Pada saat itu Malisa sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, melipat tangannya di atas meja dengan postur yang profesional dan berkata, "Baiklah, mari langsung ke intinya." Dia berpaling dan memberi isyarat ke arah Cora, siap untuk memperkenalkannya dengan benar. "Temanku ini, Cora, dia adalah—"
Tapi sebelum Malisa bisa menyelesaikan kalimatnya, Cora mengangkat satu tangan, telapak tangannya menghadap ke atas dalam gerakan yang anggun namun tegas.
"Biar aku yang bicara," katanya dengan tegas.
Malisa bersandar kembali tanpa bantahan, bibirnya terkatup rapat dalam garis tipis yang penuh hormat. Dia mengenal nada itu—Cora tidak hanya siap berbicara, dia siap membuat pernyataan.
Cora mengalihkan perhatiannya kepada Lovi. Matanya—tenang namun tajam—terkunci pada mata Lovi saat dia berbicara, suaranya dingin, tepat, dan berlapis dengan peringatan.