Ini adalah sebuah kisah, kisah tentang betapa kejam dan dinginnya dunia ini sebenarnya. Tidak pandang bulu kepada siapapun. Orang tua, anak-anak, semuanya jika ditakdirkan maka itu akan menjadi penderitaannya selama hidupnya.
Di dalam semua penderitaannya itu ada seorang anak kecil yang sudah putus asa, dia adalah seorang anak laki-laki yang saking putus asanya dirinya dia mencoba menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam kematian tetapi...dunia ini masih tidak mengizinkannya untuk pergi.
Di dalam harapannya akan kematian itu dia melihat dua sosok siluet gadis di matanya, dua gadis yang entah kenapa sekarang berada di depannya.
"Hey kamu...sadarlah!"
Dua sosok wanita itu berusaha membangunkan anak kecil yang putus asa mengharapkan kematian akan menjemputnya itu.
Dengan raut wajah yang nampak sedih mereka terus berusaha membangunkannya sampai-sampai anak kecil itu mulai membuka matanya.
"Maafkan aku ya?"
Edward pun segera tersadar dari tidurnya, dia pun sadar kalau dirinya sekarang sedang tertidur di pangkuan Luxia yang sekarang sedang mengelus-elus rambut putih Edward dengan raut muka yang sedikit menampakkan kesedihannya.
"Ah kamu akhirnya sadar."
"Eh? Apa yang kamu lakukan?"
"Tentu saja menjadikan pahaku sebagai bantalmu."
"Kenapa?"
"Itu wajar kan? Apalagi melihatmu yang tertidur di tempat sembarangan seperti itu."
"Begitu ya...? aku tertidur..."
Edward pun segera mau bangkit dari pangkuan Luxia tetapi Luxia menahannya agar tidak bangkit.
"Kamu masih lelah kan? Tidak apa-apa jangan sungkan, kamu bisa lebih lama tiduran di pangkuanku."
"Sayang sekali aku harus segera ke suatu tempat."
Edward berusaha bangkit lagi tetapi memang setelah menggunakan teleportasi itu dia merasa sangat kelelahan sehingga meskipun dia ingin, dia tidak bisa bangkit.
Melihat sifat keras kepala Edward itu Luxia tersenyum manis kepadanya dan menyentil dahinya.
"Kamu ini benar-benar keras kepala ya?"
"Aw..."
"Kalau sentilan kecil kaya begitu bisa membuatmu merasa sakit, itu artinya tubuhmu benar-benar sudah hampir diambang batas."
Edward hanya terdiam tidak membalas perkataan Luxia karena apa yang dia katakan itu memang benar.
Dalam kesunyian itu Luxia pun mulai mengajak Edward bicara.
"Oh ya ngomong-ngomong kenapa kamu bisa sampai kemari?"
"Sampai? Sejujurnya aku juga gak tahu. Memang saat aku menggunakan kemampuan teleportasi ini dia selalu membawaku ke tempat yang acak."
"He~h jadi kamu benar-benar menggunakan teleportasi ya? Pantas saja kamu bisa kemari."
"Hmmm...? apa maksudmu?"
Luxia kembali mengelus rambut Edward dengan lembut dan tersenyum manis kepadanya.
"Karena kalau kamu tidak bisa mengendalikannya, kekuatan teleportasi itu akan membawamu ke apapun yang berhubungan denganmu secara acak."
"Berhubungan?"
Edward berpikir sejenak berusaha mencerna kata-kata dari Luxia.
"Kekuatan cahaya adalah kekuatan yang sangat sulit untuk dikendalikan, kekuatan itu bahkan sangat sulit untuk dipahami oleh pemiliknya sekalipun."
Edward sangat tahu itu, dia tahu seberapa sulitnya untuk mengendalikan kekuatannya itu.
"Ya itu benar, memang selama ini aku merasa sangat kesulitan."
"Benar kan? Kalau kamu mau aku bisa mengajarkanmu cara untuk mengontrol kekuatan cahayamu itu lebih baik."
"Tunggu dulu, mengontrol? Apa kau pernah mempunyai pengalaman sebelumnya?"
