan sejarah. Aku hanya ingin mengetahui aspek-aspek fisika dan sejarah dari dunia iri seperti apa.
Kemudian, Ayra-san meneruskan perkataannya. Dengan nada santai sembari memujiku.
“Oh begitu ya, nampaknya kau memang pintar dalam memilih universitas ya. Baiklah kalau begitu, hanya ada satu syarat jika kau ingin masuk kedalam universitas ini.”
“Satu... Syarat?”
“Ya. Ketahuilah semua sejarah yang ada di eos.”
“A—Apa?”
Ketahui semua sejarah di Eos? Apa maksudnya? Apakah aku harus mengetahui semua sejarah yang pernah ada di Eos?
Aku tidak sepandai itu untuk mengetahui semua sejarahnya, karena aku bukanlah orang suci ataupun pintar yang dapat mengetahui semua sejarah sekaligus.
“...?”
“Kumpulkan Chrono Shard dari tiap sejarah yang ada di Eos, dan tuliskan di Board History.”
“Itu akan sulit. Tidak semua buku sejarah menceritakan semua kejadian yang ada didunia nyata.”
“Karena itulah, cobalah untuk memikirkan cara yang terbaik untuk menemukan semua sejarah yang pernah ditemukan dan tidak ditemukan.”
“...?”
“Setiap mahasiswa yang mendaftar ke universitas ini selalu mengeluh akan syarat dari daftar, itulah yang membuat mereka tidak memenuhi syarat yang ada. Syarat ini adalah syarat yang sudah menjadi turun temurun dari generasi ke generasi universitas ini, banyak sekali yang gagal dan tidak memenuhi syarat daftar ini, namun ada juga yang berhasil meski mengalami hambatan. Seperti beliau, bapak Joe Fanselthon, yang membangun sekolahmu, Akademi Timeline. Jadi bagaimana? Apakah kau masih ingin mencoba untuk masuk kesini?”
Syarat ini adalah syarat yang tiba-tiba muncul di hadapanku, aku tidak mengetahui bahwa setiap orang yang gagal adalah karena syarat ini.
Apa yang harus kulakukan?
Ini adalah syarat yang sangat berat, mengetahui semua sejarah yang pernah dituliskan dalam buku dan yang berkumpul pernah dituliskan dalam buku.
Mendengar kalimat itu saja sudah membuatku merasa putus harapan, pak Rezon memberi harapan kepadaku, sebagai perantara penghubung antara aku dan universitas. Namun tidak selancar apa yang aku pikirkan.
Layaknya mahasiswa yang mendaftar kemari, diberikan sebuah cobaan yang sangat berat untuk dilakukan.
Namun... Aku tidak bisa menyerah begitu, hanya karena satu syarat, aku harus menyerah begitu? Banyak hal yang sudah ku lewati selama tiga tahun ini untuk mencapai kemari, ini adalah saatnya pembuktian.
Kemudian, aku menjawab dengan serius.
“Ya. Aku akan mencoba untuk mencari sejarah itu, ini mengenai 'Apa yang ada di masa lalu Eos?" Kan? Aku akan mencobanya.” ucapku, dengan senyuman tipis, dan percaya diri.
“Sepertinya senyuman canggung itu menjadi senyuman percaya diri ya. Oke, aku menyukaimu.”
“Eh?”
”Baiklah, Kiana. Cobalah untuk memikirkan cara untuk menyelesaikan syarat ini.”
Kemudian, pintu dibelakangku seperti terbuka secara tiba-tiba, aku menoleh kebelakang. Pak Rezon masuk kedalam, dan mungkin tanpa izin.
“Maaf mengganggu waktu kalian, tapi...”
“Ya?”
“Apakah aku boleh membantu kiana?”
“Apa?”
Itu membuatku terkejut dengan apa yang terjadi sekarang, pak Rezon hanyalah perantara dan cahaya harapan bagiku untuk sekarang, namun ia ingin membantuku dengan perantara itu dan cahaya harapan yang ia punya?
“Eh? Pak Rezon?”
Aku melihat Pak Rezon sepertinya serius akan hal itu, ia berbicara kembali dengan tegas. Ia menatap kearah Ibu Ayra, seakan mencoba memainkannya untuk percaya padanya.
“Apakah itu boleh, Ayra?”
Momen saat hening. Tidak ada yang bersuara sama sekali, terkecuali angin kencang di luar. Ini sedikit membuatku merasa canggung dibanding sebelumnya.
Aku tidak menyangka bahwa pak Rezon akan tiba-tiba masuk dan mengatakan hal yang membuat semua orang terdiam sejenak, apa yang ia rencanakan?
