Keesokan paginya, Kaito berjalan ke sekolah dengan wajah kusut. Sisa luka dari malam sebelumnya masih terasa berat di dadanya.Kaito (dalam hati): Dasar hati lemah... cuma kehilangan dua orang sudah sesakit ini. Padahal kehilangan ribuan waifu nggak pernah sesakit ini...
Begitu masuk ke kelas 11-3, suasana terasa berbeda. Murid-murid berbisik-bisik, beberapa melirik ke arah pintu.Saki: “Eh, kalian udah dengar belum? Katanya ada murid baru masuk ke kelas kita.”Temannya Saki: “Serius? Dari mana? Katanya cantik banget, lho.”Kaito: “Murid baru? Hah... siapa juga yang peduli…”
Bel masuk berbunyi, dan guru datang membawa seorang gadis berambut abu-abu yang cantik dengan mata yang berkilau lembut.Guru: “Kenalkan, ini Mitsuki. Dia akan belajar bersama kita mulai hari ini.”Mitsuki: “Salam kenal semuanya! Namaku Mitsuki, umurku 17 tahun. Senang bisa mengenal kalian semua.”Guru: “Mitsuki, silakan duduk di bangku kosong di belakang sana.”
Mitsuki berjalan anggun ke arah kursi di sebelah Kaito. Begitu melihatnya, ia tersenyum cerah dan melambaikan tangan.Mitsuki: “Eh? Kaito? Hai, Kaito!”Saki: “Kaito, kamu kenal dia?”Kaito: “Hah? Aku... nggak ingat dia siapa.”Mitsuki: “Kita ngobrol nanti ya, Kaito.”Kaito: “...Ya.”
Istirahat Siang
Kaito berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Namun langkahnya dihentikan oleh seseorang yang menarik ujung seragamnya.Mitsuki: “Hei, aku kan sudah bilang mau bicara tadi.”Kaito: “Kita... saling kenal ya? Aku bahkan nggak ingat siapa kamu.”Mitsuki: “Masa lupa? Ini aku, Mitsuki. Ingat nggak waktu kita mancing di sungai? Kamu lompat gara-gara ada kodok yang loncat ke arahmu!”
Kaito terdiam, memutar ingatan lamanya.Kaito: “Nggak... nggak mungkin... Mitsuki yang itu kan pindah ke kota ikut orang tuanya...”Mitsuki: “Iya, itu aku.”Kaito: “Tapi... Mitsuki dulu itu cowok!”
Mitsuki menoleh kanan-kiri, lalu mendekat dengan wajah menggoda.Mitsuki (berbisik): “Iya, aku Mitsuki... aku begini biar kita bisa bersama selamanya.”Kaito (memerah): “Apa-apaan kamu?! Kamu masih cowok, kan?!”Mitsuki: “Hahaha, kamu masih sama aja, Kaito. Gampang banget dikerjain.”
Mitsuki menyandarkan kepalanya ke bahu Kaito, seakan ingin memastikan seluruh kelas melihat. Dan memang, beberapa murid langsung menatap mereka dengan kaget.Siswa 1 (berbisik): “Eh, lihat nggak? Mitsuki deket banget sama Kaito.”Siswa 2: “Iya, iya... apa mereka pacaran?”Siswa 3: “Cepet banget dapet pasangan baru, Mitsuki...”
Rumor itu menyebar dengan cepat.
Kesalahpahaman Saki
Saki, yang duduk tidak jauh, menatap mereka dengan mata membesar. Jantungnya berdetak lebih cepat entah kenapa. Ia segera menghampiri Kaito saat Mitsuki melepaskan pelukannya.Saki: “Kaito... tadi itu apa?”Kaito: “Ah? Nggak, nggak! Itu cuma salah paham, Saki! Aku kira dia... dia itu—”Kaito terdiam, tak sanggup mengatakan bahwa ia masih mengira Mitsuki adalah cowok.Saki: “Salah paham? Dari cara dia dekat sama kamu, nggak kelihatan begitu.”Kaito: “Beneran, aku nggak bohong! Mitsuki itu—”
Namun sebelum Kaito menyelesaikan kalimatnya, Mitsuki muncul dari belakang dengan senyum ceria.Mitsuki: “Kaito~ ayo makan bareng! Aku udah pesen dua porsi, lho.”Mitsuki menggandeng lengan Kaito tanpa ragu.
Saki terpaku. Hatinya terasa aneh, sesak, seperti ada yang menghimpit dadanya.Saki (dalam hati): Kenapa aku... nggak suka melihat mereka berdua seperti itu?
Pertemuan di Gerbang Sekolah
Sore itu, langit mulai memerah. Kaito berjalan sendirian menuju gerbang sekolah, mencoba melupakan semua kejadian hari ini. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat dua sosok yang membuat dadanya terasa sesak: Rina dan Miyuki berjalan berdampingan, tampak akrab dan... bahagia.Rina sempat melirik Kaito sekilas, lalu segera memalingkan wajah. Miyuki hanya tersenyum kecil seolah tidak terjadi apa-apa.
Kaito (dalam hati): Kenapa harus mereka yang kutemui sekarang...Ia menundukkan kepala, menggenggam erat tali tasnya, berusaha mengabaikan rasa sakit itu.
Tiba-tiba terdengar suara ceria.Mitsuki: “Kaito! Aku nungguin kamu dari tadi!”Kaito mendongak kaget. Mitsuki berdiri di pinggir gerbang dengan senyum cerah, seakan tak menyadari ketegangan di antara mereka.Kaito: “Mitsuki? Kamu ngapain di sini?”Mitsuki: “Kan aku bilang kita pulang bareng, ingat? Ayo jalan!”
Tanpa menunggu jawaban, Mitsuki menggandeng lengan Kaito dan menariknya menjauh dari Rina dan Miyuki yang masih berdiri di dekat gerbang.
Tatapan dari Atas
Di lantai dua gedung sekolah, Saki berdiri di balik jendela kelas yang sudah sepi. Matanya mengikuti langkah Kaito dan Mitsuki yang berjalan berdampingan keluar gerbang.Angin sore menerpa wajahnya, membawa perasaan yang membingungkan.Saki (dalam hati): Kenapa rasanya sesak melihat mereka seperti itu?Jari-jarinya menggenggam ujung seragamnya sendiri dengan erat. Sebuah kesadaran mulai muncul pelan-pelan di dalam dirinya—perasaan yang selama ini tak pernah ia sadari.