Luxia pun tertawa kecil menunjukkan wajahnya yang layaknya seorang bidadari.
"(Chuckle)...itu sudah sangat lama sekali, mungkin saat kamu yang sekarang dan kamu yang di masa lalu belum ada."
"Belum ada? Tunggu dulu...sebenarnya siapa kau ini?"
"Suatu saat kamu juga akan tahu siapa aku sebenarnya, tetapi...ya! Bisa dibilang aku adalah orang yang sangat dekat denganmu tetapi juga jauh. Aku adalah dirimu tetapi juga bukan. Seperti itulah aku."
Mendengar itu Edward menjadi semakin penasaran dengan identitas Luxia yang sebenarnya. Memang benar dia terlihat seperti Myth yang mempunyai rambut putih, mata biru dan juga kulit yang sedikit kemerahan tetapi firasatnya merasakan kalau dia lebih dari itu.
"Diriku tetapi bukan diriku..."
"Tidak perlu dipikirkan sekeras itu kok, toh suatu saat kamu akan tahu dengan sendirinya. Jadi kita kembali ke pembahasan awal, kenapa kamu bisa sampai menggunakan kekuatan teleportasi itu? apa kamu dalam bahaya?"
"Bahaya..ya? itu bukan bahaya sih untuk orang biasa, malahan itu adalah sesuatu yang menjadi idam-idaman mereka mungkin, tetapi..."
Edward melihat ke arah Luxia dengan tatapan penuh kecurigaan tetapi Luxia memaklumi itu karena bagaimanapun mereka baru saja bertemu.
"Kamu masih mencurigaiku ya? Padahal kamu sudah melihat seluruh tubuhku dan membuatku tidak bisa menikah lagi."
"Jangan berkata seperti itu, kau pasti masih laris kok, lihat saja wajahmu di cermin."
Mendengar itu Luxia kembali mengeluarkan senyumannya.
"Apa aku cantik?"
"Ya..."
[Mungkin]
Setelah mendengar itu Luxia menatap mata Edward dan semakin mendekatkan wajahnya.
Biasanya kebanyakan pria akan tersipu ketika melihat seorang yang kecantikannya menyerupai bidadari itu mendekatkan wajahnya tetapi tidak bagi Edward yang sama sekali tidak terlihat kalau dia sedang tersipu atau apapun.
"He~ walaupun kamu mengatakan hal itu tetapi kamu sama sekali tidak tersipu saat aku mendekatimu."
"Sebaliknya kenapa aku harus tersipu?"
Pada saat itu Luxia pun mengetahui sesuatu, sesuatu yang teramat penting yang selama ini Edward sembunyikan dari Chamuel dan yang lainnya.
"Jadi begitu...kamu sudah menukarkannya ya...?"
"Hmmm...?"
"Tidak apa-apa, jadi bisakah kamu menceritakan kenapa kamu bisa memakai kemampuan teleportasimu itu?"
"(sigh) baiklah aku akan menceritakannya, sebenarnya ini semua berawal dari masalah yang muncul setelah kami berhasil menemukan sesuatu yang kami cari."
Itu tepatnya beberapa hari lalu di saat Edward sudah mengetahui siapa itu apel emas yang sebenarnya.
Seperti yang sudah dia duga Chamuel dan yang lainnya kecuali Kon dan Lorelei sama sekali tidak kaget dengan ini seolah-olah mereka memang sudah tahu sebelumnya.
Lorelei terkejut bukan main mendengar itu, begitupun dengan Kon yang sama sekali tidak terbesit di kepalanya bahwa Lorelei itu adalah apel emas.
Dengan ekspresi terkejutnya itu Kon menunjuk ke arah Lorelei.
"Eh...dia..dia...apel emas?!"
Sama dengan Kon, Lorelei juga menunjuk ke dirinya sendiri.
"E~h a-aku?!"
"Ya. Apa kau tidak sadar kalau nyanyianmu itu bisa menyebabkan keajaiban."
Edward mendekati Lorelei dan menyentuh pundaknya.