Setelah keheningan itu, Bu Ayra menjawab dengan santai.
“Didalam syarat tidak mengatakan bahwa wali dari mahasiswa tersebut tidak boleh dibantu, namun dikatakan harus meminta izin terlebih dahulu kepada kepala universitas.”
Ia menghela nafasnya.
“Sepertinya kau memang pintar dalam memanfaatkan suasana dan sistem ya, Rezon. Baiklah, aku izinkan.”
Aku tersenyum santai lega dengan hal itu, aku juga melihat pak Rezon yang seperti senang akan hal ini. Namun, aku masih belum mengetahui mengenai tindakan yang pak Rezon lakukan.
“Kalau begitu, selamat berusaha dalam mencari sejarah. Tenang saja, tidak ada batasan waktu untuk mengumpulkan board history. Tapi aku tidak bisa menunggu kalian sampai tua loh hahahaha..”
Bu Ayra tertawa. Aku pun kemudian menjawab dengan tenang namun serius.
“Ya!”
“Ayo kita pergi, Kiana.”
“Baik. Permisi.”
Yah salam setelah pembicaraan itu bagus bukan? Hehe.
“Ya, dadah~” ucapnya sambil melambaikan tangan.
Aku dan pak Rezon keluar dari kantor, kami seperti kembali ke posisi awal, lalu pak Rezon menutup kembali pintunya.
[Kantor]
“Hei, pak Rezon.”
“Hm?”
“Apakah... Kau serius ingin membantuku?”
“Sebenarnya, aku tidak hanya ingin membantumu. Aku ingin melihat dan mencoba memahami kembali sejarah yang pernah kualami sebelumnya, beserta sejarah yang belum pernah kulihat sebelumnya.”
“Mencoba memahami kembali?”
Aku dan pak Rezon berjalan.
“Ya. Kau pasti tahu kan? Aku adalah seorang Makhluk Abadi Yang Lebih Tinggi dari manusia biasa. Aku sudah melihat semua sejarah yang pernah ada di Eos, jadi aku ingin memahaminya kembali dan mencoba menelaah berbagai informasi dari sejarah tersebut.”
“Begitu ya.”
Higher Immortal Being adalah julukan bagi pak Rezon. Sebenarnya, ia adalah seseorang dari dunia lain yang datang ke Eos tanpa tujuan sama sekali, menjadikannya tidak terikat dengan hukum waktu yang ada di Eos.
Membuat ia menjadi seorang abadi dengan eksistensi yang lebih tinggi dari manusia biasa, manusia hanya terdiri dari tiga dimensi saja bukan.
Berbeda dengan kondisi dari pak Rezon, ia tidak hanya mencakup satu atau tiga dimensi saja, melainkan berada di atas tiga dimensi itu sendiri. Sebut saja empat dimensi atau bahkan lebih tinggi.
Yang membuat bisa untuk abadi dan mengetahui segala macam yang terjadi seiring waktu berjalan, walau waktu berjalan dengan sepenuhnya, pak Rezon tidak akan berikan dengan hukum waktu di Eos, yang membuatnya tidak akan mengalami penuaan sama sekali.
Umurnya sekarang sekitar 1500 lebih, ia pertama kali berada di bumi, katanya sih pada tahun 463 SY. Dan menjadi sahabat dari seorang laki-laki bernama Isurugi Nathankato yang kala itu masih berumur 7 tahun.
Kemudian, saat berada di lorong, kami berpapasan dengan seorang perempuan lain, berambut pirang yang sangat anggun, twin tail yang indah beserta dengan pita berwarna biru yang mengikat twin tailnya, memiliki mata berwarna biru sebiru lautan, mengenakkan sebuah seragam dari... Sekolahku? Akademi Timeline.
Tunggu, apakah ia juga ingin masuk kedalam universitas ini? Aku tidak tahu pasti, tapi dugaanku sepertinya iya.
Ia ditemani oleh seorang laki-laki dibelakangnya yang berpakaian seperti seorang pelayan yang rapi dan elegan.
Kami berpapasan dilorong, aku sempat melihat kearah matanya, dan sepertinya ia juga melihat kearah mataku. Kami saling bertatapan selagi berjalan dan di waktu yang bersamaan.
Aku melihatnya seperti cukup heran denganku, layaknya aku yang heran padanya. Dan kami berhenti bertatapan setelah melewati satu sama lain.
Aku menghentikan langkahku untuk melihat kebelakang dan menatapnya dengan heran.
“Siapa dia? Apakah ia juga ingin masuk kedalam universitas Azurium?”
“Sepertinya begitu, nampaknya kita memiliki teman dalam mencari sejarah ya.” ucap pak Rezon.
Yah sepertinya begitu.