"Jadi Lorelei, bisakah kau mengembalikan ingatan Kon dengan nyanyianmu? Ini adalah satu-satunya cara agar perang bisa dicegah."
"Me-meskipun kamu bilang begitu, tetapi aku tidak tahu harus bagaimana."
Pada saat itu Chamuel mendekati mereka berdua tetapi kali ini bukan dengan ekspresi ceria seperti biasanya melainkan ekspresi wajah serius yang sangat jarang dia keluarkan.
"Ngomong-ngomong Lorelei-chan, di mana saudarimu?"
Lorelei terlihat tidak tahu dengan apa yang Chamuel katakan, dia sendiri juga adalah anak tunggal yang tidak mempunyai saudari.
"Apa maksudmu?"
"Kamu punya kan saudari? Saudari perempuan?"
"Tidak, aku adalah anak tunggal. Sebenarnya apa yang kamu maksud dengan itu?"
Chamuel pun menghela napasnya melihat Lorelei yang seperti itu.
"Kelihatannya akan masih butuhin waktu."
"Tunggu Chamuel, apa maksudmu Lorelei punya saudari?"
"Seharusnya Lorelei-chan punya, tidak Lorelei-chan pasti punya! Ed-chan tahu kan lambang Pisces yang mempunyai dua ikan?"
"Apakah tidak ada kemungkinan dia sama denganmu dan Sharon? Kalian juga kembar kan tetapi dilahirkan di ras yang berbeda."
"Tidak, nona Lorelei tidak sama dengan nona Chamuel. Jika memang itu terjadi maka seharusnya dia sudah ketemu dan bersama dengan tuanku selama ini seperti nona Sharon karena pada dasarnya kita semua terikat dengan Tuanku Edward jadi secara tidak sadar tidak peduli dengan ras apapun pasti akan bertemu dengan anda."
Mendengar penjelasan White itu, Chamuel pun ikut melanjutkan untuk menjelaskannya kepada Edward dan yang lain.
"Ed-chan masih ingat kan dengan Mii-chan yang selama ini jadi anggota Leon padahal dia Archangel? Tetapi kita semua sama sekali gak lihat kembaran Lorelei-chan terutama dengan bangkitnya Yulia-chan sekarang yang menandakan kita semua para anak-anak Zodiak sudah ketemu semua."
"Yulia? Siapa?"
"Nona Yulia, dia adalah adik dari nona Lily dan juga orang yang tepat berada di ranking 2 di bawah nona Lily."
"Ya~ Yulia! Adik kecil Lily tercinta!"
Entah kenapa Edward merasakan kalau pembicaraan ini menjadi semakin rumit, sejujurnya semua ini sama sekali di luar dari apa yang dia prediksi akan terjadi tetapi meskipun seperti itu menghentikan perang adalah prioritas utamanya sekarang.
"Ehm! Aku tidak tahu apa masalah kalian tetapi bisakah kita kembali ke masalah utama yaitu mengembalikan ingatan Kon?"
"Tidak, Lorelei-chan mungkin sekarang punya kekuatan nyanyian, tetapi dia tidak bisa melakukan itu dengan benar selama saudarinya belum ketemu yang artinya...Lorelei-chan, apa Lorelei-chan punya rahasia yang kamu sembunyikan dari kami semua?"
"Rahasia? Tidak aku tidak punya semacam itu! aku bahkan sama sekali tidak tahu apa yang kalian semua katakan! Aku adalah anak tunggal dari ibuku yang sudah meninggal dulu jadi-"
Edward memang tidak tahu apa-apa tetapi setelah dipikir-pikir ini juga agak aneh mengingat ingatan Lorelei tentang apel emas.
Tentu jika Lorelei berbohong tentang itu maka Edward akan menyadarinya tetapi dia dari tingkah maupun ekspresi wajahnya sama sekali tidak mencerminkan orang yang sedang berbohong, bahkan sekarang pun juga sama.
"Ehm! Baiklah kalau begitu. Lorelei, apa kau ingat seperti apa rupa dari ibumu?"
"Tentu saja! Mana mungkin aku melupakan rupa dari ibuku sendiri!"
"Kalau begitu coba deskripsikan seperti apa ibumu, sifatnya, rupanya, dan apapun yang ada di ingatanmu."
"Ibuku, dia adalah wanita cantik dan baik sekali! Dia mempunyai wajah..."
Pada saat itu Lorelei terdiam membisu.
"Di-dia mempunyai mata..."
Pada saat itu lah Edward tahu kalau apa yang dia pikirkan benar.
"Jadi begitu ya? Sayang sekali."
"E-Eh? a-aku...
Kepala Lorelei pun mulai merasakan kesakitan karena dia berusaha dengan keras untuk mengingat seperti apa wujud dari ibunya.
Dia pun mulai berteriak kesakitan akibat sakit yang luar biasa di kepalanya itu. pada saat itu dia meliat dua sosok wanita di bayangan otaknya, tetapi entah kenapa dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah dua wanita itu, hanya bayangan siluet saja yang bisa dia lihat di dalam pikirannya itu.
Tanpa basa basi lagi melihat Lorelei yang kesakitan itu Edward pun langsung mengelus kepalanya dan seketika itu sakit di kepalanya langsung menghilang.
"Sudah-sudah, sudah cukup Lorelei. Jangan paksakan dirimu lagi."
Setelah itu Lorelei pun menjadi tenang dan Edward menyuruh White untuk mengantarkannya untuk istirahat dan sekarang Edward dan yang lainnya pun melanjutkan untuk berdiskusi membahas ini.
"Ed-chan, sebenarnya apa yang Ed-chan tahu sekarang?"
"Hmmm...aku tahu kalau setidaknya Lorelei mempunyai masalah dengan ingatannya."
Arashel yang tengah duduk dan meman-mainkan rambutnya dari tadi itu pun mulai membuka mulutnya.
"Lorelei, pantas saja aku sama sekali tidak merasakan kebohongannya. Kupikir saat dia bicara tentang apel emas itu dia sedang ngeTroll."
Arashel pun menatap Lily.
"Jadi nona Lily, apa Anda tahu sesuatu?"
Lily menggeleng-gelengkan kepalanya.
"(sigh) Begitu ya?"
Edward pun berdiri dari tempatnya duduk.
"Apapun itu, setidaknya sekarang kita sudah tahu kalau Lorelei itu ingatannya ada yang salah jadi dengan ini bisa mempermudah kita untuk mencari petunjuk."
"Apa Ed-chan sudah tahu di mana cari petunjuknya?"
"Setidaknya sekarang aku tahu satu tempat, tetapi di sini kita berpencar saja untuk mencarinya agar lebih efisien."
Chamuel dan yang lainnya terlihat keberatan dengan usulan Edward.
"Ci~h padahal Chamuel kan ingin berduaan dengan Ed-chan!"
"Jangan mengeluh! Ini semua demi saudari sesama anak-anak Zodiak kalian kan? Kon, kau ikut denganku."
"Eh, aku?!"
Kali ini gantian Arashel yang protes kepada Edward yang mengajak Kon daripada dirinya.
"Tunggu dulu Darling...kenapa kamu malah mengajak Kon daripada tunanganmu sendiri?"
"Karena dia tidak lebih berbahaya dari kalian semua. Asal kalian tahu kalau kita tidak punya waktu buat bermain-main sekarang terutama melihat Mika-nee dan teman-temanku yang lainnya tengah berusaha sekarang. Ayo Kon!"
Edward pun bergegas meninggalkan Chamuel dan yang lainnya yang masih belum terima dengan alasan Edward tetapi tidak bisa menolaknya.
"Ka-kalau begitu a-aku permisi dulu!"
Dengan kaki kecilnya itu Kon segera berlari menyusul Edward.
"Ci~h Ed-chan gak asyik!"
"Tapi memang apa yang Darling ucapkan itu ada benarnya, sekarang sudah bukan waktunya bermain-main. Bukan hanya perang itu, tetapi juga para pemuja kegelapan pasti akan menyerang dan yang lenih buruk...Nona Yulia. Setidaknya kita perlu bantuan dari Aria untuk ini."